GridHEALTH.id - Terjadi tragdi mengenaskan di Cililin, Bandung Jawa Barat. Nasi box yang dibagikan ke jamaah yang hadir ternyata membuat 90 korban sakit dan dua orang meninggal dunia.
Keracunan nasi box tersebut terjadi di di Kampung Cilangari, RW 13, Desa Cilangari, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
90 orang korban tersebut dengan rincian 41 orang menjalani masa pemulihan di rumah dan 59 orang masih dirawat di Puskesmas Gununghalu dan RSUD Cililin.
Sudah pulang dari rumah sakit dan puskesmas 18 orang.
Menurut Kepala Saksi Kesehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan KBB, Mawaddah, dikutip dari TribunJabar (15/02/2023), nasi box yang telah menyebabkan puluhan warga keracunan itu berisi nasi putih, ayam goreng, tumis bihun, dan tumis kentang.
Baca Juga: Hanya Ada di Indonesia, Luka Sayat dan Tusuk Diobati dengan Minyak Rem Kendaraan
"Sementara kita bawa dulu sampel makanannya (nasi box) untuk diuji lab. Hasilnya baru bisa keluar minimal dalam waktu sepekan ke depan," ujar Mawaddah.
Ia mengatakan, jika hasil uji laboratorium itu sudah keluar, kejadian keracunan ini baru akan teridentifikasi kenapa nasi boks yang dikonsumsi warga tersebut bisa menyebabkan keracunan.
"Untuk dugaannya kita tidak bisa menduga-duga, nanti terkait penyebab yang pastinya harus menunggu hasil laboratoriumnya keluar dulu. Sekarang lagi kita proses ke laboratorium Provinsi Jawa Barat," katanya.
Tapi satu hal yang harus kita ketahui dari kejadian ini, tanda-tanda atau gejala keracunan harus terdeteksi sebelum menjadi parah.
Sebab di situ momen emas untuk menolong korban.
Baca Juga: Cara Menurunkan Asam Urat Secara Alami, Hanya Butuh 2 Bahan ini!
NHS menyebutkan sebagian besar kasus keracunan makanan karena makanan terkontaminasi oleh bakteri, seperti salmonella atau e.coli, parasite, atau virus seperti norovirus.
Beberapa kondisi ini ditemukan secara alami dalam makanan, sementara beberapa terakumulasi di lingkungan.
Mikroba dapat menyebar ke makanan kapan saja saat makanan ditanam, dipanen, disimpan, dikirim, atau disiapkan.
Mikroba ini dapat menyebabkan keracunan makanan jika tidak diambil langkah untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhannya.
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar