Find Us On Social Media :

Thareq Kemal Habibie Mencuri Perhatian dengan Tampilan Penutup Mata, Diduga Ini Penyebabnya yang Berisiko Kebutaan Permanen

Thareq Kemal Habibie kabarkan kondisi terkini BJ Habibie. Penampilannya membuat masyarakat penasaran.

GridHEALTH.id - Wafatnya Presiden ke-3 RI, BJ Habibie meninggalkan duka yang mendalam bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Kesehatan BJ Habibie Turun Naik Pasca Ditinggal Ainun, Statistik Menyebutkan Pria Berisiko Depresi dan Cepat Meninggal Jika Istri Wafat Lebih Dulu

Di tengah kesedihan yang melanda bangsa, muncul sosok yang mencuri perhatian publik. Dia adalah anak bungsu dari BJ Habibie, yakni Thareq Kemal Habibie.

Bukan tanpa alasan, kenapa kemunculan Thareq Kemal Habibie mencuri perhatian. Pasalnya, Thareq Kemal Habibie memiliki penampilan khas, yakni memakai penutup mata seperti 'Nick Fury' di film Avenger.

Thareq Kemal Habibie merupakan adik dari Ilham Akbar Habibie. Usia Thareq Kemal Habibie dan Ilham Akbar Habibie hanya terpaut 4 tahun saja.

Thareq Kemal Habibie lahir pada tahun 1967 sedangkan kakaknya lahir pada tahun 1963. Saat ini usia Thareq Kemal Habibie adalah 52 tahun.

Bukan kali pertama Thareq Kemal Habibie mencuri perhatian karena penampilannya. Saat menjenguk dan melayat Ibu Ani Yudhoyono, Thareq Kemal Habibie juga mencuri perhatian publik.

Baca Juga: Ini Dia, 6 Cara Atasi Nyeri Lutut Dengan Mudah dan Murah

Namun hingga kini belum diketahui pasti apa alasan Thareq Kemal Habibie mengenakan penutup mata tersebut.

Berdasarkan penelusuran Tribun Timur. Com Thareq Kemal Habibie diduga mengalami kerusakan saraf pada mata yang disebut glaukoma.

Baca Juga: Mengungkap Resep Panjang Umur dari Penduduk 5 Negara, Mudah Ditiru !

Sementara menurut wikipedia.org, jika diketik kata kunci 'nama alat penutup mata satu' maka kita di bawah ke halaman berikut https://id.wikipedia.org/wiki/Penutup_mata

Dalam penjelasannya ditulis bahwa alat itu dipakai seseorang karena 2 alasan. Alasan pertama karena mata orang yang memakai alat itu sedang sakit.

Alasan kedua digunakan untuk terapi Amblyopia. "Amblyopia atau mata malas adalah berkurangnya penglihatan yang terjadi karena otak mengabaikan gambar yang diterima dari mata," jelas laman ini.

Namun, bila benar Thareq Kemal Habibie menderita glaukoma, perlu diwaspadai karena penyakit ini terkenal dengan nama "pencuri penglihatan" karena dapat menyebabkan kebutaan.

Untuk diketahui, glaukoma adalah penyakit saraf mata dimana terjadi kerusakan saraf yang menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan yang permanen secara perlahan dan peningkatan tekanan bola mata merupakan faktor risiko utama.
 
Baca Juga: Kok Masih Gemuk Padahal Sudah Diet? Ternyata Ini Dia 8 Penyebabnya
 
Dikutip dari lama Jakarta Eye Center, penyakit ini merupakan penyebab kebutaan kedua terbesar setelah katarak.
Glaukoma sering disebut sebagai pencuri pengelihatan karena penyakit ini sebagian besar tidak bergejala sehingga pasien cenderung tidak menyadari bahwa dirinya memiliki glaukoma hingga akhirnya terjadi kerusakan fungsi penglihatan yang cukup berat.  
 
Baca Juga: Mengidap Penyakit Langka, Pria Ini Menjadi Manusia Pertama yang Hidup Tanpa Jantung
 
Sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan glaukoma. Tujuan pengobatan glaukoma adalah untuk mengontrol dan mencegah perburukan dari penyakit tersebut. Tanpa pengobatan yang tepat, glaukoma dapat berakhir pada kebutaan.  
 
Namun dengan berkembangnya berbagai alat pemeriksaan glaukoma untuk deteksi dini, pemeriksaan mata secara berkala, dan berbagai metode terapinya, glaukoma dapat dikontrol dan penglihatan pun dapat diselamatkan.
 
Pada sebagian besar kasus glaukoma, tekanan bola mata yang tinggi merupakan penyebab terjadinya kerusakan saraf mata.
 
Biasanya hal ini disebabkan oleh terganggunya cairan keluar pada sistem drainase cairan bola mata yang mengakibatkan penumpukan cairan bola mata sehingga terjadi peningkatan tekanan intraokular.
 
Baca Juga: Hasil Studi Menyatakan: Infeksi Gusi Bisa Sebabkan Wanita Sulit Hamil
 
Peningkatan tekanan ini merusak saraf mata dan berakhir dengan hilangnya luas penglihatan.
 
 

 
Tingginya tekanan bola mata merupakan faktor risiko utama terjadinya kerusakan saraf pada glaukoma. Namun disisi lain, glaukoma dapat terjadi pada beberapa pasien dimana tekanan bola mata masih dalam kisaran yang dianggap normal.
Hal ini sering disebut sebagai normal tension glaucoma atau glaukoma normotensi. Walaupun mekanismenya belum sepenuhnya dimengerti, tetapi terdapat beberapa faktor yang diduga dapat menyebabkan hal ini antara lain adanya gangguan vaskular sistemik.
 
Baca Juga: Mengidap Penyakit Langka, Pria Ini Menjadi Manusia Pertama yang Hidup Tanpa Jantung
 
Tekanan bola mata dapat bervariasi sepanjang hari, namun biasanya berada dalam kisaran normal. Rentang tekanan bola mata yang dianggap normal biasanya berkisar antara 10 mmHg- 21mmHg. 
 
Glaukoma biasanya bersifat kronik progresif yang artinya kerusakan terjadi dalam waktu yang lama dan semakin lama semakin berat.
 
Penyakit ini umumnya terjadi pada kedua mata dengan tingkat keparahan yang bisa saja berbeda.
 
Kerusakan saraf pada glaukoma menyebabkan hilangnya lapangan pandang seseorang. Seringkali hilangnya luas penglihatan awalnya terjadi pada sisi perifer atau tepi, sehingga pasien tidak memiliki keluhan dalam aktivitas sehari-hari.  
 
Apabila tekanan intraokular terus tidak terkontrol maka penglihatan sentral pun akan rusak secara permanen.
 
Baca Juga: 4 Gejala Seseorang Sedang Mengalami Stres, Salah Satunya Mudah Marah
 
Pada kebanyakan kasus, peningkatan tekanan intraokular berlangsung perlahan dan tidak menunjukkan gejala.  
Pada sebagian kecil kasus, gejala dapat muncul berupa penglihatan berkabut, sakit kepala disertai sakit di sekitar bola mata, mual atau muntah, melihat halo atau pelangi di sekitar cahaya, dan penglihatan buram mendadak.
 
Baca Juga: Hasil Penelitian: Gigi Sehat Pengaruhi Kepercayaan Diri Anak
 
Glaukoma dapat menyerang siapa saja dari semua golongan umur, baik bayi ataupun manula. Tapi terdapat beberapa golongan yang memiliki risiko lebih tinggi di antaranya riwayat keluarga dengan glaukoma, usia di atas 40 tahun, ukuran kacamata minus atau plus yang tinggi, menderita diabetes, penggunaan obat-obatan steroid serta berasal dari ras Asia atau Afrika.
 
Deteksi dini merupakan cara pencegahan kebutaan akibat glaukoma yang paling penting. Sebab, kerusakan akibat glaukoma bersifat permanen sehingga apabila kerusakan sudah terjadi, gangguan pengelihatan yang sudah terjadi tidak bisa dikembalikan lagi.
 
Skrining berkala dilakukan untuk mendeteksi glaukoma secara dini. Pemeriksaan skrining glaukoma biasanya dilakukan mulai usia 40 tahun dengan rentang waktu setiap 2 tahun.
 
Baca Juga: Sekitar 35% Orang Pernah Mengalami Setidaknya Satu Kali Pingsan, Segera Lakukan Hal Ini Bila Hilang Kesadaran
 
Namun jika memiliki riwayat keluarga memiliki glaukoma, dokter mungkin menjadwalkan pemeriksaan setiap tahun sekali. (*)