GridHEALTH.id - Belakangan, kasus yang menyeret remaja 15 tahun berinisal NF yang tega membunuh balita berusia 5 tahun masih terus menjadi perbincangan hangat di kalangan publik.
Tindakan kejam yang dilakukan remaja 15 tahun yang masih duduk di bangku SMP ini sangat disayangkan oleh berbagai pihak.
Alhasil, banyak masyarakat yang mempertanyakan di mana keberadaan kedua orangtua NF di kala sang anak tengah terjerat kasus mengerikan tersebut.
Namun usut punya usut, rupanya kedua orangtua NF telah lama bercerai.
Kapolres Jakarta Pusat Kombes Heru Novianto mengungkap latar belakang keluarga remaja 15 tahun tersebut yang kini tinggal bersama sang ibu tiri.
"Kalau yang saya tanyakan langsung 'Adakah yang kamu benci di rumah sekarang ini? Antara orang tua, bapaknya atau ibu tiri?'," ucap Heru menirukan pertanyaannya kepada NF.
"Dia (pelaku) bilang tidak ada, 'Kepada adiknya apakah benci? Tidak juga'," sambungnya, dikutip dari Tribunnews.
Lebih lanjut, Heru mengungkap hubungan pelaku dengan kedua orang tua kandung yang sudah bercerai.
Menurut Heru, selama ini pelaku merasa tak suka kepada orang tua kandungnya.
"Memang dia (pelaku) agak sedikit tidak suka kepada orang tua kandungnya," ucap Heru.
Pasalnya, Ia merasa tekah ditinggal orangtuanya.
"Karena pelaku merasa 'Saya ditinggal orang tua kandung'." tambahnya.
Menelisik hal ini, Reza Indragiri, seorang psikologi forensik membeberkan bahwa ada efek samping perceraian pada tumbuh kembang anak.
Baca Juga: Jangan Asal Cuci Tangan untuk Cegah Covid-19, Ini Cara yang Tepat
"Masuk akal, keluarga yang morat-marit, keluarga yang tidak harmonis, keluarga yang bercerai akan memunculkan pola pengasuhan yang tidak sesuai.
"Sehingga anak harus menjalani proses tumbuh kembang yang tidak sehat atau tidak wajar," ucapnya.
Terlepas dari itu, perceraian memang membawa efek samping buruk bagi anak-anak, termasuk kesehatan mentalnya.
Sebuah penelitian yang diunggah dalam The World Psychiatric Association, anak-anak dari keluarga yang bercerai dapat dihadapkan dengan masalah yang lebih eksternal, seperti perilaku impulsif, kenakalan, dan melakukan gangguan.
Perceraian atau perpisahan menciptakan kekacauan emosional bagi seluruh keluarga, tetapi bagi anak-anak, situasinya dapat membingungkan, membuat frustrasi, dan menakutkan.
Remaja mungkin mulai menyalahkan satu orangtua untuk perceraian atau bahkan membenci kedua orangtua karena pergolakan dan perubahan mendadak dalam keluarga.
Terlepas dari budaya, jenis kelamin, dan usia, penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dari orang tua yang bercerai mengalami peningkatan masalah kesehatan fisik.
Baca Juga: Jaga Jarak Demi Cegah Virus Corona, Tukang Cukur Pangkas Rambut Sang Pelanggan dari Kejauhan 1 Meter
Bahkan, perceraian juga dapat menyebabkan anak-anak bisa melakukan tindakan agresif di saat dewasa.
Meski begitu, Reza menjelaskan bahwa kasus yang menimpa remaja 15 tahun ini tidak bisa ditangani dengan hukuman pidana maupun rehabilitasi.
"Dipenjara jelas tidak akan menimbulkan efek jera, maka kemungkinan yang tersisa adalah rehabilitasi.
Baca Juga: Tak Merasa Sedih Meski Mengidap Penyakit Autoimun Langka, Ini Rahasia Sang Motivator
"Tapi persoalannya, sampai detik ini tidak ditemukan program rehabilitasi yang mujarab yang bisa mengubah tabiat kepribadian anak-anak dengan perilaku yang amat sangat sadis semacam ini. Jadi kita serba salah," tegasnya.
Meski begitu, hingga kini polisi masih terus mendalami kasus remaja 15 tahun yang membunuh balita tersebut. (*)
#berantasstunting