Find Us On Social Media :

Perang Terhadap Diabetes, Singapura Larang Iklan Minuman Manis, Bagaimana Dengan Indonesia?

Ilustrasi minuman manis di supermarket.

GridHEALTH.id - Minuman manis dikenal memiliki dampak negatif bagi kesehatan.

Oleh karena itu, bahkan negara Singapura secara resmi mengeluarkan larangan iklan untuk minuman manis dalam kemasan.

Seperti dilansir dari Kompas.com, hal ini dilakukan sebagai upaya memerangi penyakit diabetes yang memang menjadi salah satu penyakit mematikan di dunia.

Baca Juga: Berita Kesehatan Popular: Gaya Minum Susu Seperti Ini Bisa Sebabkan Infeksi Telinga, dan Minuman Ini Racun Bagi Bayi tapi Jarang yang Tahu

Larangan iklan minuman manis berlaku untuk seluruh platform media massa dan portal online seperti televisi, internet, surat kabar, radio, dan iklan luar ruangan.

Minuman dengan kadar gula sedang hingga tinggi juga nantinya akan dicantumkan label bertuliskan "Tidak Sehat" pada setiap kemasan.

Dilihat dari segi medis, memang banyak penelitian menganjurkan untuk mengurangi konsumsi minuman manis karena sangat berisiko bagi kesehatan.

Baca Juga: Sang Ayah Sebut Marion Jola Idap Penyakit MPO Sejak Kecil, Kenali Jenis Gangguan Mental yang Sulit Disembuhkan Ini

Salah satunya penelitian yang diterbitkan jurnal Perawatan Diabetes yang dilansir oleh Time, dimana dengan mengurangi minuman bersoda maupun minum tanpa pemanis terbukti membantu mengurangi risiko diabetes tipe 2 hingga 10 %.

Sementara, saat konsumsi minum minuman manis ditingkatkan lebih dari setengah porsi per harinya, selama peiode tertentu dalam waktu empat tahun, risiko diabetes tipe 2 juga terbukti meningkat sebesar 16 %.

Baca Juga: Pulang Babymoon Alami Perubahan Besar, Marissa Nasution Divonis Idap TTTS di Bulan ke-4: 'Kemungkinan Besar 90% Kedua Bayi Akan Meninggal'

Namun, yang mengejutkan dalam penelitian tersebut adalah minuman seperti jus dan minuman yang dimaniskan dengan pemanis buatan seperti pada soda diet justru 100 % memiliki risiko menyebabkan diabetes lebih tinggi.

Mereka yang mengkonsumsi pemanis buatan dengan kandungan yang terus meningkat, juga menunjukkan 18 % resiko diabetes yang lebih tinggi.

Baca Juga: Selalu Tampil Garang, Najwa Shihab Kehilangan Anak Perempuan Akibat Ketuban Bocor Hingga Dirawat Selama 4 Bulan

Penelitian tersebut diketahui berdasarkan pada data diet yang dihimpun dari sekitar 160.000 wanita yang berpartisipasi di sebuah studi versi Studi Kesehatan perawat dan hampir 35.000 pria dalam studi Tindak lanjut Profesional Kesehatan.

Mereka menyelesaikan survei tersebut selama empat hingga 26 tahun dengan memberi peneliti informasi secara keseluruhan tentang kesehatan dan gaya hidup termasuk data apakah mereka menderita diabetes tipe 2.

Baca Juga: Tak Banyak Yang Tahu, Wanita Ini Jadi 'Kambing Hitam' Pembawa Penyakit Tifus Pertama Kali

Faktor-faktor yang disoroti dalam makalah tersebut adalah masalah bagaimana minuman manis ini bekerja.

Lantas, perlukah Indonesia melakukan hal yang sama seperti Singapura ?

Menurut data dari International Diabetes Mellitus Federation (IDF) Atlas tahun 2017, epidemi Diabetes Melitus di Indonesia masih menunjukkan kecenderungan peningkatan.

Dimana Indonesia merupakan negara peringkat ke-6 di dunia setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brazil dan Meksiko dengan jumlah penderita Diabetes Melitus usia 20 – 79 tahun sekitar 10,3 juta orang. Dikutip dari depkes.go.id, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) juga memperlihatkan peningkatan angka prevalensi Diabetes Melitus (DM) yang cukup signifikan, yaitu dari 6,9 % di tahun 2013 menjadi 8,5 % di tahun 2018, sehingga estimasi jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 22 juta orang. 

Melihat data tersebut, yang menunjukan Diabetes Melitus di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya, tidak ada salahnya kita meniru langkah yang dilakukan negara tetangga tersebut.(*)

#gridhealthid #inspiringbetterhealth