GridHEALTH.id - Kentut alias buang angin adalah proses pelepasan gas dari sistem pencernaan yang terbentuk sebagai hasil dari pencernaan makanan atau akibat udara yang tertelan atau masu ke dalam tubuh.
Tubuh manusia secara alami akan melepaskan kelebihan gas melalui anus dengan buang angin maupun lewat mulut dengan sendawa.
Karenanya mengapa kita harus bersyukur bisa kentut dan jangan malu saat kentut, juga ridak ada alasan yag sehat menahan-nahan kentut.
Sebab kentut yang teratur menandakan bahwa saluran pencernaan dalam kondisi sehat.
Tak heran, kondisi yang dalam bahasa medis disebut flatus ini juga menjadi tolok ukur kepulihan pasien setelah mendapatkan obat bius saat operasi.
Baca Juga: Mengenal 7 Jenis Kurap dan Cara yang Ampuh untuk Mengatasinya
Untuk diketahui, ketika berada di bawah pengaruh bius total, sebagian besar fungsi tubuh tidak berfungsi untuk sementara sehingga tidak dapat merasakan sensasi, tidak dapat bergerak, dan tidak akan menyadari apa yang terjadi selama prosedur.
Efek anestesi tersebut akan memperlambat gerak usus. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya penyumbatan usus.
Kondisi tersebut adalah komplikasi pascaoperasi yang disebut post-operative ileus atau POI.
Prihal kentut pasca mendapatkan obat bius, tahu kah jika gerak peristaltik usus normal sangat diperlukan untuk memproses makanan yang masuk dari mulut hingga akhirnya dibuang melalui anus.
Namun, melansir laman Direktorat Pelayanan Kesehatan Kemenkes (6/01/2023), orang sering kali tidak menyadari bahwa gerak ususnya masih lambat setelah pulih dari operasi,tapi langsung meminta makan.
Baca Juga: Daftar Minuman Sejuta Umat yang Ternyata Sebabkan Rambut Rontok
Nah, hal ini penting menjadi perhatian. Ketahuilah, pada kenyataanya dibandingkan organ tubuh lainnya, usus membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bisa benar-benar pulih dari efek bius anestesi setelah operasi.
Kemampuan untuk bisa kentut setelah operasi menjadi pertanda bahwa saluran pencernaan pasien sudah benar-benar pulih dan berfungsi dengan baik, sehingga terhindar dari risiko komplikasi POI.
Source | : | Yankes.kemkes-kentut |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar