Find Us On Social Media :

Bubble Tea Bisa Sebabkan Anak Obesitas Hingga Depresi, Kenali Masalah Kesehatan yang Mengintai Anak Saat Mengonsumsi Minuman Ini Ini

Meski menjadi minuman yang banyak digemari, ternyata bubble tea dapat tingkatkan resiko obesitas pada anak.

GridHEALTH.id - Bubble tea atau yang juga dikenal sebagai boba, adalah jenis minuman yang berbahan dasar teh yang dicampur dengan bola-bola kecil yang terbuat dari tepung tapioka.

Ide minuman yang dikenal berasal dari negara Taiwan ini, muncul ketika seorang pemilik kedai teh merasa bosan dengan menu yang dijualnya.

Baca Juga: Ahli Kesehatan di Rumah Sakit Singapura Khawatir Bubble Tea Akan Meningkatkan Jumlah Penderita Penyakit Kronis di Negaranya

Ia pun mencampur teh yang biasa dibuatnya dengan puding tapioka yang dibentuk menjadi bola-bola kecil.

Campuran kedua bahan ini ternyata sangatlah enak, hingga sang pemilik kedai pun memutuskan untuk menjadikan minuman ini sebagai menu baru di kedainya.

Semakin hari minuman ini semakin populer di Taiwan dan mulai diadaptasi oleh berbagai kedai lainnnya, hingga akhirnya minuman ini populer di seluruh dunia.

 Baca Juga: Alami Gejala Saat Isi Acara Olahraga, Agung Hercules Sempat Jalani 33 Terapi Radiasi hingga Merasakan Dampak Ini

Tak heran rasanya jika anak-anak gemar meminum bubble tea ini. Rasanya yang manis nan segar sekaligus mampu mengenyangkan perut ini, membuatnya menjadi jajanan yang sering dibeli oleh anak-anak.

Namun ternyata, dalam minuman ini memiliki kandungan gula yang tinggi dan berpotensi membahayakan kesehatan.

Melansir laman WebMD, minuman ini mengandung kalori hingga lebih cocok dikategorikan sebagai hidangan penutup daripada minuman.

Bola-bola kecil yang terbuat dari tepung tapioka ini ternyata mengandung lebih dari 200 kalori per setengah cangkir.

Baca Juga: Sadar Akan Kesalahan Masa Lalu, Andika Mahesa Ketagihan Perawatan Wajah Demi Menjaga Titel 'Babang Tamvan'

 

Bayangkan jika anak-anak meminum satu gelas penuh bubble tea, dalam sekali minum tubuhnya sudah menyerap lebih dari 500 kalori.

Padahal kebutuhan kalori pada anak-anak berusia 4 hingga 6 tahun hanya sebanyak 1600 kkal per harinya.

Jika anak terus menerus mengkonsumsi bubble tea, tentunya akan menimbulkan masalah kesehatan bagi sang anak.

Baca Juga: Kelainan Tulang Belakang Rentan dialami Anak-Anak dan Sulit Disembuhkan, Waspadai Tanda-tandanya

 

Salah satunya adalah munculnya penyakit obesitas. Obesitas pada anak adalah kondisi medis serius yang mudah menghampiri anak-anak dan remaja. 

Anak-anak yang obesitas memiliki berat badan di atas normal yang tidak sesuai untuk usia dan tinggi badan mereka.

Berdasarkan laman kesehatan Mayo Clinic, obesitas pada anak-anak sangatlah meresahkan karena membuat anak-anak mulai mengalami masalah kesehatan.

Baca Juga: Awas! Pestisida pada Sayuran juga Buah Bisa Membuat Kita Mandul

Berbagai masalah yang akan muncul pada anak yang mengalami obesitas, diantaranya :

1. Masalah Fisik

# Diabetes tipe 2

Gaya hidup yang kurang sehat ditambah dengan konsumsi makanan mengandung glukosa yang berlebihan, dapat menyebabkan penyakit diabetes ini muncul pada tubuh anak-anak.

Baca Juga: Bukan Tanpa Alasan Jokowi Jarang Terlihat Sakit, Ternyata Ini Rahasianya

# Kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi

Pola makan yang buruk dapat menyebabkan anak-anak mengalami salah satu atau kedua kondisi ini.

Faktor-faktor ini dapat menimbulkan penumpukan plak di arteri yang dapat menyebabkan arteri menyempit dan mengeras, hingga dapat menyebabkan serangan jantung atau stroke dikemudian hari.

# Asma

Anak-anak yang kelebihan berat badan atau obesitas dapat menyebabkan anak-anak menderita penyakit asma.

Baca Juga: Komedian Aming 2016 Ditinggal Wafat Anaknya dan 2017 Cerai dari Evelyn, 2019 Mengalami Depresi, Inikah Penyebabnya Hilang dari Dunia Hiburan?

# Gangguan tidur

Obesitas dapat menyebabkan sistem pernapasan pada anak dapat terganggu. Gangguan ini berpotensi menyebabkan pernapasan pada anak berulang kali berhenti saat tidur.

# Penyakit hati berlemak non-alkohol (Non-Alcoholic Fatty Liver Disease/NAFLD)

Gangguan ini biasanya tidak menimbulkan gejala, namun menyebabkan timbunan lemak yang menumpuk di hati.

Timbunan lemak yang menumpuk di hati ini dapat menyebabkan  anak berpotensi mengalami kerusakan hati.

Baca Juga: Erupsi Gunung Tangkuban Diperkirakan Sepekan, Sayuran juga Buah-buahan Lembang Aman Dikonsumsi

 

# Fraktur tulang

Anak-anak yang mengalami obesitas lebih mudah mengalami patah tulang, daripada anak-anak dengan berat badan normal.

Adapun masalah emosional yang dialami anak yang mengalami obesitas, yaitu :

2. Masalah Emosional

Baca Juga: Tidak Sanggup Mengurus Suami Seorang Diri, Wanita ini Mencarikan Suaminya Istri Kedua dan Berhasil

# Harga diri rendah dan mudah merasa terintimidasi. 

Anak-anak sering kali mengolok teman sebayanya yang kelebihan berat badan. Hal ini dapat menyebabkan anak penderita obesitas merasa kehilangan harga diri dan mudah merasa terintimidasi oleh hal-hal sepele.

# Perilaku dan masalah belajar

Anak-anak yang kelebihan berat badan, cenderung mudah merasa cemas dan memiliki keterampilan sosial yang lebih buruk daripada anak-anak dengan berat badan normal.

Masalah-masalah ini dapat menyebabkan anak memiliki masalah ketika mereka belajar.

# Depresi

Harga diri yang rendah dapat menciptakan perasaan putus asa yang luar biasa pada anak yang mengalami obesitas.

 

Baca Juga: Lupa Membawa Pulang Tas Sekolah, Anak Perempuan Usia 8 Tahun Dihukum Berlutut di Atas Bara Api Oleh Ibunya, Ini yang Terjadi Padanya

 

Bukannya tidak boleh memberi izin pada anak untuk mengonsumsi bubble tea, namun ada baiknya jika orangtua mensiasati kegemaran sang anak dengan berbagai cara, seperti : meminta pelayan yang membuat bubble tea untuk mengurangi takaran pemanis.

Mengganti krim manis ataupun susu kental manis dengan susu biasa, kurangi takaran bubble tea yang biasa dikonsumsi dalam satu gelasnya, dan lebih baik berikan anak bubble tea dalam porsi yang lebih kecil untuk mencegahnya memiliki penyakit obesitas.

Jangan lupa upaya terbaik untuk cegah obesitas pada anak adalah dengan memperbaiki kebiasaan makan dan melatihnya untuk mulai berolahraga. (*)