Menurut WHO, burnout memiliki tiga elemen: perasaan lelah, terasing dari pekerjaan dan kinerja yang buruk di tempat kerja.Namun kembali lagi ke masalah para pembuat konten Youtube, cara bekerja mereka berbeda dengan pekerja kantoran pada umumnya atau orang-orang yang bekerja di media konvensional.
Para Youtuber biasanya harus bekerja sendirian, mulai dari membuat ide, merekam video, membintangi video, mengedit video hingga membalas komentar-komentar para subscriber. Apalagi seorang Youtuber biasnya adalah wajah dari akunnya sendiri.
Dilansir dari The Guardian (12/8/2018) salah satu penyebab burnout sering dialami oleh banyak Youtuber adalah alogaritma pada Youtube.Zoe Glatt, seorang peneliti PhD dari London School of Economics yang melaksanakan etnografi digital terhadap Youtuber, mengatakan bahwa alogaritma Youtuber lebih menyukai akun yang melakukan upload secara reguler dan memiliki konten dengan fokus yang sempit.
Baca Juga: Lakukan 7 Hal Ini Setelah Berhubungan Intim, Rasakan Manfaatnya yang Bikin Ketagihan
“Para pembuat konten didorong untuk mengejar pendekatan kuantitas-dari pada-kualitas jika mereka ingin mencapai sukses di Youtube," ujarnya.
"Ini, dikombinasikan dengan ketidakjelasan tentang konten apa yang akan dipromosikan oleh Youtube dan apa yang mungkin didemonetisasi menyebabkan kehidupan kerja yang sangat tidak pasti dan membuat stres bagi para pembuat konten,” imbuhnya lagi.