Find Us On Social Media :

Berita Kesehatan Flu: Paparan Asap Rokok dan Virus Influenza Dapat Cegah Kinerja Obat

Asap rokok dan virus flu cegah kinerja obat

GridHEALTH.id - Flu merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang berada di udara.

Oleh sebab itu, setiap orang wajib berhati-hati jika tak ingin terkena flu.

Baca Juga: Berita Kesehatan Flu: Bukan Es Krim, Jenis Es Ini Boleh Dikonsumsi saat Sakit Flu

Namun tahukah, ternyata flu lebih sering terjadi pada seorang perokok.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Universitas Yale juga menunjukkan mengapa gejala dan virus flu lebih parah pada perokok.

Perokok lebih mungkin meninggal daripada non-perokok selama terserang virus influenza sebelumnya dan lebih rentan terhadap penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Baca Juga: Bisa Perbaiki Kesehatan Mental, Agnez Mo Pergi Liburan Ke Bali dan Tampak Anggun Mengenakan Baju Adat

Bahkan orang yang terpapar asap rokok (perokok pasif) memiliki respons yang lebih parah ketika terinfeksi virus pernapasan.

Penulis utama Jack A Elias, MD, Profesor Kedokteran Waldermar Von Zedtwitz dan ketua pengobatan internal di Yale School of Medicine dikutip di Yale News mengatakan bahwa temuan itu menunjukkan bahwa perokok tidak mendapat masalah karena mereka tidak dapat membersihkan atau melawan virus,  mereka mendapat masalah karena mereka bereaksi berlebihan terhadap virus tersebut.

Selain itu, studi lain di Monash University di Victoria, Australia juga menunjukkan bahwa asap rokok dan virus influenza yang bersatu juga dapat menyebabkan penurunan kinerja obat paru-paru.

Baca Juga: Tak Perlu Rogoh Kocek demi Tampil Mulus Tanpa Pori-pori Layaknya Syahrini, Coba Gunakan 9 Bahan Alami Ini

Dalam penelitian ini contoh atu sampel yang digunakan sebagai bahan uji coba dalah tikus.

Menurut penelitian, yang diterbitkan dalam jurnal Portland Press Clinical Science, efektivitas dari obat pereda gejala PPOK yang berkurang pada paparan asap rokok dan virus influenza pada model hewan dari penyakit pernapasan.

Pasien yang menderita PPOK mengalami kesulitan bernapas, karena aliran udara menjadi terhambat, produksi lendir yang menetap dan infeksi paru yang sering terjadi.

Seiring waktu, peradangan menyebabkan perubahan permanen di paru-paru dan dinding saluran udara menebal dengan lebih banyak lendir diproduksi.

Baca Juga: Merasa Indonesia Bukan Tempat Baik Untuknya, Ibunda Reynhard Sinaga Iba Anaknya Dipukuli Bule: 'Bayangkan Seorang Lelaki Indonesia Kecil Dipukuli Orang Barat'

Peradangan ini disebabkan oleh protein peradangan, misalnya tumor necrosis factor-alpha dan interleukin-1 beta, yang terlibat dalam peradangan sistemik atau aktivasi kronis sistem kekebalan tubuh.

Salah satu obat pereda yang paling umum digunakan untuk mengobati penyakit PPOK adalah salbutamol.

Obat ini, yang juga digunakan untuk mengobati asma, bekerja dengan melebarkan saluran udara pasien sehingga mereka lebih mudah bernapas.

Baca Juga: Makan Nasi Padang Sebelum Meninggal, Teddy Sebut Makanan Berlemak Ini Jadi Penyebab Kematian Lina

Efektivitas obat-obatan seperti salbutamol dalam penyakit paru-paru yang disebabkan oleh asap rokok seperti PPOK terbatas.

Sampai saat ini, mekanisme yang terlibat dalam kehilangan respons terhadap terapi masih kurang dipahami.

Studi ini menilai bagian paru-paru yang terpapar asap rokok dan versi virus influenza A.

Secara keseluruhan, para peneliti menemukan bahwa jaringan paru-paru yang terpapar asap rokok dan infeksi virus kurang responsif terhadap salbutamol daripada jaringan yang tidak.

Baca Juga: Abang Ojol Ini Bikin Kaget karena Plek Ketiplek Reynhard Sinaga si Predator Seks, Ternyata Ini Alasannya Bisa Mirip

Oleh sebab itu, pada penderita penyakit paru-paru yang masih mengonsumsi obat, ada baiknya untuk menghilangkan kebiasaan buruk merokok. (*)

 #berantasstunting