Data menunjukkan konsumsi makanan cepat saji bervariasi berdasarkan usia, tingkat pendapatan, ras dan jenis kelamin.
Baca Juga : Bayi Setan, Bertahan Hidup Tanpa Air Ketuban dan Plasenta Robek Hingga Dilahirkan
Misalnya, 44,9% orang dewasa berusia 20 hingga 39 tahun mengatakan mereka mengonsumsi makanan cepat saji pada hari tertentu, dibandingkan dengan 37,7% orang dewasa berusia 40 hingga 59 tahun, dan 24,1% orang dewasa berusia 60 tahun ke atas.
Persentase orang dewasa yang mengatakan mereka mengonsumsi makanan cepat saji naik seiring dengan meningkatnya pendapatan keluarga.
Secara keseluruhan, 31,7% berpenghasilan rendah, 36,4% berpenghasilan menengah, dan 42% orang dewasa berpenghasilan tinggi mengatakan mereka makan makanan cepat saji.
Hal ini mengejutkan para peneliti karena berbanding terbalik dengan ekspektasi mereka, yang mana mereka kira orang dengan berpenghasilan rendah lah yang lebih banyak mengonsumsi makanan cepat saji.
"Koneksi atau korelasi itu berlawanan dengan apa yang mungkin saya harapkan," kata Dr Lawrence Cheskin, seorang associate professor dan direktur penelitian klinis di Global Obesity Prevention Center di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health.
"Tapi kami membutuhkan studi semacam ini dan fakta dan statistik semacam ini untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang mendorong penggunaan makanan yang, sebagai seorang ahli gizi, bukanlah pilihan utama dalam berbagai alasan," sambungnya.
Untungnya, Cinta menjunjung tinggi pola hidup sehat sehingga ia rajin berolahraga hampir setiap hari.
Baca Juga : Gumoh Pada Bayi Adalah Hal yang Wajar, Begini Cara Mengatasinya
Jenis olahraga yang dilakoni Cinta pun bermacam-macam diantaranya boxing, muaythai, dan bersepeda.
"Aku olahraga lima sampe enam kali seminggu apa aja, biasanya di Amerika tiga kali seminggu sama personal trainer," terangnya. (*)