Find Us On Social Media :

Cinta Laura Akui Kehidupan Amerika Ironis, Penelitian: 40% Orang Amerika Makan Makanan Cepat Saji dalam 24 Jam

Cinta Laura mengaku hidup di Amerika ironis

GridHEALTH.id - Aktris sekaligus penyanyi Cinta Laura mengakui bahwa kehidupan di Amerika Serikat cukup ironis.

Selama Cinta Laura tinggal di Amerika Serikat 8 tahun lamanya, ia cukup banyak bertemu dengan orang-orang yang mempunyai gaya hidup tidak sehat.

Inilah yang membuat Cinta Laura mengatakan gaya hidup orang Amerika ironis.

Baca Juga : Cinta Laura Vaksin HPV Demi Cegah Kanker Serviks, Ini Pentingnya Bagi Perempuan Zaman Sekarang!

Ia mengatakan tidak sedikit warga Amerika yang mengonsumsi makanan cepat saji, padahal hal itu sama sekali tidak sehat.

"Cara hidup di Amerika agak ironic menurut aku, banyak banget orang yang hidupnya nggak sehat, makan junk food, tapi awareness untuk kesehatan juga tinggi banget," kata Cinta, melansir Grid.ID.

Gadis berusia 25 tahun ini mengatakan orang Amerika seakan terbagi menjadi 2 kelompok.

"Jadi ada dua grup, orang yang gak sehat dan ada juga yang sehat banget," lanjutnya.

Tapi beruntungnya Cinta hidup di lingkungan perkotaan yang warganya memiliki kesadaran tinggi dalam menerapkan gaya hidup sehat.

"Aku tinggal di kota besar kayak New York, LA, kota itu biasanya lebih healthy," ujarnya lagi.

Berdasarkan laman Time.com, dalam penelitian Disease Control and Prevention’s National Center for Health Statistics (NCHS) kira-kira ada 40% orang Amerika makan makanan cepat saji dalam kurun 24 jam.

Antara 2013 hingga 2016, sebanyak 37% orang dewasa di Amerika mengonsumsi makanan cepat saji pada hari tertentu, berdasarkan data yang dipublikasikan dalam laman cdc.gov oleh National Center for Health Statistics.

"Pada hari tertentu di Amerika Serikat, diperkirakan 36,6% atau sekitar 84,8 juta orang dewasa mengkonsumsi makanan cepat saji," kata Cheryl Fryar, penulis pertama laporan dan ahli statistik kesehatan di CDC.

Baca Juga : Adik Louis Tomlinson Anggota One Direction Meninggal Mendadak di Usia 18 Tahun Akibat Serangan Jantung

"Kami fokus pada makanan cepat saji untuk laporan ini karena makanan cepat saji telah memainkan peran penting dalam diet Amerika dalam beberapa dekade terakhir," lanjutnya, melansir CNN.com (3/10/2018).

"Makanan cepat saji telah dikaitkan dengan pola makan yang buruk dan peningkatan risiko obesitas."

Makanan cepat saji seperti junk food, kadar kalori di dalamnya cenderung tinggi, begitu juga dengan lemak, gula dan garam.

Jika dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan obesitas, tekanan darah tinggi, diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.

Dari rangkuman data antara 2007 hingga 2010 juga mengungkapkan, rata-rata asupan kalori harian orang dewasa di Amerika 11,3% berasal dari konsumsi makanan cepat saji.

Laporan terbaru dari survei yang dilakukan oleh National Health and Nutrition Examination Survey pada 2013 hingga 2016 mengungkapkan, sekitar 10.000 orang berusia 20 tahun ke atas lah yang lebih sering mengonsumsi makanan cepat saji.

Data menunjukkan konsumsi makanan cepat saji bervariasi berdasarkan usia, tingkat pendapatan, ras dan jenis kelamin.

Baca Juga : Bayi Setan, Bertahan Hidup Tanpa Air Ketuban dan Plasenta Robek Hingga Dilahirkan

Misalnya, 44,9% orang dewasa berusia 20 hingga 39 tahun mengatakan mereka mengonsumsi makanan cepat saji pada hari tertentu, dibandingkan dengan 37,7% orang dewasa berusia 40 hingga 59 tahun, dan 24,1% orang dewasa berusia 60 tahun ke atas.

Persentase orang dewasa yang mengatakan mereka mengonsumsi makanan cepat saji naik seiring dengan meningkatnya pendapatan keluarga.

Secara keseluruhan, 31,7% berpenghasilan rendah, 36,4% berpenghasilan menengah, dan 42% orang dewasa berpenghasilan tinggi mengatakan mereka makan makanan cepat saji.

Hal ini mengejutkan para peneliti karena berbanding terbalik dengan ekspektasi mereka, yang mana mereka kira orang dengan berpenghasilan rendah lah yang lebih banyak mengonsumsi makanan cepat saji.

"Koneksi atau korelasi itu berlawanan dengan apa yang mungkin saya harapkan," kata Dr Lawrence Cheskin, seorang associate professor dan direktur penelitian klinis di Global Obesity Prevention Center di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health.

"Tapi kami membutuhkan studi semacam ini dan fakta dan statistik semacam ini untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang mendorong penggunaan makanan yang, sebagai seorang ahli gizi, bukanlah pilihan utama dalam berbagai alasan," sambungnya.

Untungnya, Cinta menjunjung tinggi pola hidup sehat sehingga ia rajin berolahraga hampir setiap hari.

 

Baca Juga : Gumoh Pada Bayi Adalah Hal yang Wajar, Begini Cara Mengatasinya

Jenis olahraga yang dilakoni Cinta pun bermacam-macam diantaranya boxing, muaythai, dan bersepeda.

"Aku olahraga lima sampe enam kali seminggu apa aja, biasanya di Amerika tiga kali seminggu sama personal trainer," terangnya. (*)