GridHEALTH.id - Roy Marten sampai ungkap penyebab depresi Almarhum Rudy Salam, yang diduga karena vertigo.
Beberapa waktu lalu, aktor senior Rudy Salam dikabarkan telah meninggal dunia.
Abang kandung aktor Roy Marten itu dikabarkan meninggal pada Jumat (18/11/2022) pukul 06.04 WIB.
Rudy Salam diketahui meninggal dunia dalam usia 73 tahun di Rumah Sakit Harum dan disemayamkan di PGI Cikini.
Terkait kepergian abang kandungnya, Roy Marten pun buka suara.
Sebelumnya, Rudy Salam diketahui sempat mengalami depresi sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.
Roy Marten pun membenarkan kabar tersebut. Ia menyebut mendiang Rudy Salam depresi karena penyakit yang dialaminya, yakni vertigo.
"Depresinya itu karena akumulasi ya, jadi kakak saya itu pertamanya (sakit) vertigo. Jadi kemudian gerak itu pusing," kata Roy dikutip dari Tribunnews.com, Sabtu (17/12/2022).
Karena kondisinya itu, Rudy Salam pun sulit untuk beraktivitas dan memicu terganggunya psikisnya, sehingga depresi berkepanjangan.
Pasalnya, mendiang kakaknya sudah 7 tahun mengalami sakit tersebut dan membuat dirinya tak lagi efektif dalam beraktivitas.
Rudy Salam lebih banyak menghabiskan waktu berdiam diri dengan duduk dan tak bisa berjalan karena penyakit vertigo.
Belajar dari kisah Rudy Salam, ternyata vertigo tersebut yang sempat membuat Rudy Salam cukup depresi.
Vertigo adalah pusing yang disertai dengan sensasi berputar sehingga mengganggu keseimbangan.
Seseorang yang mengalami vertigo bisa mengalami tingkat keparahan gejala yang berbeda-beda.
Stroke, aritmia jantung, gangguan tekanan darah, migrain, serta obat-obatan resep atau non-resep juga dapat menjadi pemicu vertigo.
Selain itu, stres dan depresi sering juga dapat memicu sensasi pusing yang tidak nyaman ini.
Vertigo memang berkaitan erat dengan stres, sebab stres merupakan sinyal tubuh untuk dapat bertahan hidup.
Ketika stres terjadi, maka saraf otonom pun akan aktif, yang mencakup reaksi “pertarungan” yang disubsidi oleh adrenalin.
Inilah penyebab vertigo bisa terjadi hingga mengalami depresi pada penyintasnya.
Kondisi ini ditandai dengan pertumbuhan kulit yang tidak teratur di telinga, tepatnya di belakang gendang telinga.
Ini dapat disebabkan oleh infeksi telinga kronis yang berulang.
Source | : | Halodoc.com,Sehatq.com |
Penulis | : | Magdalena Puspa |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar