Find Us On Social Media :

Terbukti Boraks dan Formalin Terdapat pada Mi, Berikut Tips Memasak Mi

Aman mengonsumi mi di mulai dari memilih mi, mengolah mi, hingga memasak mi dan menyajikannya

GridHEALTH.idMi mengandung formalin dan boraks ternyata benar adanya.

Sebab secara teoritis, boraks dan fomalin mungkin saja digunakan pada mi basah.

Mi yang menggunakan kedua bahan pengawet ini akan terasa lebih elastis tak mudah putus, teksturnya lebih baik dan terasa lebih kenyal.

Sebetulnya, papar Dr. Ir. Ratih Dewanti-Hariyadi, MSc., peneliti dari Fakultas Industri dan Teknologi Pangan, IPB, boraks bisa saja diganti dengan bahan sederhana, yaitu soda kue.

Baca Juga : Balita Dilarang Konsumi Mi, Karena Berbahaya, Tidak Bisa Dicerna...?

Pasalnya, boraks dan formalin jelas-jelas dilarang digunakan pada makanan. Kenapa? Karena peraturan di Indonesia dan dunia memang melarangnya. Keduanya bukan masuk kategori BTP (Bahan Tambahan Pangan).

Boraks menyebabkan keracunan jika pemakaiannya banyak, sedangkan formalin dinyatakan sebagai karsinogen alias penyebab kanker.

Selain memperbaiki tekstur makanan, boraks juga kerap dipakai sebagai pengempuk, pengembang, sekaligus penahan pengendapan.

“Sebetulnya kandungan boraks dalam makanan bisa dirasakan oleh lidah kita. Ada after taste atau rasa tak enak yang tertinggal di mulut setelah mengonsumsi beberapa kali makanan tersebut.,” papar Ratih.

Baca Juga : Obat Batuk Pilek yang Dijual Bebas Dilarang Diberikan Kepada Anak

Yang menjadi akar persoalan pembuatan mi basah bukan hanya menemukan pengawet yang aman.

Ada juga persoalan membenahi kondisi sanitasi proses produksi, peralatan pro-duksi, perilaku pekerja, dan distribusi pangan.

Sanitasi buruk menjadi kontaminan produksi mi basah yang akhirnya mendorong penggunaan bahan pengawet berbahaya.

Dalam proses pembuatan mi basah tak jarang ditemukan jumlah mikroba yang tumbuh sudah melebihi ambang batas kesehatan dan Standar Nasional Indonesia (SNI), yakni satu juta mikroba.

Sedangkan jumlah mikroba dalam mi basah sering dijumpai mencapai lebih dari 10 juta.

Baca Juga : Tidak Hanya 'Lelaki' dan 'Perempuan', di Thailand Terbagi 18 Gender atau Jenis Kelamin Legal! Apa Saja?

Pertumbuhan mikroba seperti kapang, kamir, bakteri dan virus yang tinggi inilah yang menyebabkan pangan cepat rusak dan busuk.

Oleh karenanya untuk mengonsumsi mi sebenar tidak bisa serampangan dan sepraktis seperti tukang mi atau tukang baso mengolah dagangannya.

Berikut cara memperlakukan mi, termasuk mi instan, sebelum disantap dan dijasikan, seperti yang dipaparkan oleh Ratih;

*Sebisa mungkin, tak usah mengenalkan anak pada mi instan karena anak-anak biasanya suka sekali rasa gurihnya sampai melupakan jenis makanan lain yang lebih lengkap kandungan nutrisinya.

Kalau toh tak bisa menghindarinya sama sekali karena ada situasi di luar rumah yang tak dapat dikontrol, mi instan boleh saja sesekali dikonsumsi.

*Mengonsumsi mi instan sebaiknya jangan gunakan aneka bumbu penyedapnya. Sementara bumbu rempah dan minyak seperti merica dan vegetable oil (minyak sayur) atau cooking oil (minyak untuk memasak) bukan sesuatu yang berbahaya untuk anak-anak.

Baca Juga : Justin Bieber Sedang Berjuang Memperbaiki Kesehatan Mentalnya, Begini Gejala dan Cara Penjegahannya

Chili powder (bubuk cabai) pun boleh juga digunakan bila anak sudah agak besar dan memang menyukai rasa pedas serta terbukti tidak mengalami gangguan pencernaan kalau mengonsumsinya.

*Sebagai gantinya, lebih baik gunakan bumbu olahan sendiri. Selain aman, rasanya pun bisa lebih enak dan sesuai selera.

*Yang tidak kalah penting, untuk lebih menggugah selera dan menjamin asupan gizi berimbang, masaklah mi dengan campuran sayuran, seperti sawi, kol, wortel, caisim, maupun lauk pauk, seperti bakso, telur, daging sapi, daging ayam dan sebagainya. Dengan demikian, nilai gizinya tetap bisa terpenuhi.

*Asalkan konsumsinya tidak berlebihan, semua produk mi memberi manfaat sebagai salah satu produk makanan yang mengutamakan kepraktisan penyajian.

Dengan hanya menuangkan air panas dan merendamnya selama beberapa menit saja, misalnya, mi langsung bisa dikonsumsi. Yang jelas, teliti lebih dulu tanggal kedaluarsa dan cermati kadar bahan-bahan yang terkandung dalam kemasannya.

Baca Juga : 11 Hal Ini Tak Boleh Dilakukan Selama Haid Karena Ganggu Kesehatan!

*Waspadai juga bila alergi terhadap bumbu-bumbu penyedap dan perasa. Ciri-cirinya, anak mengalami gatal-gatal, batuk, bahkan mual dan muntah.

*Mi instan sebaiknya hanya dikonsumsi sebagai selingan atau dalam keadaan darurat apabila tidak ada waktu untuk mengolah bahan makanan segar.

*Baca petunjuk pengolahan yang tertera pada kemasannya. Kalau tertulis harus direbus sekitar 3 menit dalam air mendidih kemudian tiriskan dengan saringan, ya turuti demikian, jangan kurang.

Sangat mungkin dengan merebusnya dalam air mendidih itulah akan terurai zat-zat sisa yang tak bermanfaat atau malah membahayakan.

*Untuk mi basah, beli mi dari penjual yang bisa dipercaya. Pilih mi yang warnanya tidak mencolok, tidak terlalu Kenyal alias mudah putus.

Baca Juga : Daging Merah dalam MPASI Dapat Turunkan Resiko Anemia Defisiensi Besi

*Perhatikan aroma mi. Aroma mi itu khas. Jika mi sudah beraroma menyengat atau aneh alias diragukan. Bisa saja mi tersebut mengandung boraks atau formalin.

*Sebelum memasak mi basah juga mi kering tak terkecuali mi instan, rebus dengan air yang banyak terlebih dahulu hingga matang. Airnya buang. Baru mi dimasak sesuai selera.(*)