Find Us On Social Media :

Pengukuran Tekanan Darah di Rumah Lebih Bisa Cegah Stroke Daripada di Rumah Sakit atau Klinik Pada Pasien Hipertensi dan Manusia Normal

Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan sendiri di rumah, pagi dan malam hari. Di rumah sakit juga klinik sering kali meleset.

Tubuh mempunyai kemampuan mengabsorbsi darah, sehingga bila perdarahan tidak luas pemulihannya akan lebih baik dari stroke penyumbatan.

Namun bila perdarahan luas akan berakibat fatal.

Gejala stroke selalu muncul mendadak, hanya progresivitasnya bisa bertahap atau langsung parah. 

Gejala yang muncul berhubungan dengan fungsi bagian otak yang terkena, namun yang paling sering ditemukan adalah kelumpuhan ekstremitas satu sisi, kesemutan, wajah mencong dan pelo.

Gejala stroke bisa pula berupa gangguan bahasa, gangguan memori, gangguan penglihatan, gangguan menelan, suara sengau, gangguan koordinasi dan gangguan keseimbangan, perubahan perilaku juga bisa terjadi karena stroke dan acapkali diangap sebagai gangguan jiwa.

Baca Juga: Minum Kunyit Asam Tiap Pagi, Cara Praktis Langsing Tidak Capek dan Berkeringat juga Ampuh Singkirkan Racun di Dalam Tubuh

Oleh karena itulah, dr Eka menekankan kepada kita semua, terkhusus pasien hipertensi yang rawan terkena stroke, ”Dalam upaya pencegahan stroke, target tekanan darah pagi hari dengan PTDR adalah <135/85 mmHg. PTDR sebaiknya dilakukan pada pagi dan malam hari. Pada pagi hari dilakukan 1 jam setelah bangun tidur, pasien telah buang air kecil, sebelum sarapan dan sebelum minum obat. Bila melakukan olah raga harus beristirahat dulu selama 30 menit."

"Sedangkan PTDR pada malam hari pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum tidur. Pengukuran tekanan darah dilakukan minimal 2 kali setiap pemeriksaan dengan interval 1-2 menit. Untuk diagnosis hipertensi diambil dari rerata dari hasil pengukuran kedua pemeriksaan dalam waktu minimal 3 hari atau lebih (sangat dianjurkan selama 7 hari) yang berurutan."

Baca Juga: Suami Iis Dahlia Crew Aktif Garuda A330-900 Membawa Harley Davidson, Pengamat Penerbangan Dudi Soedibyo;

Masih menuruit dr. Eka, "Selama pengukuran yang bersangkutan tidak boleh berbicara atau mengobrol dan sangat dianjurkan menggunakan alat pengukur yang tervalidasi. Pengukuran dilakukan di lengan, bukan di pergelangan tangan kecuali untuk orang dengan obesitas, bila tidak tersedia ukuran cuff yang sesuai.” 

Penting juga diketahui, 25% stroke yang terjadi merupakan stroke berulang. Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemberian obat anti hipertensi secara bermakna dapat mengurangi risiko stroke dan stroke yang berulang untuk pasien pasca stroke dengan tekanan darah > 140/90 mmHg. 

Ada beberapa golongan obat antihipertensi yang direkomendasikan untuk pencegahan stroke primer ataupun sekunder karena dapat mengurangi variasi tekanan darah dan bekerja dalam 24 jam atau lebih, diantaranya adalah golongan Calcium Channel Blocker (CCB).

Baca Juga: Hasil Forensik Belum Keluar, Baju Tugu Monas Jadi Penanda Jasad Balita Tanpa Kepala di Samarinda, Orangtua Yakin Itu Yusuf

Salah obat yang termasuk golongan CCB untuk mencegah stroke adalah Nifedipine dengan teknologi OROS.

Asal tahu saja, dengan teknologi Osmotic Controlled Release Oral Delivery System (OROS), obat cukup diminum satu sehari dan pelepasan dosis obat stabil selama 24 jam.(*)