Find Us On Social Media :

Melalui Pengobatan Transplantasi Peneliti Sembuhkan Pasien HIV/AIDS

HIV/aids

GridHEALTH.id - HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit yang baru bisa dikendalikan sejak dideteksi pada manusia 37 tahun yang lalu.

Dikendalikan di sini adalah bukan disembuhkan.

Sebagai informasi, human immunodeficiency virus (HIV) adalah jenis virus yang menyerang imunitas tubuh seseorang, sehingga menyebabkan pengidapnya rentan terserang berbagai macam penyakit.

Sedangkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh akibat serangan HIV.

Baca Juga : Awas Ada Bakteri Bersemayam di Dalam Susu Formula dan Bubur Bayi

Berdasarkan data dari UNAIDS, kira-kira terdapat 36,9 juta masyarakat dari berbagai negara mengidap HIV/AIDS pada 2017.

Dari total penderita yang ada, sebanyak 1,8 juta di antaranya adalah anak-anak berusia di bawah 15 tahun. Selebihnya orang dewasa dengan jumlah 35,1 juta penderita.

Masih bersumber dari data tersebut, penderita HIV/AIDS lebih banyak diderita oleh kaum wanita, yakni sebanyak 18,2 juta penderita. Sementara laki-laki sebanyak 16,9 juta penderita.Tidak sedikit penderita HIV/AIDS berpikir bahwa hidupnya sudah selesai dengan adanya virus dan infeksi dalam tubuhnya.

Baca Juga : Tidak Semua Bayi Perlu Proses Inisiasi Menyusui Dini (IMD), Ini Penjelasannya

Namun sebuah pengobatan dari Inggris seakan memberikan harapan baru bagi penderita penyakit berbahaya ini.

Melansir laman The Guardian, seorang pasien asal London, Inggris, dinyatakan sebagai orang kedua yang bebas dari virus HIV setelah mendapat transplantasi sumsum tulang.

Hal ini seakan menjadi harapan baru sebagai cara penyembuhan pasien AIDS.

Lebih dari satu dekade lalu Timothy Brown, pasien HIV asal Berlin, membuat sejarah sebagai orang pertama yang 'disembuhkan' dari virus tersebut.

Seperti pasiena asal London yang tidak disebutkan identitasnya, ia memiliki transplantasi sel induk sumsum tulang untuk mengobati kanker.

Baca Juga : Benarkah Wanita Lebih Rentan Terkena Osteoporosis? Begini Menurut Ahli

Dia dan pasien asal London, menerima donor sel punca dengan mutasi genetik langka gen CCR5 yang membuatnya tahan terhadap HIV.

Kemudian Brown menghentikan obat antiretroviral selama 18 bulan yang biasanya dikonsumsi pasien untuk menekan HIV. 

Hasilnya, tes darah rutin tidak menunjukkan tanda-tanda virus selama 18 bulan terakhir. Para ilmuwan sekarang menganggapnya sembuh. 

Setelah sekitar tiga tahun, para ilmuwan merasa cukup yakin virus tidak akan kembali.

Prof Ravinda Gupta, dari University College London dan penulis utama makalah tentang keberhasilan perawatan pasien London ini yang diterbitkan dalam jurnal Nature mengatakan, ke depannya pengobatan ini memungkinkan peneliti mengedit gen CCR5 yang memungkinkan HIV masuk ke dalam sel.

Baca Juga : Anak Jagan Sampai Kekurangan Zinc, Tapi Jika Berlebih Memicu Serangan Epilepsi

"Apa yang dikatakan dalam kasus kedua ini adalah target penelitian yang benar dan mungkin paling menjanjikan untuk penyembuhan HIV," tutur Gupta.

Tapi walau proses transplantasi berjalan lancar, menurut Gupta masih ada efek samping yang harus ditanggung pasien, salah satunya menderita penyakit 'cangkok vs tuan rumah'.

Maksudnya, adanya kondisi yang mana sel kekebalan tubuh donor menyerang sel kekebalan penerima.

Di sisi lain, prosedur cangkok ini mahal biayanya, rumit, dan berisiko, pun harus menemukan donor yang sama persis di sebagian kecil orang yang memiliki mutasi gen CCR5.

Baca Juga : Tak Banyak Diketahui, Deretan Obat Bebas Ini Ternyata Bisa Sebabkan Hipertensi

Sayangnya, kebanyakan orang yang memiliki mutasi gen CCR5 adalah keturunan Eropa utara.

Selain itu, para spesialis juga menyebut masih belum jelas apakah resistensi CCR5 adalah kunci kesembuhannya.

Mereka sempat berpikir mungkin penyakit cangkok vs tuan rumah juga memiliki peran dalam kesembuhan dari HIV.

Gupta menyebut, baik pasien asal Berlin dan asal London mengalami komplikasi ini yang mungkin memainkan peran dalam hilangnya sel yang terinfeksi HIV.

Sebelumnya kondisi pasien AIDS dapat stabil dan baik saat mengonsumsi obat antiretroviral, tapi menurut Gupta ini bukan solusi untuk jangka panjang.

Baca Juga : Jahe Kaya Manfaat Kesehatan, Tapi Berbahaya Bagi Orang Dengan Kondisi Berikut

"Ini penting karena ada 36 juta ODHA di seluruh dunia. Tujuannya adalah untuk membuat semua orang menjalani pengobatan selama sisa hidup mereka dan itu adalah upaya besar baik untuk pengiriman obat tetapi juga memastikan orang dapat tetap minum obat selama beberapa dekade. Ada masalah biaya untuk negara-negara berkembang,” sambungnya.

Kasus pria London ini mendapatkan tanggapan dari ahli lain. Salah satunya Sharon Lewin, peneliti pengobatan AIDS di Doherty Institue Australia.

"Kita belum menyembuhkan HIV, tetapi (ini) memberi kita harapan bahwa suatu hari akan ada pengobatan untuk menghilangkan virus tersebut," kata Lewin.

Gupta juga mengatakan timnya berencana menggunakan temuan ini untuk mengeksplorasi potensi strategi pengobatan HIV.

"Kita perlu memahami apakah kita dapat merobohkan reseptor (CCR5) ini pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA), yang dimungkinkan dengan terapi gen," kata Gupta. (*)

Baca Juga : Kourtney Kardashian Bantah Jalani Operasi Plastik, Hanya Operasi Payudara