Terlepas dari itu, berbicara mengenai stunting di ibu kota memang bisa dikatakan angkanya masih tergolong tinggi.
Dimana menurut laporan Bapedda pada tahun 2017, prevalensi gizi buruk akibat stunting (anak kerdil) pada usia 0-59 bulan (TB/U) di Provinsi DKI Jakarta mencapai 22,7% dengan kasus tertinggi di Jakarta Pusat (29,2%) dan tertinggi kedua di Jakarta Timur (25,7%).
Angka tersebut tentunya masih termasuk dalam kategori akut kronis pasalnya karena berada diatas batasan WHO yakni kurang dari 20 %.
Sementara itu, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024 pemerintah menargetkan penurunan stunting di angka 14%.
Target tersebut tentunya sangat berat jika masyarakat tidak sadar akan bahaya dari masalah stunting pada anak ini.
Sebab anak stunting tentu akan mempengaruhi kualitas dari Sumber Daya Manusia (SDM) dari bangsa itu sendiri.
Untuk itu Bappenas menyebut pencegahan paling efektif dimulai dilakukan pada ibu hamil dan orang yang belum menikah.(*)
#berantasstunting