GridHEALTH.id - Minuman beralkohol walau sedikit wajib dijauhi oleh ibu selama kehamilan dan saat menyusui. Minum alkohol meningkatkan risiko memiliki bayi dengan gangguan spektrum alkohol janin (FASD/fetal alcohol spectrum disorder).
FASD dapat menyebabkan fitur wajah yang tidak normal, ketidakmampuan belajar yang parah, dan masalah perilaku.
Bahkan alkohol dapat memengaruhi kesehatan bayi pada tahap awal kehamilan, sebelum seorang wanita mengetahui bahwa dia hamil. Karena itu, jauh-jauh hari seebelum hamil calon ibu harus sudah menjauhi alkohol.
Menurut studi MRI baru dari Medical University of Vienna, Austria, yang hasilnya dipresentasikan pada pertemuan tahunan Radiological Society of North America (RSNA), penulis senior studi Gregor Kasprian, profesor radiologi dari Departemen Pencitraan Biomedis dan Terapi dari Medical University of Vienna memaparkan, ibu hamil yang mengonsumsi alkohol selama kehamilan dapat membahayakan janinnya.
Apa bahayanya, membuat janin terkena sindrome yang disebut gangguan spektrum alkohol janin.
Bayi yang lahir dengan kelainan spektrum alkohol janin dapat mengalami ketidakmampuan belajar, masalah perilaku, atau keterlambatan bicara dan bahasa.
"Sayangnya, banyak wanita hamil yang tidak menyadari pengaruh alkohol pada janin selama kehamilan," kata penulis utama Patric Kienast, mahasiswa di Departemen Pencitraan Biomedis dan Terapi, Divisi Neuroradiologi dan Radiologi Muskuloskeletal di Medical University of Vienna.
"Oleh karena itu, tanggung jawab kami tidak hanya melakukan penelitian tetapi juga secara aktif mengedukasi masyarakat tentang efek alkohol pada janin," jelasnya.
Untuk penelitian tersebut, peneliti menganalisis pemeriksaan MRI dari 24 janin dengan paparan alkohol prenatal. Janin berada antara 22 dan 36 minggu kehamilan pada saat MRI.
Paparan alkohol ditentukan melalui survei anonim dari para ibu. Kuesioner yang digunakan adalah Sistem Pemantauan Penilaian Risiko Kehamilan (PRAMS).
Baca Juga: Usus Buntu Pada Anak, Bisakah Sembuh Tanpa Operasi? Ini Penjelasannya!
Proyek surveilans dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit dan departemen kesehatan, dan Alat Skrining T-ACE, alat pengukuran dari empat pertanyaan yang mengidentifikasi risiko minum.
Pada janin dengan paparan alkohol, skor maturasi total janin (fTMS) secara signifikan lebih rendah daripada kontrol yang sesuai usia, dan sulkus temporal superior kanan (STS) lebih dangkal.
STS terlibat dalam kognisi sosial, integrasi audiovisual dan persepsi bahasa.
"Kami menemukan perubahan terbesar di wilayah otak temporal dan STS," kata Kasprian.
"Kita tahu bahwa wilayah ini, khususnya pembentukan STS, memiliki pengaruh besar pada perkembangan bahasa selama masa kanak-kanak."
Perubahan otak terlihat pada janin bahkan pada tingkat paparan alkohol yang rendah.
"Tujuh belas dari 24 ibu relatif jarang minum alkohol, dengan konsumsi alkohol rata-rata kurang dari satu minuman beralkohol per minggu," kata Kienast.
"Namun demikian, kami dapat mendeteksi perubahan signifikan pada janin ini berdasarkan MRI prenatal."
Tiga ibu minum satu sampai tiga minuman per minggu, dan dua ibu minum empat sampai enam minuman per minggu.
Seorang ibu mengkonsumsi rata-rata 14 minuman atau lebih per minggu.
Baca Juga: Mitos atau Fakta Penderita Kolesterol Dilarang Makan Durian? Simak Disini!
Enam ibu juga melaporkan setidaknya satu kejadian pesta minuman keras (melebihi empat minuman pada satu kesempatan) selama kehamilan.
Menurut para peneliti, perkembangan otak janin yang tertunda dapat secara khusus terkait dengan tahap mielinisasi yang tertunda dan gyrifikasi yang kurang jelas di lobus frontal dan oksipital.
Proses mielinasi sangat penting untuk fungsi otak dan sistem saraf. Myelin melindungi sel saraf, memungkinkan mereka mengirimkan informasi lebih cepat.
Tonggak perkembangan penting pada bayi, seperti berguling, merangkak, dan pemrosesan bahasa secara langsung terkait dengan mielinisasi.
Gyrifikasi mengacu pada pembentukan lipatan korteks serebral.
Lipatan ini memperbesar luas permukaan korteks dengan ruang terbatas di tengkorak, memungkinkan peningkatan kinerja kognitif.
Saat gyrifikasi berkurang, fungsionalitas berkurang.
"Wanita hamil harus benar-benar menghindari konsumsi alkohol," kata Dr. Kienast.
"Seperti yang kami tunjukkan dalam penelitian kami, bahkan konsumsi alkohol tingkat rendah dapat menyebabkan perubahan struktural dalam perkembangan otak dan pematangan otak yang tertunda."
Tidak jelas bagaimana perubahan struktural ini akan memengaruhi perkembangan otak pada bayi-bayi ini setelah lahir.
“Untuk menilai ini secara akurat, kami perlu menunggu anak-anak yang diperiksa sebagai janin saat itu menjadi sedikit lebih besar, sehingga kami dapat mengundang mereka kembali untuk pemeriksaan lebih lanjut,” kata Kienast.
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar