"Stunting mengakibatkan kerugian negara setara Rp 4 triliyun per tahun atau sebesar 3% dari PDB, sehingga percepatan penangangan stunting tetap menjadi salah agenda besar pemerintah ke depan.
Untuk mencapai target capaian prevalensi stunting sebesar 19% di tahun 2024, tentunya bukan tugas mudah, perlu didukung dan dikerjakan semua pihak," ujar Terawan.
Terkait problematika Jaminan Kesehatan Nasional (BPJS Kesehatan), Terawan menyebut tingginya biaya yang dibutuhkan merupakan penanda tingginya pula kebutuhan akan jaminan kesehatan sosial oleh masyarakat.
Seperti diketahui, JKN - BPJS Kesehatan masih mengalami defisit, yang hingga tahun ini mencapai lebih dari Rp 32 triliun.
Untuk itu, Terawan berjanji akan bekerja sama dengan seluruh pihak terkait agar solusi terbaik bagi masalah defisit BPJS Kesehatan bisa segera teratasi.
"Kita sama-sama mencari solusi untuk menghadapi masalah tekornya BPJS ini dalam memfasilitasi masyarakat yang sakit," katanya.
Pekerjaan rumah Terawan ternyata tak cuma stunting dan BPJS. Para penggiat LSM di bidang kesehatan mencatat, ada pekerjaan lain yang harus dibereskan.