"Karena ini bisa flu ini tuh can be mistaken for a normal flu (dapat disalahartikan sebagai flu biasa), jadi dokter-dokter itu sangat cermat gitu.
"Kayak Ratri gejalanya batuk misalnya dikasih obat batuk, Sita (pasien 01) ada (riwayat penyakit) bronkopneumonia dikasih nebulizer. Jadi penanganannya beda-beda setiap orang," ujar Ratri, pasien 03.
Perlu diketahui, hingga saat ini obat atau pun vaksin virus corona belum ada.
Bahkan beberapa negara maju juga masih menggunakan berbagai pilihan obat untuk mengurangi gejala Covid-19 tersebut.
Sebut saja obat malaria, obat HIV, obat radang sendi, obat flu, dan sebagainya.
Meski begitu, para peneliti meyakini bahwa Covid-19 ini merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri seiring meningkatnya sistem kekebalan tubuh.
Sementara itu, akibat perbedaan gejala, riwayat penyakit, dan penanganan inilah yang membuat jumlah obat pun berbeda.