GridHEALTH.id - Belum lama ini, viral kisah seorang pria asal Jakarta, yang berhasil melawan kanker nasofaring.
Pria bernama Yosep tersebut, mengatakan dirinya telah berjuang melawan penyakit kronis ini sejak 22 November 2022 lalu.
Selama berjuang melawan penyakitnya, ia telah mengalami kehilangan berat badan, rambut rontok, dan rangkaian pengobatan kemoterapi.
Dalam video yang dibagikannya di media sosial, Yosep menjelaskan gejala yang dirasakannya mirip dengan pilek pada umumnya.
Namun, kondisinya tak kunjung membaik dan pada akhirnya melakukan pemeriksaan endoskopi hidung secara detail dan didapati dirinya mengidap kanker nasofaring stadium 4A.
Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan (THT) dr. Noval Aldino, Sp.THT-BKL, menjelaskan, kanker nasofaring adalah tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring atau hidung yang paling belakang.
Ini termasuk jenis kanker dengan kasus yang tinggi di Indonesia. Secara keseluruhan berdasarkan data GLOBOCAN 2020, kanker nasofaring berada di urutan kelima.
"Tapi kalau tumor di kepala dan leher, termasuk peringkat satu. Kejadiannya cukup tinggi di Indonesia," kata dokter Noval kepada GridHEALTH, Rabu (11/10/2023).
Menurutnya seiring pertumbuhan tumor di nasofaring, gejala awal yang ditimbulkan adalah ketidaknyamanan di telinga.
"Telinga terasa penuh, sensasinya seperti naik pesawat, bindeng kayak gitu cuma terus-terusan," ujarnya.
Seiring waktu saat rongga nasofaring sudah penuh, maka terjadi sumbatan di hidung. Menimbulkan gejala mirip pilek.
Baca Juga: Viral Kisah Pria Jakarta Alami Kanker Nasofaring, Awalnya Keluhkan Gejala Mirip Flu
Pengidapnya akan merasakan hidung mampet, jumlah ingus yang lebih banyak, dan terkadang juga ditandai dengan kemunculan darah.
Selain keluhan pada telinga dan hidung, dokter yang berpraktik di RSU Bunda Jakarta ini juga menjelaskan, gejala kanker nasofaring juga bisa ditandai dengan munculnya benjolan di leher.
"Jadi benjolan di leher itu, bisa penyebabnya bukan dari leher itu sendiri,, bisa dari nasofaring dan lain-lain. Kita mulai aware kalau sudah ada benjolan di leher, cari indukannya di mana, karena di leher hanya anakan," jelasnya.
Ia melanjutkan, "Jadi sebaiknya kalau sudah ada benjolan di leher, konsultasikan dengan (dokter) THT karena kita ahrus memeriksakan menggunakan endoskopi."
Dokter Noval mengatakan, sebaiknya memang tidak menunggu sampai ada gejala yang timbul.
Karena bila sudah ada gejala kanker nasofaring seperti telinga penuh, hidung mampet, atau pembengkakan di leher, artinya kondisinya sudah lebih lanjut.
Namun karena posisinya yang berada di rongga dalam, memang membuatnya sulit terdeteksi dan umumnya baru diketahui saat sudah memasuki stadium lanjut.
"Beda kalau misalkan di tangan (bisa) kelihatan langsung. Makanya sering telat deteksinya, karena posisinya ini," terangnya.
Sehingga untuk mengetahui risiko penyakit ini, disarankan untuk rutin melakukan medical check up tahunan dan pemeriksaan endoskopi.
"Pemeriksaan dininya hanya bisa dilakukan dengan endoskopi. Kalau (jenis) tumor lain kan kadang ada marker darahnya, ini enggak. Makanya saran dari saya, gimana mencegahnya ya dengan medical check up rutin tahunan dan pemeriksaan endoskopi," pungkas dokter Noval.
Pemeriksaan deteksi dini dengan endoksopi hidung bisa mulai rutin dilakukan saat usia 40 tahun ke atas. (*)
Baca Juga: Kontroversi Ikan Asin, Enak dan Punya Nilai Gizi, Tapi Membawa Malapetaka
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Komentar