GridHEALTH - HIV atau Humon immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyerang atau menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia.
AIDS atau Acquired Irimune Deficiercy Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV.
Akibat menurunnya kekebalan tubuh maka orang tersebut sangat mudah terkena berbagai penyakit infeksi (infeksi oportunistik) yang sering berakibat fatal.
Berdasarkan data WHO, pada 2017 terdapat 36.9 juta jiwa di dunia hidup dengan HIV.
Namun, WHO mencatat sejak AIDS ditemukan hingga akhir 2015, terdapat 34 juta orang meringgal akibat penyakit ini.
Di Indonesia, hingga saat ini HIV AIDS sudah menyebar di 407 dari 507 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia.
Masih banyak orang bertanya-tanya tentang bagaimana sebenarnya penyebaran virus HIV penyebab AIDS, termasuk waktu bertahan hidup virus ini di luar tubuh.
World Health Organization (Badan Kesehatan Dunia) telah memastikan bahwa virus HIV tidak dapat bertahan lama di luar tubuh, dan ia tidak dapat mereplikasi tanpa tubuh manusia.
Baca Juga: Demam Menyerang, Kapan Sebaiknya Waktu yang Tepat Ke Dokter?
Tetapi tidak ada jawaban tunggal untuk pertanyaan berapa lama HIV dapat bertahan hidup di luar tubuh, karena itu tergantung pada cairan virus itu.
Perlu diketahui, hanya cairan tubuh tertentu, termasuk air mani, darah, cairan vagina, dan ASI, yang dapat membawa HIV.
Sementara jawaban untuk waktu bertahan hidup HIV di luar tubuh, yang jelas HIV hanya dapat bertahan hidup dalam cairan dan kondisi tubuh tertentu.
Penularan dapat terjadi ketika cairan yang berisi virus HIV ini bersentuhan dengan selaput lendir, seperti yang ada di dalam rektum, vagina, dan mulut, dan cairan pada penis.
Tidak ada waktu yang ditentukan, tetapi dalam kondisi tertentu, virus dapat bertahan selama beberapa minggu.
Baca Juga: Hati-hati, Jenis Obat Ini Paling Banyak Dipalsukan dan Beredar di Apotek
Ini karena banyak faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidupnya, termasuk jenis dan jumlah cairan tubuh tempat virus berada, suhu lingkungan, keasaman (Ph balance) lingkungan sekitar, apakah ada paparan sinar matahari, dan kelembapan lingkungan.
Dari semua cairan tubuh yang dapat menularkan HIV, darah mengandung konsentrasi virus tertinggi.
Baca Juga: Tergeletak Lemah Tak Berdaya dan Berbau Busuk, Gadis Ini Nekat Gugurkan Kandungannya di Dalam Mesjid
HIV dapat bertahan hidup dalam darah kering hingga 5-6 hari pada suhu kamar. Ini mungkin bertahan lebih lama di dalam darah yang berada di dalam jarum suntik, karena tidak memiliki udara.
Faktor-faktor lain yang dapat menentukan waktu bertahan hidup HIV di luar tubuh termasuk volume darah dalam jarum suntik dan suhu lingkungan sekitarnya.
Menurut Aidsmap, satu studi melihat lebih dari 800 jarum suntik yang mengandung jumlah darah yang berbeda dan menemukan bahwa virus itu mampu bertahan "setelah 11 hari."
Untuk mengurangi risiko tertular penyakit menular, PMI meningkatkan keamanan darah dengan metode uji saring salah satunya uji saring NAT.
Pemeriksaan tersebut meliputi beberapa tahapan, yaitu, skrening darah yang dilakukan secara paralel dengan menggunakan alat CHLIA (Chemiluminescent immuno Assay) dan menggunakan mesin Nucleic Acid Test (NAT).
Baca Juga: Kacang Hijau Bisa Jadi Camilan Redakan Marah di Saat Lapar
PMI menganggap perlu melakukan langkah penambahan uji saring NAT karena teknologi uji saring ini lebih sensitif dan mampu mendeteksi keberadaan DNA/RNA virus, sebagai upaya untuk meningkatkan keamanan darah secara signifikan.
Uji saring NAT mampu mendeteksi virus lebih dini meskipun kadar virus di dalam darah sangat rendah.
Selain itu, uji saring NAT mampu mengurangi masa jendela infeksi antara 61% hingga 96%, karena kemampuannya mendeteksi DNA/RNA virus yang berada dalam darah jauh sebelum antigen dan antibodi terdeteksi.(*)