Find Us On Social Media :

Berantas Stunting: Dokter Sapto di Lombok Bikin Aplikasi Pendeteksi Gizi dan Stunting

Dokter Sapto Sutardi bersama Kepala UPT BLUD Puskesmas Sekotong , Nyoman Adyana Putra saat menunjukan aplikasi dr. Sapto Anthro.

GridHEALTH.id - Seorang dokter dari UPT BLUD Puskesmas Sekotong bernama Sapto Sutardi yang berasal dari Gerung, Lombok Barat, mendapat penghargaan peringkat 1 terbaik tenaga kesehatan teladan nasional 2019.

Baca Juga: MPASI Sesuai Takaran dan Kualitas Sumbang Pengurangan Masalah Stunting di Indonesia

Penghargaan itu langsung diberikan Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto, Sabtu (9/11) lalu di Jakarta.

Penghargaan itu diraih berkat aplikasi pendeteksi gizi buruk dan stunting, yang diberi nama “dr. Sapto Anthro”.

Aplikasi berbasis android ini memiliki fungsi untuk menilai status gizi dengan cepat, tepat, dan akurat bagi anak dari usia 0-19 tahun. Aplikasi ini mengacu pada WHO Child Growth Standards dengan metode LMS.

Aplikasi ini sebenarnya merupakan pengembangan dari aplikasi yang dibuatnya saat masih berstatus mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Mataram.

Selanjutnya dikembangkan untuk menjaring kasus gizi buruk terutama yang berkaitan dengan kasus stunting.

Baca Juga: Berita Kesehatan Diabetes: Mulut Kering Jadi Tanda Awal Muncul Diabetes!

Diakuinya sejak bekerja di Puskesmas Sekotong ia sudah mengembangkan dan mengunakan aplikasi itu. Terlebih lagi ketika ia melihat beberapa rekannya di puskesmas agak kesulitan menilai status gizi pasien. 

“Kalau petugas saja kesulitan menganalisis gizi, bagaimana mungkin kita melibatkan masyarakat untuk dapat mengetahui anaknya dalam keadaan stunting atau gizi buruk,” ungkapnya.

Baca Juga: Sering Gatal di Miss V Mungkin Akibat Hal Ini , Segera Tangani Karena Bisa Berakibat Fatal

Sapto ingin agar melalui aplikasi ciptaan, awam bisa mengetahui status gizi anaknya sehingga bila terdeteksi mengalami stunting atau gizi buruk bisa langsung ditangani puskesmas.

Pengujian aplikasi ini sebelumnya telah dilakukan kepada petugas gizi dan ibu rumah tangga.

Pengujian objektif menunjukkan, petugas jika menggunakan aplikasi ini, tujuh kali lebih cepat, dan kesalahan perhitungan 0%.

 

Sapto mengatakan, dengan menggunakan aplikasi ini terjadi peningkatan temuan kasus gizi buruk dua kali lipat dari tahun sebelumnya melalui pelibatan masyarakat dengan aplikasi, dan meningkatkan dua kali lipat kecepatan perbaikan gizi oleh dokter dan petugas gizi.

Ini karena masyarakat dapat terlibat langsung dalam screening awal kasus stunting atau gizi kurang dan gizi buruk.

Baca Juga: Pakai Masker Kunyit di Area Mata 10 Menit, Lihat Hasilnya Mengejutkan!

Kepala UPT BLUD Puskesmas Sekotong , Nyoman Adyana Putra mengatakan, dengan adanya aplikasi ini efisiensi waktu, kecepatan melakukan penjaringan kasus-kasus akan lebih cepat.

"Selain itu dalam pengoprasiannya juga mudah diterapkan. Bahkan banyak kasus yang sebelumnya belum terjaring petugas, justru bisa ditemukan oleh masyarakat sendiri. Sehingga ia menilai aplikasi ini pewujudan pengerakan masyarakat untuk mandiri," kata Nyoman.

Baca Juga: Lengan Kiri Atas Terasa Nyeri, Waspadai Munculnya Gangguan Jantung

 

Kembali ke Sapto, ia berharap aplikasi buatannya bisa dipakai di seluruh puskesmas Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai upaya menurunkan angka stunting dan gizi buruk.

"Semoga kedepannya aplikasi dapat digunakan secara nasional,” harapan Sapto.(*)

#berantasstunting