GridHealth.id - Italia merupakan salah satu negara dengan kasus Covid-19 tertinggi.
Saat ini, worldometers.info mencatat Italia menduduki urutan kedua setelah Amerika Serikat, dengan total kasus Covid-19 sebanyak 115.242 per 2 April 2020, dengan 18,278 yang telah pulih, dan 13.915 dinyatakan meninggal.
Baca Juga: Update Covid-19; Siap-siap Indonesia Akan Masuki Masa Kritis Corona
Otoritas Italia telah melakukan berbagai upaya untuk meredam penyebaran Covid-19 di negaranya. Salah satu yang dilakukannya, yakni menerapkan kebijakan lockdown sejak 9 Maret sampai dengan 25 Maret.
Meski penduduk Italia sempat dikabarkan berontak akibat lockdown hingga melakukan penjarahan beberapa waktu lalu, tetapi Departemen Perlindungan Sipil Italia mencatat bahwa tingkat pertumbuhan kasus Covid-19 di Italia telah melambat sejak 8 Maret.
Tak hanya itu, dalam beberapa hari terakhir, total kasus Covid-19 harian baru di Italia mulai menyusut, hal itu menunjukkan bahwa Italia sedang 'mendatar kurva', artinya memperlambat penyebaran virus.
Baca Juga: PMI Kekurangan Stok Darah, Padahal Mendonorkan Darah Tetap Aman di Tengah Pandemi Virus Corona
Kedua hal tersebut disampaikan oleh Departemen Perlindungan Sipil Italia, seperti dikutip dari time.com, (2/3/20).
Seorang ahli kesehatan, Lorenzo Casani, turut mengakui hal tersebut.
"Ya, kami meratakan kurva: Kami melihat beberapa harapan, sedikit cahaya," kata Lorenzo Casani, direktur kesehatan sebuah klinik untuk orang tua di Lombardy, sebuah wilayah di Italia utara.
"Tapi terowongan itu sangat, sangat panjang." tambahnya.
Baca Juga: PMI Kekurangan Stok Darah, Padahal Mendonorkan Darah Tetap Aman di Tengah Pandemi Virus Corona
Menurut Departemen Perlindungan Sipil Italia, butuh waktu antara tiga dan empat minggu agar kurva kasus Covid-19 menjadi rata.
Tak hanya itu, Presiden GIMBE Foundation, sebuah organisasi penelitian dan pelatihan kesehatan Italia, mengatakan bahwa akan terus memantau perkembangan Covid-19 di Italia hingga mencapai 0%.
"'Angka ajaib' yang akan dipantau adalah persentase peningkatan dalam total kasus dibandingkan dengan hari sebelumnya. [Ketika] mencapai 0%, tidak ada lagi kasus baru” kata Nino Cartabellotta, presiden GIMBE Foundation, seperti dikutip dai time.com.
Baca Juga: Virus Corona Mudah Menular, Benarkah ke Supermarket Juga Berisiko?
Pada 31 Maret hingga 1 April, data nasional menunjukkan ada peningkatan 4,5% dalam total kasus di Italia, presentase tersebut jauh lebih baik daripada tanggal 16 dan 17 Maret, yaitu 12,6%.
Para ahli kesehatan masyarakat mengantisipasi bahwa Italia akan menyaksikan berkurangnya jumlah kasus baru pada akhir Maret dan awal April, sebagai dampak dari tindakan penguncian yang diberlakukan beberapa minggu sebelumnya.
"Penting untuk memiliki beberapa bukti bahwa apa yang kami lakukan berdampak," kata Flavia Riccardo, seorang peneliti di Departemen Penyakit Menular di Institut Kesehatan Nasional Italia.
Namun, para ahli kesehatan masyarakat di Italia belum siap untuk merayakannya.
“Kita harus sangat berhati-hati dengan optimisme kita,” kata Casani.
Baca Juga: Robot Tenaga Medis Buatan Surabaya Siap Hadapi Corona Bersama Dokter dan Perawat di Rumah Sakit
"Kita seharusnya tidak lega dengan angka-angka ini." tambah Casani.
Lebih lanjut, kepala unit penyakit menular di Rumah Sakit Sacco di Milan, Massimo Galli, berpendapat bahwa jumlah kasus ringan dapat meningkat tetapi tidak terdeteksi.
"Saya tidak yakin virusnya benar-benar berkurang," kata Galli.
"Sangat sulit untuk memperkirakan perkembangan penyakit, kurva, dan puncak epidemi epidemi dalam kondisi seperti itu." ujarnya.
Agar angka kasus Covid-19 menjadi semakin menurun, Pemerintah Italia saat ini berencana untuk memperpanjang lockdown hingga 13 April mendatang.
"Kami belum bisa merencanakan pelonggaran kuncian," kata Perdana Menteri Giuseppe Conte dalam pidato yang disiarkan televisi pada 1 April.
Para ahli juga mengatakan bahwa penurunan jumlah kasus baru tidak berarti tindakan perlindungan harus dicabut.
"Langkah-langkah keras [lockdown] masih diperlukan," Kata Lorenzo Casani.
"Ini satu-satunya cara untuk menghindari bencana." tambahnya.
Baca Juga: 6 Gejala Tak Umum Virus Corona, Dari Kelelahan Mental Sampai Sakit Mata, Justru Paling Berbahaya
Oleh karenanya, para ahli kesehatan di Italia berpendapat bahwa negara-negara lain dapat belajar dari kesalahan maupun keberhasilan Italia.
"Pengalaman Italia menunjukkan bahwa negara-negara lain tidak bisa lagi meremehkan masalah dan harus belajar dari kesalahan kita," kata Nino Cartabellotta.
Tetapi para ahli mengatakan ada banyak hal yang dapat dipelajari dunia dari apa yang dilakukan Italia dengan benar.
Baca Juga: Rahasia Lansia 76 Tahun Asal Surabaya yang Sembuh Total Dari Covid-19
Penurunan jumlah kasus yang baru dilaporkan sebagian besar dapat dikaitkan dengan tindakan lockdown secara intensif yang dilaksanakan oleh pemerintah Italia.
Tindakan penutupan tersebut telah menutup sebagian besar perusahaan serta produksi dan telah membatasi semua gerakan yang tidak perlu di seluruh negeri.
Menurut Nino Cartabellotta, langkah-langkah itu telah mengurangi tingkat penyebaran Covid-19 di negaranya.
“penularan virus, menunda puncak epidemi, mengurangi ukurannya, dan menyebarkan kasus dalam periode waktu yang lebih lama untuk memungkinkan sistem kesehatan mempersiapkan dan mengelola kasus gejala dengan lebih baik.” ujar Cartabellotta.
Flavia Riccardo, seorang peneliti di Departemen Penyakit Menular, menambahkan bahwa pergerakan pemerintah yang cepat dan tanggap juga berpengaruh dalam memperlambat penyebaran Covid-19.
Baca Juga: Update Covid-19; Berita Baik Wabah Corona di Indonesia, Kemarin 103 Pasien Dinyatakan Sembuh
"Italia menetapkan kebijakan yang sangat agresif baik dalam hal pelacakan kontak dan investigasi dan meningkatkan langkah-langkah untuk mempersiapkan peningkatan permintaan dalam hal perawatan," katanya.
Itulah yang dilakukan negara Italia dalam meratakan kurva penyebaran Covid-19, sebagai dampak dari menerapkan kebijakan lockdown yang diiringi dengan peningkatan perawatan pasien Covid-19.(*)
#berantasstunting #hadapicorona