GridHEALTH.id - Masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi penularan penyakit hand, foot, and mouth disease (HFMD) selama arus balik Lebaran 1445 H/2024 M.
Sebab, penyakit ini memiliki kecepatan penularan yang tinggi meski jarang menyebabkan sakit berat.
Pergerakan manusia selama perjalanan mudik berpotensi mempercepat penyebaran, terutama di kalangan bayi dan balita.
Apa itu HFMD atau Hand, Foot, and Mouth Disease? Penyakit ini adalah sebuah kondisi yang dipicu oleh virus yang berasal dari genus Enterovirus.
Coxsackievirus dan Human Enterovirus 71 (HEV 71) adalah dua jenis enterovirus yang paling umum menjadi penyebab HFMD.
Meskipun sering disebut sebagai Flu Singapura, HFMD pada manusia tidak sama dengan penyakit mulut dan kuku (PMK) yang terjadi pada hewan. Penyebab dan karakteristik keduanya berbeda, di mana PMK pada hewan disebabkan oleh Apthovirus, yang termasuk dalam keluarga Picornaviridae.
Tercatat, hampir 6.500 kasus HFMD hingga pekan ke-13 tahun 2024. Sebagian besar kasus terjadi pada usia anak, dan sebagian lainnya pada orang dewasa.
Kasus HFMD terbanyak ada di Pulau Jawa, di antaranya Jawa Barat (2.119), disusul Banten (1.171) DI Yogyakarta (561), dan Jawa Tengah (464).
“Ada tren peningkatan, ditambah mudik dan libur panjang itu berpotensi terjadi peningkatan kasus flu Singapura,” kata Juru Bicara Kemenkes dr. M Syahril seperti dikutip dari laman Kemenkes.
Masyarakat wajib tetap menjaga kesehatan dan kebersihan selama perjalanan mudik dengan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta menerapkan etika batuk atau bersin.
Selain itu, masyarakat diminta menghindari kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.
Baca Juga: Seberapa Berbahayanya Flu Singapura yang Saat Ini Kasusnya Meningkat?
dr. Syahril menambahkan, angka kasus demam berdarah tetap tinggi. Sebab, hingga pekan ke-14 tahun 2024 atau April ini, tercatat sebanyak 60.296 kasus demam berdarah di Indonesia dengan angka kematian sebanyak 455. Tercatat dari laman Kemenkes, ada lima kabupaten/kota dengan kasus demam berdarah tertinggi tahun ini di antaranya:
1. Kabupaten Tangerang dengan 2.540 kasus
2. Kota Bandung 1.741 kasus
3. Kabupaten Bandung Barat 1,422 kasus
4. Kabupaten Lebak 1.326 kasus
5. Kota Depok 1.252 kasus
Sementara itu, kabupaten/kota dengan kematian DBD tertinggi pada 2024 di antaranya:
1. Kabupaten Bandung dengan 25 kematian
2. Kabupaten Jepara 21 kematian
3. Kabupaten Subang 18 kematian
4. Kabupaten Kendal 16 kematian
5. Kabupaten Bogor 13 kematian.
Baca Juga: Mengungkap Fakta Keterkaitan Tingginya Kasus Demam Berdarah dan Nyamuk Wolbachia
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
Komentar