GridHEALTH.id - Macet di jalan raya menjadi hal yang sangat umum di kota-kota besar di seluruh dunia, termasuk di Jakarta.
Kemacetan bukan hanya menyebalkan, tapi juga dapat menjadi sumber stres bagi banyak orang.
Namun, apakah macet benar-benar menyebabkan stres? Dan bagaimana hubungan antara macet dan stres?
Macet sering kali menghasilkan rasa ketidaknyamanan dan frustrasi. Kita bisa kehilangan waktu berharga karena harus berada di dalam mobil atau kendaraan umum yang macet selama berjam-jam, dan hal ini dapat mengganggu jadwal harian dan produktivitas kita.
Selain itu, suara klakson dan bising kendaraan yang terus menerus juga dapat menjadi gangguan dan menyebabkan stres.
Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Royal Society for Public Health, 49% dari responden mengatakan bahwa mereka merasa stres saat dalam perjalanan, dan 43% dari mereka mengatakan bahwa kemacetan adalah penyebab utama stres tersebut.
Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara macet dan stres.
Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Transportation Research Part F: Traffic Psychology and Behaviour, para peneliti menemukan bahwa orang yang mengalami kemacetan lebih cenderung mengalami stres dan gejala psikologis lainnya, seperti depresi dan kecemasan.
Studi lainnya yang dilakukan oleh National Institutes of Health menemukan bahwa kemacetan dapat meningkatkan kadar hormon stres kortisol dalam tubuh.
Kortisol adalah hormon yang dilepaskan saat kita mengalami stres, dan kadar yang terlalu tinggi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti kelelahan, insomnia, depresi, dan masalah pencernaan.
Kita tidak selalu dapat menghindari kemacetan, tapi kita dapat mengatasi stres yang muncul akibatnya. Berikut adalah beberapa cara yang dapat membantu:
Mendengarkan musik atau audio buku saat dalam perjalanan dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan suasana hati.
Mengobrol dengan teman atau anggota keluarga dapat membantu mengalihkan perhatian dari kemacetan dan membuat waktu terasa lebih cepat berlalu.
Melakukan pernapasan dalam dan meditasi saat dalam perjalanan dapat membantu menenangkan pikiran dan mengurangi stres.
Jika memungkinkan, gunakan waktu perjalanan untuk melakukan aktivitas yang bermanfaat, seperti belajar bahasa baru atau membaca buku.
Kesimpulan
Macet dan stres memiliki hubungan yang erat. Kemacetan dapat meningkatkan stres dan gejala psikologis lainnya, seperti depresi dan kecemasan.
Namun, dengan melakukan beberapa cara mengatasi stres seperti yang telah disebutkan di atas, kita dapat mengurangi stres yang muncul akibat kemacetan.
Selain itu, penting untuk menjaga kesehatan mental kita dan menghindari stres yang berlebihan.
Jika merasa stres yang terus-menerus atau memiliki masalah kesehatan mental lainnya, sebaiknya konsultasikan dengan dokter atau profesional kesehatan mental.
Namun, meskipun macet dapat menjadi sumber stres, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemacetan dan menjaga kesehatan mental kita.
Misalnya, bersepeda atau berjalan kaki untuk jarak pendek, menggunakan transportasi umum atau carpooling untuk mengurangi jumlah kendaraan di jalan raya, atau menghindari jalan raya pada jam-jam sibuk.
Kesimpulannya, kemacetan dan stres memiliki hubungan yang erat. Kemacetan dapat meningkatkan stres dan gejala psikologis lainnya, seperti depresi dan kecemasan.
Akan tetap idengan melakukan beberapa cara mengatasi stres dan menghindari kemacetan, kita dapat menjaga kesehatan mental kita dan meningkatkan kualitas hidup kita secara keseluruhan.
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
Komentar