GridHEALTH.id – Hamil atau kehamilan kosong atau istilah medisnya Blighted Ovum (BO), adalah tidak terdapat janin dalam rahim lantaran telur yang telah dibuahi gagal tumbuh menjadi janin.
Pada saat sel sperma membuahi sel telur yang matang terjadi gangguan.
Penyebabnya menurut dr. Bambang Fadjar, SpOG., dari RS Internasional Bintaro, bisa disebabkan kualitas telur/sperma yang buruk, ibu mengidap infeksi TORCH (Toksoplasmosis, Others (antara lain HIV, sipilis, klamidia), Rubella, Cytomegalovirus, Herpes), atau lainnya, sehingga unsur janin tidak berkembang sama sekali.
Baca Juga : Kandungan Urine di Kolam Renang Umum Setara 20 Galon Lebih, Ini Ancamannya Jika Urine Bercampur Kaporit
Padahal hasil konsepsi tetap tertanam di dalam rahim dan rahim tetap mengirim sinyal pada indung telur serta otak bahwa sudah terdapat hasil konsepsi.
Nah, hormon yang dikirimkan oleh hasil konsepsi tersebut akan menimbulkan tanda-tanda kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan lainnya yang lazim dialami ibu hamil. Itulah mengapa, meski terjadi BO, ibu tetap menunjukkan tanda-tanda telah terjadi kehamilan.
Untuk diketahui, menurut Bambang, BO baru dapat dideteksi di usia kehamilan 6-7 minggu, itu pun harus dengan USG transvaginal.
Pasalnya, saat itu kantung kehamilan sudah terlihat lebih jelas, berukuran lebih dari 16 milimeter, sehingga akan ketahuan apakah kantung kehamilan kosong atau didiami janin.
Baca Juga : Pilih-pilih Pelembab Mata Sehat Sesuai Tempat Tinggal dan Kondisi
Setelah diketahui bahwa ibu mengalami BO, selanjutnya akan dilakukan tindakan kuretase oleh dokter apabila tak terjadi menimbulkan keguguran spontan.
Kuretase dilakukan, selain untuk membersihkan rahim, juga bermanfaat untuk menghindari perdarahan atau infeksi yang mungkin terjadi jika kelak si ibu benar-benar hamil.
Selanjutnya dokter akan melakukan analisis untuk mencari penyebab BO.
Apakah karena kelainan kromosom, kualitas sperma atau sel telur yang buruk, rendahnya kadar hormon beta HCG, embrio mengandung cacat berat sehingga gagal tumbuh, infeksi bakteri streptokokus, infeksi virus rubela dan toksoplasma.
Lewat analisis inilah akan diketahui penyebab mengapa janin gagal tumbuh.
Pengobatan selanjutnya berdasarkan penyebab. Namun jika disebabkan kelainan kromosom, tak banyak yang dapat dilakukan karena sudah merupakan kelainan bawaan.
Mengenai kurat sendiri, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan usai dilakukan kuretase, yaitu:
*Ibu harus tetap mendapat pengawasan, terutama memonitor adanya penyulit seperti kadar hormon HCG (Hormon Chorionic Gonadotrophin) secara berkala, yaitu 2 minggu dalam 3 bulan pertama, sebulan sekali pada 3 bulan berikutnya, 2 bulan sekali untuk 6 bulan berikutnya.
Tiga tahun berikutnya, pemeriksaan ini dilakukan setiap 6 bulan sekali.
*Mencegah penyebaran sel trofoblas dengan cara pemberian obat sitostatik, yaitu obat penghenti pertumbuhan sel. Perlu diketahui, sel trofoblas dapat menyebar melalui darah.
Jika tak terkendali bisa merusak fungsi sel-sel lain di sekitarnya, seperti paru-paru, vagina, sumsum tulang belakang, serta hati.
Baca Juga : Diet Jahe, Cara Mudah untuk Turunkan 2-4 Kilogram dalam Seminggu
*Ibu harus melakukan pemeriksaan darah setiap minggu dan rontgen setiap 4-6 minggu.
*Ibu sebaiknya menunda dahulu kehamilan berikutnya dengan menggunakan alat kontrasepsi karet KB (kondom).
Pasalnya, ada kemungkinan ibu akan mengalami hamil anggur kembali pada kehamilan berikutnya.
Umumnya terjadi pada ibu hamil di bawah 20 tahun, di atas 34 tahun, serta mempunyai banyak anak (lebih dari 3 orang). (*)