GridHEALTH.id - Campak adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus campak (measles virus).
Ini adalah penyakit yang sangat menular dan dapat menyebabkan gejala yang serius, terutama pada anak-anak.
Virus campak menyebar melalui udara dan dapat menular melalui droplet saat seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin.
Penyakit ini dapat menyebar dengan cepat dalam populasi yang tidak kebal terhadap virus campak.
Gejala campak termasuk demam, batuk, pilek, mata merah (konjungtivitis), dan ruam merah yang biasanya dimulai di wajah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Campak dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti pneumonia, ensefalitis (peradangan otak), dan kematian, terutama pada individu yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Campak memiliki dampak yang menghancurkan pada kesehatan anak-anak, dengan konsekuensi fatal karena menyebabkan pelemahan sistem kekebalan anak-anak yang berlangsung lama, membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit menular lainnya, termasuk pneumonia.
Di Indonesia jumlah kasus campak 2022 menurut rilis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) dilaporkan mencapai 3.341 tersebar di 223 Kabupaten/Kota.
Data tersebut meningkat 32 kali lipat dibandingkan 2021.
Vaksin campak efektif dalam mencegah penyakit ini. Imunisasi rutin dengan vaksin MMR (measles, mumps, rubella) diberikan kepada anak-anak untuk melindungi mereka dari campak, serta penyakit lain yang disebabkan oleh virus yang terkandung dalam vaksin tersebut.
Baca Juga: Sekilas Mirip, Ternyata Ini Perbedaan Bintik Merah DBD dan Campak yang Wajib Diketahui Semua Orang
Meskipun vaksinasi dapat mencegah campak, cakupan imunisasi yang rendah dapat menyebabkan peningkatan kasus campak, seperti yang terjadi dalam beberapa kasus di berbagai wilayah dunia.
Data terbaru menunjukkan bahwa sekitar 931.000 anak di Eropa dan Asia Tengah tidak mendapatkan sepenuhnya atau sebagian pada imunisasi rutin dari tahun 2019 hingga 2021. Di Eropa dan Asia Tengah, tingkat imunisasi dosis pertama untuk campak turun dari 96 persen pada tahun 2019 menjadi 93 persen pada tahun 2022.
Peningkatan Kasus Campak
Dalam tahun ini tercatat terjadi 30.601 kasus campak yang terkonfirmasi di Eropa dan Asia Tengah antara Januari dan 5 Desember 2023, meningkat dari 909 sepanjang tahun 2022.
Itu berarti terjadi peningkatan sebesar 3266 persen dalam kasus penyakit yang seharusnya dapat dicegah dengan vaksin, demikian rilis dari UNICEF.
Data juga menunjukkan tren memburuk yang lebih baru karena tingkat kasus campak di Eropa dan Asia Tengah hampir dua kali lipat antara Oktober dan November 2023.
Kasus di wilayah ini diperkirakan akan meningkat lebih lanjut karena belum adanya kekebalan menyeluruh di masyarakat.
"Peningkatan yang begitu dramatis membutuhkan perhatian dan tindakan kesehatan masyarakat yang mendesak untuk melindungi anak-anak dari penyakit yang berbahaya dan mematikan ini," kata Regina De Dominicis, Direktur Regional UNICEF untuk Eropa dan Asia Tengah.
Tingkat kasus campak tertinggi dilaporkan di Kazakhstan dengan 69 kasus per 100.000 penduduk, mencapai 13.254 kasus, menurut data terbaru yang tersedia. Kyrgyzstan memiliki tingkat kasus campak tertinggi kedua dengan 58 kasus per 100.000 penduduk, mencapai 3.811 kasus. Rumania, yang baru-baru ini mengumumkan wabah campak nasional, memiliki tingkat kasus terlaporkan sebesar 9,6 kasus per 100.000 penduduk, mencapai 1.855 kasus.
Peningkatan kasus campak disebabkan oleh penurunan cakupan imunisasi di seluruh wilayah tersebut.
Penurunan permintaan vaksin, sebagian disebabkan oleh disinformasi dan ketidakpercayaan yang memburuk selama dan setelah pandemi COVID-19, gangguan pada layanan kesehatan, dan sistem perawatan kesehatan yang lemah, adalah beberapa faktor penyebabnya.
Baca Juga: Beda Penyakit, Beda juga Penanganannya, Ini Perbedaan Penyakit Cacar dan Campak
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
Komentar