Find Us On Social Media :

Memasak Menjadi Dasar Kesetaraan Gender dan Kesehatan di Keluarga

Dari memasak kita bisa belajar kesetaraan gender dan peduli kesehatan.

GridHEALTH.id - Pekerjaan rumah tangga seperti memasak sering sekali dipersepsikan sebagai kewajiban seorang wanita.

Namun konstruksi sosial budaya tersebut nampaknya harus di hilangkan, karena sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan dan perubahan budaya saat ini.

Baca Juga: Kiat Memasak Untuk Satu Minggu, Tetapi Tetap Sehat dan Variatif!

Mengingat sekarang, tak sedikit wanita juga yang ikut bertanggungjawab secara finansial dalam keluarga.

Sehingga membuat para pria tak salah jika harus melakukan urusan rumah tangga seperti memasak itu sendiri.

Seperti yang kita ketahui, pria yang memasak sering diidentikan sebagai pria yang tidak maskulin.

Baca Juga: Life Style Sehat Populer: Mulai dari Diet Pisang ala Orang Jepang, Hingga Botoks ala Presenter Robby Purba

Menanggapi hal tersebut, Roslina Verauli, seorang Psikolog Klinis Anak, Remaja, dan Keluarga, menjelaskan bahwa anak belajar tentang identitas gender (peran, perilaku, fungsi, dan status) melalui identifikasi gender di lingkungan (interaksi dengan orang tua, media, dan sekolah). 

Oleh karena itu, para ayah harus bisa menunjukan karakter maskulin tanpa stereotip yang berdampak negatif saat mengerjakan pekerjaan rumah.

Baca Juga: Anaknya Sempat Cekcok dengan Jennifer Dunn, Bunda Sarita: 'Aku Punya Jam-Jam Tertentu Untuk Nangis'

"Remaja hanya belajar dari lingkungan. Bapak-bapak mulai masak biar anak muda meniru. Anak muda akan belajar sisi maskulin saat ayahnya di dapur," ungkap Vera saat ditemui GridHEALTHid di Acara Kecap ABC "Koki Muda Sejati" Jakarta, Senin, 26 Agustus 2019.

Menurutnya hal ini dapat mengajarkan anak untuk menghargai kesetaraan gender di masa yang akan datang.

Baca Juga: Digemari Masyarakat Indonesia, Daging Ayam Disebut Penyebab Wabah Penyakit Mematikan

"Ketika anak laki-laki terlibat dalam kegiatan rumah tangga. Mereka akan siap berperan egaliter saat berkeluarga," katanya.

Untuk itu, Vera menyarankan agar para orangtua mengajarkan sejak dini anak tentang berkontribusi dalam pekerjaan rumah tangga seperti memasak ini.

Sehingga jika ibu sedang tidak bisa memasak, ada yang bisa menggantikannya.

Selain itu, kesehatan keluarga pun bisa terjaga jika makanannya merupakan masakan rumah sendiri.

Baca Juga: Bocah Inggris Bangun Dari Koma 3 Minggu Setelah Sang Ibu Menyemprotkan Deodoran Favorit

Buktinya, sebuah penelitian dalam jurnal di pediatrics.aappublications.org menunjukkan makanan yang dibuat sendiri di rumah bisa memperbaiki asupan nutrisi.

Seorang peneliti dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, Julia A. Wolfson mengatakan kalau pengaruh kesehatan dari makan bersama keluarga bisa berasal dari frekuensi makanan rumahan yang sehat dan tidak tinggi kalori.

“Saat orang lebih sering memasak di rumah, mereka mengonsumsi karbohidrat, gula, dan lemak yang lebih sedikit dibandingkan mereka yang makan diluar,” kata Wolfson dalam penelitiannya Home Cooking is a Main Ingredient in Healthier Diet.

Baca Juga: Depresi Karena Tidak Bisa Kerjakan PR, Remaja 13 ini Nekat Mengakhiri Hidupnya

Selain itu, menurutnya makanan di rumah bisa dikonsumsi dan diatur sendiri dalam porsi yang wajar sehingga bisa terhindar dari risiko kesehatan seperti obesitas. (*)

#gridhealthid #inspiringbetterhealth