Kondisi ini meningkatkan risiko trombosit ibu turun, yang dapat memicu terjadinya pendarahan.
Selain itu, juga menyebabkan edema paru, di mana paru terendam dan membutuhkan perawatan di ICU. Pada kondisi ini, terkadang bayi tidak bisa terselamatkan.
Ketika hamil kembar, ibu juga berisiko melakukan persalinan lebih awal, saat kandungan di bawah usia 36 minggu alias prematur.
Risiko ini menurut dokter Novan, berkaitan dengan meningkatnya air ketuban yang membuat perut ibu semakin meregang.
Ibu yang hamil anak kembar, juga kemugkinan besar melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
"Karena dia harus berbagi ruangan dengan saudaranya, maka ukurannya akan lebih kecil dibanding hamil tunggal," jelas dokter Novan.
Dokter yang berpraktik di RS Pondok Indah-Bintaro Jaya ini menjelaskan, twin to twin transfusion umumnya terjadi pada kembar identik.
"Ada satu janin yang berperan sebagai pendonor dan janin lainnya berperan sebagai penerima," ujarnya.
Ia melanjutkan, "Yang donor ini akan memberikan darah kepada janin penerima, akhirnya janin donor ukurannya menjadi lebih kecil, ketubannya habis atau kering."
Sebaliknya, pada janin yang berperan sebagai penerima, ukurannya akan jauh lebih besar dan memiliki banyak ketuban.
Kondisi ini dapat membahayakan kedua janin dan berisiko menyebabkan kematian dalam kandungan. (*)
Baca Juga: Penyebab dan Cara Mengatasi Asam Lambung Naik Saat Trimester Kedua Kehamilan
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Poetri Hanzani |
Komentar