Find Us On Social Media :

Kemarau Panjang Masih Berlangsung, Kasus Diare Meningkat, Terapi Diare Diperlukan

Anak mengalami diare ini obatnya, bukan dihentikan.

GridHEALTH.id -  Tahukah, jika diare juga bisa disebabkan oleh musim kemarau?

Malah sebuah studi menyebutkan, melansir scientificamerican.com, diare adalah pembunuh 1,5 juta anak setiap tahun, kemungkinan menjadi lebih umum di banyak negara berkembang seiring perubahan iklim.

Baca Juga: Viral Video Pembuatan Saus Tomat Menggunakan Kaki, Produsen Sebut Ada Kandungan Vitamin E Padahal Bisa Mengancam Nyawa

Memang musim kemarau memang telah lama diyakini sebagai penyebab munculnya beberapa penyakit ISPA atau infeksi saluran pernapasan akut, seperti: batuk dan pilek, asma, pneumonia, bronkitis, dan penyakit gangguan pernapasan lainnya akibat terhirupnya debu halus yang berterbangan oleh kencangnya angin saat musim kemarau.

Namun ternyata, musim kemarau juga bisa menyebabkan munculnya penyakit diare.

Hal itu dikarenakan saat musim kemarau daya tahan tubuh akan cenderung menurun yang disebabkan oleh udara kering, serta debu dan lalat yang intensitasnya semakin banyak.

Sehingga membuat kita mudah terserang penyakit, salah satunya diare.

Baca Juga: Merasa Hancur Mendengar Ucapan Gempi, Tangis Gisella Anastasia Pecah Ingat Gading Marten Hingga Butuh Bantuan Psikiater: 'Perceraian Itu Enggak Enak Banget'

Tak hanya itu, saat musim kemarau persediaan air akan menipis dan menyebabkan sejumlah wilayah mengalami kekurangan air bersih.

Juga semakin lambat aliran air, semakin banyak pula kontaminasi kuman pada air.

Bisa kita lihat sendiri, air saat musim kemarau tak berwarna jernih dan cenderung berwarna kekuningan. Ini menunjukkan bahwa air tidak lagi bersih karena telah terkontaminasi oleh berbagai kuman yang dapat menyebabkan penyakit.

Hal ini pun diakui oleh Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, dr Firman Rahmatullah. Menurutnya, melansir AntaraNews.com (24 Juli 2019, 16:44 WIB), selama musim kemarau cendrung kasus diare mengalami peningkatan.

Menurtnya, infeksi diare di musim kemaru erat kaitannya dengan ketersediaan air bersih, mengonsumsi makanan tidak higienis, makan tanpa mencuci tangan, atau memasak air belum mendidih dan sudah dikonsumsi.

Baca Juga: Dikenal Untuk Menurunkan Tekanan Darah Tinggi, Mentimun dari Kulkas Bisa Membahayakan Kesehatan, Anak 4 Tahun Ini Korbannya

Apalagi masyarakat Kabupaten Labak – Banten, masih banyak ditemukan BAB di sungai atau di kebun.

Karenanya, menurut dr Firman, pihaknya meminta tenaga medis puskesmas mewaspadai infeksi diare ini di musim kemarau panjang ini.

Mengenai hal ini, melansir scientificamerican.com, Kathleen Alexander, profesor di Sekolah Tinggi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Virginia Tech, mengatakan bahwa iklim mendorong sebagian besar diare, meningkatkan ancaman yang ditimbulkan oleh perubahan iklim terhadap masyarakat yang rentan.

Analisis 30 tahun data oleh timnya menemukan puncak diare yang tak terduga adalah di saat musim panas dan terkering di tahun ini. Apalagi sat ini begitu banyak lalat di sekitar kita.

Baca Juga: Tak Hanya Irish Bella, Istri Gilang Dirga Sempat Alami Hal Sama Hingga Berat Untuk Kunjungi Bayinya di Pemakaman

Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan penyakit diare, penyebab kematian paling umum kedua di dunia pada anak di bawah lima tahun, dapat dicegah dan diobati. Ini terutama mempengaruhi anak-anak di bawah dua tahun, dan merupakan penyebab utama kekurangan gizi pada balita.

Untuk mencegah diare, yang paling mudah adalah menjalankan pola hidup bersih dan sehat setiap hari.

Ini wajib dilakukan tidak hanya oleh seluruh anggota keluarga, tapi juga oleh lingkungan sekitar kita.

Terapi atau pengobatan, diare memang bisa sembuh dengan sendirinya. Dengan catatan pasien tetap terhidrasi dengan baik dan tercukupi kebutuhan gizinya dengan sempurna.

Terapi rehidrasi oral, melasnir aafp.org, dengan refeeding dini adalah pengobatan yang lebih disukai untuk dehidrasi.

Baca Juga: Tiga Pola Diet Buat Penderita Asam Urat Agar Tak Sering Kambuh

Agen antimotilitas harus dihindari pada pasien dengan diare berdarah, tetapi loperamid / simetikon dapat memperbaiki gejala pada pasien dengan diare encer.

Penggunaan probiotik dapat mempersingkat durasi penyakit. Ketika digunakan dengan tepat, antibiotik efektif dalam pengobatan shigellosis, campylobacteriosis, Clostridium difficile, diare, dan infeksi protozoa.

Intinya, melansir MayoClinic, untuk membantu mengatasi tanda dan gejala hingga diare hilang, cobalah untuk:

* Minumlah banyak cairan bening, termasuk air, kaldu, dan jus. Tapi hindari kafein dan alkohol.

* Tambahkan makanan setengah padat dan rendah serat secara bertahap saat buang air besar kembali normal. Cobalah biskuit soda, roti bakar, telur, nasi atau ayam.

Baca Juga: Sebut Seluruh Tubuhnya Bengkak Semasa Hamil, Irish Bella Sudah Tunjukkan Salah Satu Gejala Janin Bayi Kembar Meninggal dalam Kandungan

* Hindari makanan tertentu seperti produk susu, makanan berlemak, makanan berserat tinggi atau makanan yang sangat berpengalaman selama beberapa hari.

* Tanyakan tentang obat anti-diare. Obat anti-diare (OTC) yang dijual bebas, seperti loperamide dan bismuth subsalisilat, dapat membantu mengurangi jumlah buang air besar yang encer dan mengendalikan gejala yang parah.

* Pertimbangkan mengonsumsi probiotik. Mikroorganisme ini dapat membantu mengembalikan keseimbangan yang sehat ke saluran usus dengan meningkatkan tingkat bakteri baik, meskipun tidak jelas apakah mereka dapat membantu memperpendek serangan diare.

Probiotik tersedia dalam bentuk kapsul atau cair dan juga ditambahkan ke beberapa makanan, seperti merek yogurt tertentu.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk lebih memahami jenis bakteri mana yang paling membantu atau dosis apa yang dibutuhkan.

Baca Juga: Asam Urat Alias Gout Bisa Dihalau Dengan 3 Jenis Olahraga Ini

Noted: Mengenai penyakit diare harus kita perhatikan dengan serius. Pasalnya, melansir aafp.org, penyakit diare menyumbang 2,5 juta kematian per tahun di seluruh dunia.

Di Amerika Serikat, diperkirakan 48 juta penyakit diare yang ditularkan melalui makanan terjadi setiap tahun, mengakibatkan lebih dari 128.000 rawat inap dan 3.000 kematian.

Di negara berkembang, penyebab infeksi diare akut sebagian besar terkait dengan persediaan makanan dan air yang terkontaminasi.(*)