GridHEALTH.id - Perkembangan situasi penyebaran virus influenza A (H5M1) clade baru 2.3.4.4b alias flu burung, kini tengah menjadi sorotan tajam badan kesehatan dunia, ahli, politikus, juga para ahli dibidangnya masing-masing.
Hal itu tidak lain kewaspdaan, supaya flu burung tidak menjadi pandemi selanjutnya setelah Covid-19.
Apalagi kini menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), di Amerika, Eropa, dan ASIA, khususnya Cina dan Jepang sedang mewabah Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) subtipe H5N1 clade baru 2.3.4.4b.
Memang menurut WHO, berdasarkan assessment, H5N1 tersebut saat ini risiko terjadinya infeksi pada manusia masih rendah, dan hingga saat ini tidak ada laporan penularan dari manusia ke manusia.
Tapi ada peningkatan perpindahan (spill over) virus H5N1 clade 2.3.4.4b dari burung liar ke beberapa spesies mamalia di berbagai negara Eropa dan Amerika Utara, di sana ada prevalensi virus yang tinggi pada populasi unggas di wilayah tersebut.
Baca Juga: 4 Penyakit Kulit Akibat Jamur Selain Kurap dan Cara Mencegahnya
Selain itu Badan keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) memperingatkan bahwa akuisisi mutasi yang cepat dan konsisten pada mamalia dapat menjadi petunjuk bahwa virus satu ini memiliki kecenderungan untuk menjadi infeksi zoonosis. Artinya ada potensi menular ke manusia!
“Saat ini memang belum ada laporan penularan ke manusia, tapi kita tetap harus waspada” ujar Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr. Maxi Rein Rondonuwu di Jakarta, dikutp dari SehatNegeriku (25/02/2023).
Untuk terus menjaga dan meningkatkan kewaspdaan kita semua, Kepada Dinas Kesehatan Provinsi, kabupaten/Kota dan kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) di seluruh indonesia diminta untuk melakukan koordinasi dan kerjasama dengan instansi yang membidangi fungsi kesehatan hewan, serta sektor terkait lainnya dalam upaya pencegahan dan pengendalian flu burung pada manusia
Olehkarenanya Dinkes Provinsi, Kabupaten/Kota juga diminta menyiapkan fasilitas kesehatan untuk penatalaksanaan kasus suspek flu burung sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan.
Serta meningkatkan kapasitas labkesmas untuk pemeriksaan sampel dari kasus dengan gejala suspek flu burung.
Baca Juga: Penyebab Utama Gagal Jantung yang Masih Sering Diabaikan, Apa Itu?
Tak lupa, konsisten dan cepat mengintensifkan kegiatan surveilans dan Tim gerak Cepat (TGC) terutama dalam mendeteksi sinyal epidemiologi di lapangan
Bagi daerah yang menjadi sentinel surveilans influenza like illness (ILI) dan Severe Acute Respiratory Infection (SARI), agar meningkatkan kewaspadaan dini untuk penemuan kasus suspek Flu Burung di daerah yang terjadi KLB Avian Influenza pada unggas
Setiap ditemukan adanya kasus suspek flu burung, maka Puskesmas segera melapor dalam waktu kurang dari 24 jam ke Dinkes Kab/Kota melalui sistem Surveilans Berbasis Kejadian (Event Based Surveillance/EBS) dan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR).
Source | : | SehatNegeriku-fluburung,Kemkes-fluBurung |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar