GridHEALTH.id - Tinggal di negara tropis, artinya bisa mendapatkan paparan sinar matahari yang cukup.
Sinar matahari dapat menjadi sumber vitamin D dan menjadi zat yang diperlukan untuk memperbaiki sistem imun tubuh.
Namun, jangan biarkan juga tubuh terpapar sinar matahari berlebihan, karena bisa berisiko bagi kesehatan.
Paparan sinar ultraviolet yang terus-menerus, merupakan faktor risiko utama kanker kulit.
Sekjen Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI) dr. M. Yadi Permana, SpB(K) Onk., menjelaskan, ada dua jenis kanker kulit yakni melanoma dan non-melanoma.
Kanker kulit melanoma di dunia kasusnya sedikit, sekitar 4%. Sedangkan kanker kulit non-melanoma sekitar 90%.
"Akan tetapi walaupun jumlahnya sedikit, yang melanoma ini sangat agresif dan banyak menimbulkan kematian dibanding non-melanoma, baik karsinoma sel basal (KSB) dan karsinoma sel skuamosa (KSS)," ujarnya dalam virtual media briefing, Selasa (1/8/2023).
Secara rinci, kasusnya secara global 2-3 juta adalah kanker kulit non-melanoma dan 132.000 kanker kulit melanoma setiap tahun.
Sama seperti data dunia, kasusnya di Indonesia juga didominasi kanker kulit non-melanoma.
"Di Indonesia, kanker kulit non-melanoma menempati urutan ke-15 dari 36 kanker terbanyak," ujar dokter Yadi.
Tahi lalat merupakan bintik kecil berwarna coklat atau kehitaman yang berada di atas permukaan kulit.
Baca Juga: Akibat Tak Gunakan Tabir Surya, Aktor Ini Alami Karsinoma Sel Basal, Inilah yang Jadi Penyebabnya
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar