GridHEALTH.id - Dunia kedokteran kini tengah disibukkan atas serbuan infeksi virus corona (Covid-29).
Virus yang berkembang sedari akhir tahun 2019 lalu itu kini telah menyerang hampir 350.000 orang di dunia.
Tak ayal, akibat banyaknya kasus tersebut, banyak negara yang mengaku kekurangan tenaga medis.
Bahkan tak sedikit tenaga medis yang berjuang hingga harus mengorbankan segalanya.
Baca Juga: Aa Gym, Rachel Vennya, dan Atta Halilintar Turun Langsung Hadapi Corona
Seperti para dokter di Wuhan mengalami banyak hal tidak mengenakkan, mulai dari overworked, dipukuli keluarga pasien hingga kekurangan persediaan medis.
Tidak pulang 2 minggu
Seorang dokter di rumah sakit Wuhan mengatakan dia tidak pulang selama 2 minggu.
Bahkan selama shift tengah malam baru-baru ini, dia memiliki 150 pasien yang mengantre di klinik rawat jalan.
Baca Juga: Masalah Gizi Stunting Bukan Sekadar Bertubuh Pendek, Tapi Pengaruhi Kecerdasan
Dokter dan perawat bekerja tanpa henti, shift malam penuh, dan mereka dikelilingi oleh pasien yang batuk sepanjang malam.
Para dokter juga harus menjalankan banyak tes pada pasien.
Sementara itu di RS Union Wuhan bekerja 15-16 jam sehari.
"Semua pasien gelisah. Beberapa menjadi putus asa setelah menunggu berjam-jam dalam cuaca dingin," kata seorang dokter.
Baca Juga: Kabar Baik, Mahasiswa Pasien Covid-19 di Malang Telah Dinyatakan Sembuh
Dipukuli keluarga pasien
Pada Rabu (29/01/2020), 2 dokter di Fourth Hospital Wuhan dipukuli oleh anggota keluarga pasien dengan pneumonia yang disebabkan oleh virus.
Dikutip dari Beijing Youth Daily melalui SCMP, salah satu pakaian pelindung dokter robek di zona terinfeksi.
Seorang dokter yang tidak ingin disebut namanya mengatakan, emosi keluarga pasien semakin tinggi karena rumah sakit telah berjalan pada kapasitas maksimum sejak awal Januari.
Karenanya, banyak yang tidak mendapatkan kamar.
Baca Juga: Masker Bekas yang Dibuang Sembarangan Bisa Menyebarkan Virus Corona
Kekurangan pasokan medis
Pada hari Kamis (30/01/2020), seorang dokter dari unit bedah syaraf di RS Union Wuhan mengatakan bahwa rumah sakit sangat membutuhkan pasokan medis.
Termasuk kacamata, pakaian pelindung sekali pakai, dan masker respirator N95.
Jas atau pakaian pelindung sekali pakai sangat dibutuhkan oleh para dokter.
Tanpa itu, dokter tidak dapat melakukan kontak dengan pasien atau merawat mereka sama sekali.
Mereka sempat mendapat banyak sumbangan pada awalnya.
Namun ternyata banyak yang tidak sesuai dengan pedoman medis dan tidak dapat digunakan.
Memakai popok dan minum sedikit air
Karena kekurangan pasokan peralatan penting, seorang dokter di RS Tongji mengenakan pakaian pelindung yang sama selama shift 10 jam.
Dia juga memakai popok dewasa dan mencoba minum lebih sedikit air selama shift.
Baca Juga: Tetap Sehat di Tengah Wabah Covid-19, Salah Satu Caranya Minum Susu
Jadi dia tidak harus sering-sering pergi ke kamar kecil.
Hal tersebut lumrah dilakukan para dokter di sana.
Otoritas Beijing mengatakan telah mengerahkan lebih dari 6.000 tenaga medis untuk membantu rekan-rekannya yang kelelahan di provinsi Hubei, dengan Wuhan sebagai ibu kotanya.
Tentara China, angkatan laut, dan angkatan udara juga telah mengirim dokter untuk memperkuat tiga rumah sakit utama yang merawat pasien di kota.
Tetapi meskipun 500.000 staf medis di Hubei telah membatalkan liburan Tahun Baru Imlek selama sepekan terakhir, rumah sakit telah mencapai titik puncaknya.
Meski demikian, perjuangan berat seorang petugas medis di tengah pandemi virus corona (Covid-19) pun dirasakan sejumlah para pahlawan kesehatan dari Indonesia. (*)
Artikel ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul Perjuangan Dokter di Wuhan, Dipukuli hingga Pakai Popok Dewasa
#hadapicorona #berantasstunting