"Hasil penelitian ini menjelaskan metode yang layak, aman, dan efektif bagi wanita yang memiliki HIV agar bisa hamil," sambungnya.
Meski begitu, peneliti menyebut bahwa masalah mungkin tetap muncul pada penggunaan terapi ini seperti pada kurangnya asesmen secara rutin untuk memastikan penyebaran virus yang tak terdeteksi.
Baca Juga : Milenial Diduga Kurang Minum Air Putih, Padahal Ini Manfaat Air
Namun hal ini juga tampaknya akan terpecahkan dari hasil penelitian terbaru yang baru ditemukan di University of Michigan ini.
Tim peneliti menyebut bahwa pasangan yang wanitanya positif HIV sedangkan pria-nya tidak, dapat melakukan inseminasi vaginal agar dapat memiliki anak tanpa menurunkan HIV yang mereka miliki. Hasil ini muncul berdasar analisis dari sejumlah pasangan di Kenya.
Sekitar 44% dari pasangan di Kenya dilaporkan merupakan HIV-serodiscordant. Sekitar 20% hingga 50% bagian dari kelompok ini mengatakan bahwa mereka berminat memiliki anak.
Untuk penelitian ini, tim peneliti mengikuti partisipan selama dua bulan dan mengawasi infeksi menular seksual di antara mereka.
Baca Juga : Hari Parkinson Sedunia: Kopi, Kacang & Ikan Dapat Meningkatkan Kekuatan Otak
Peneliti menemukan bahwa inseminasi vaginal ketika dilakukan hingga enam siklus menstrual ternyata membuahkan kelahiran tanpa adanya transmisi HIV. Kesimpulannya, penderita HIV/AIDS berpeluang besar punya anak.