Find Us On Social Media :

Kejang-kejang hingga Hilang Ingatan, Dokter Mengira Remaja Ini Hanya Stres, Ternyata Terkena Ensefalitis

Rafaela Domingos didiagnosis ensefalitis setelah mengalami kejang-kejang.

GridHEALTH.id – Seorang remaja perempuan bernama Rafaela Domingos, 17, beruntung masih bertahan hidup setelah dokter salah mendiagnosis penyakitnya sebagai stres biasa.

Awalnya dia menderita kejang di rumahnya di Ashford, Kent, namun dokter mengatakan itu disebabkan oleh stres.

Baca Juga: Keracunan Buah Leci, 31 Anak di India yang Awalnya Sehat Langsung Meninggal Karena Radang Otak

Baru setelah remaja itu menderita kejang di sekolah hingga tidak mengenali orang tuanya, Jorge dan Florbela, petugas medis sepakat ada sesuatu yang lebih menyeramkan terjadi.

Dia dilarikan ke rumah sakit di mana ingatannya kembali setelah beberapa jam.

Tetapi ketika dia menajalani tes di malam hari, ingatan Rafaela sepenuhnya terhapus, dan ketika orang tuanya kembali keesokan paginya dia tidak mengenali mereka bahkan dirinya sendiri.

Baca Juga: Kehamilan Istri Habib Usman Menakutkan, Usia Kandungan 4 Bulan Kartika Putri Terinfeksi Virus yang Bisa Sebabkan Radang Otak

Ternyata dia didiagnosis menderita ensefalitis dan akhirnya bisa sembuh total setelah 10 minggu dirawat di rumah sakit.

"Kami merasa ada yang tidak beres, Rafaela tidur dengan susah payah dan tidur berjalan. Kami sering mendapatinya sedang menatap kosong, hampir seperti lamunan yang kemudian baru kami ketahui sebagai kejang absens,” ujar Florbela, ibu Rafaela.

"Dan ketika kondisinya semakin memburuk, bagian ingatannya kembali berhenti dan menjadi lebih buruk, dan dia sangat ketakutan sehingga dia mencoba melarikan diri karena dia tidak kenal keluarganya sendiri.”

Baca Juga: Pemain Timnas U-16 Alfin Lestaluhu Meninggal Dunia Terkena Radang Otak Pasca Gempa Ambon, Kok Bisa ?

Rafaela dirawat dengan ensefalitis empat tahap, yang berarti pembengkakan otaknya sangat parah sehingga dia perlu koma untuk menyelamatkan hidupnya.

Florbela menambahkan, "Bahkan ketika dia pulih, dia tidak mengenal kami atau bahkan siapa dirinya, yang merupakan hal yang paling memilukan. Dia menghabiskan dua bulan di rumah sakit, dan minum 26 tablet sehari, perlahan dia hidup kembali.”

Baca Juga: Imunisasi HIB Wajib Sesuai Jadwal Agar Bayi Terhindar Radang Otak

"Sebagai orang tua, itu adalah hal tersulit yang harus saya saksikan, dia benar-benar tidak mengenal siapa kami."

Ensefalitis sendiri adalah peradangan yang terjadi pada jaringan otak. Belum diketahui penyebab pasti penyakit ini, tetapi yang paling umum adalah infeksi virus.

Ensefalitis hanya sering menyebabkan tanda dan gejala mirip flu ringan seperti demam atau sakit kepala, atau bahkan tidak ada gejala sama sekali.

Baca Juga: Ini Dia Empat Tips Sehat Agar Liburan Nyaman dan Aman

Ensefalitis juga dapat menyebabkan pikiran bingung, kejang, atau masalah dengan indera atau gerakan.

Walaupun jarang terjadi, ensefalitis dapat mengancam jiwa.

Diagnosis dan perawatan yang tepat waktu penting karena sulit untuk memprediksi bagaimana ensefalitis akan mempengaruhi setiap orang.

Baca Juga: Kaleidoskop Kesehatan 2019: 4 Orang Yang Tidak Boleh Makan Jahe, Dari Ibu Hamil Sampai si Kurus

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko ialah usia, lemahnya sistem kekebalan tubuh, hingga wilayah geografis.

Komplikasi ensefalitis bermacam-macam, namun yang paling parah peradangan dapat melukai otak, kemungkinan mengakibatkan koma atau kematian.

Komplikasi lainnya yaitu kelelahan terus-menerus, kelemahan otot, kepribadian berubah, masalah memori, kelumpuhan, hingga gangguan pendengaran atau penglihatan.

Baca Juga: Jatuh dari Panggung, Idol Kpop Wendy Red Velvet Alami Patah Tulang Panggul

Komplikasi-komplikasi tersebut dapat bertahan selama berbulan-bulan atau bahkan permanen tergantung tingkat keparahannya.(*)