GridHEALTH.id – Anak adalah karunia juga masa depan. Sebab itu, semua orangtua di dunia ini akan berjuang dan selalu memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya.
Terlebih untuk urusan sakit, kesehatan, dan prestasi, juga karir anak-anaknya.
Semua orangtua umumnya konsen dan perhatian sekali untuk hal-hal tersebut. Bahkan itu menjadi perhatian utama.
Tapi mengapa pemeran Wiro Sableng ini, Vino G Bastian, saat anaknya sakit tidak membawanya ke dokter juga lekas memberinya obat? Apakah suami Marsha Timothy terbawa karakter sableng Wiro Sableng yang diperankannya?
Beda dengan ibu satu ini, Carla Belluci seorang selebgram dab model, yang langsung membawa anaknya melakukan operasi plastik, dikarenakan putrinya itu tidak berprestasi dibidang akademik.
Kata si ibu, “Orang jelek tidak akan mendapatkan tempat dimanapun.”
Baca Juga: Tega, Pemeran Wiro Sableng Ini Tak Ingin Segera Obati Anaknya Ketika Sakit, Kok Bisa?
Alasan Vino G Bastian tidak Membawa Anaknya ke Dokter dan Memberinya Obat Saat Sakit
"Saya enggak ingin sering-sering kasih obat. Sampai sekarang anak saya enggak saya kasih obat kalau pilek atau batuk," ujar Vino G Bastian.
Dibalik keputusannya tersebut, rupanya Vino G Bastian punya prinsip bahwa setiap penyakit adalah proses alamiah.
Baca Juga: Sering Makan Mi Instan Campur Nasi? Awas, Penyakit Mematikan Ini Diam-Diam Menghantui
"Buat saya itu (sakit) adalah proses yang alami untuk daya tahan tubuhnya. Jadi kalau sering-sering terkontaminasi obat nggak bagus," terangnya, mengutip Kapan Lagi.
Walau terkesan tega dengan kesehatan anak, ternyata prinsip Vino G Bastian tersebut diacungi jempol oleh beberapa dokter.
Bahkan seorang dokter spesialis anak, dr Yulianto S.K, SpA(K) juga menyarankan pada seluruh orangtua agar tidak panik ketika anak sakit.
"Jadi bagi orangtua, tidak perlu panik jika anak mengalami demam, batuk atau pilek," ujarnya saat ditemui GridHEALTH.id di bilangan Bintaro.
Menurut The American Academy of Pediatrics menyebutkan bahwa obat-obat batuk pilek tidak diberikan kepada anak di bawah usia 6 tahun.
Penelitian menyebutkan bahwa produk-produk tersebut menawarkan sedikit manfaat bagi anak-anak kecil, dan berpotensi memiliki efek samping serius.
Baca Juga: Alergi Pada Anak, Tidak Bisa Disembuhkan Namun Bisa Dikendalikan
Banyak produk obat batuk pilek untuk anak-anak yang memiliki lebih dari satu bahan (komposisi) yang memungkinkan meningkatkan tingkat overdosis, jika dikombinasikan dengan obat lainnya.
Lantas bagaimana untuk mengobatai batuk pilek jika anak-anak tidak boleh langsung diberikan obat tersebut?
Sebuah penelitian dari Profesor Alyn Morice, kepala Klinik Hull Cough, menyatakan bahwa ada “obat” batuk yang rupanya ampuh menyembuhkan penyakit tersebut pada anak-anak.
"Memakan sebatang cokelat hitam sehari yang memiliki kadar senyawa tinggi, mungkin juga efektif untuk orang yang didiagnosis batuk terus-menerus, meskipun makan cokelat setiap hari mungkin memiliki efek lain yang tidak diinginkan, termasuk penambahan berat badan dan sebagainya," ucap Prof. Alyn Morice.
Namun sebelum mencoba saran tersebut, pastikan dulu anak tidak memiliki reaksi alergi terhadap cokelat atau konsultasikan terlebih dahulu pada dokter.
Selain itu, menurut dr Yulianto, cukup berikan cairan agar anak selalu terhidrasi dengan baik, dan jika demam berikan obat penurun demam (paracetamol).
Jadi masuk akan dan bisa kita jadikan contoh apa yang menjadi prinsip Vino G Bastian.
Baca Juga: Alergi Antibiotik Bisa Bahayakan Nyawa, Ini Jenis Alergi Lainnya
Seorang Anak Dioperasi Plastik Karena Tidak Berprestasi Akademik
Carla Belluci, yang memiliki lebih dari 60.000 pengikut di Instagram yang dan sebagian besar postingannya fotonya ketika menjadi model.
Untuk mempromosikan sang anak, Carla Belluci pergi ke Majalah Closer dan mengatakan bahwa ia ingin putrinya, Tanisha, harus menjalani operasi plastik agar hidupnya lebih lancar nantinya.
Sang ibu juga mengatakan kepada majalah itu bahwa anak perempuannya yang berusia 14 tahun itu tidak menonjol secara akademis.
Bahkan mantan model ini membandingkan sang putri dengan anak laki-lakinya.
"Saya tidak peduli mengenai pendidikannya, tidak seperti anak laki-laki saya," ujarnya dalam tayangan This Morning.
Carla memakssa sang anak perempuannya itu untuk menjalani operasi plastik, karena menurutnya, orang-orang jelek tidak mendapatkan tempat di manapun.
"Dia harus bergantung pada penampilannya untuk terus hidup sehingga dia harus menjadi sempurna."
"Saat ini dia menyukai penampilan Kardashian dengan bagian bokong dan payudara besar dan bibir yang di filler.
"Dia akan mendapatkan hasilnya ketika dia berusia 16 tahun, yang saya sepenuhnya mendukung," lanjutnya.
Dan operasi plastik menjadi jawabannya.
Tapi tahukah, menurut Asosiasi Dokter Bedah Kosmestik Australia, operasi plastik terutama bagi anak berusia dibawah 18 tahun berbahaya, dan bisa berakibat kematian.
"Anak tidak harus menjalani operasi plastik dalam bentuk apapun, kecuali ada alasan medis atau psikologis yang sangat kuat," kata Ketua Asosiasi Gabrielle Caswell, mengutip Kompas.com.
Baca Juga: Musim Kemarau Sering Memicu Timbulnya Alergi, Atasi dengan Cara Ini
Ketua Asosiasi Ahli Bedah Plastik Australia Geoff Lyons mengatakan penyuntikan botoks memliki risiko kesehatan yang tinggi apalagi dilakukan oleh mereka yang tidak memiliki kualitas memadai.
"Botoks dan kolagen adalah bahan yang perlu resep dokter, dan tindakan ini harus dilakukan di fasilitas yang memiliki izin sehingga bila terjadi sesuatu bisa ditangani dengan baik," kata Lyons.
Bahkan menurut penelitian yang dipublikasikan dalam AMA Journal of Ethics menyebutkan bahwa risiko primer operasi plastik pada remaja termasuk infeksi, kerusakan kulit, saraf dan organ vital, lemak atau gumpalan darah (yang dapat bermigrasi ke paru-paru, menyebabkan kematian), dan kehilangan cairan yang berlebihan yang dapat menyebabkan syok atau kematian.
Sepertinya berbagai risiko kesehatan itu ditampik Carla, ia berjuang untuk bisa mengoperasi plastic putrinya.
Bahkan kini Tanisha yang baru berusia 14 tahun itu telah menggunakan kuku akrilik.
Padahal menurut Dr. David Orton dari Cleveland Clinic, kandungan metakrilat dan toulena dalam kuku palsu dan cat kuku tersebut dapat merusak sistem saraf, terlebih jika digunakan dalam jangka panjang.
Selain itu, kuku palsu dapat menimbulkan infeksi bakteri, jamur, atau virus yang dapat menutupi semua lapisan kuku dan kulit sekitar jari.(*)