Find Us On Social Media :

Tragis! Akibat Salah Diagnosa PDP Covid-19, Pasien Meninggal Tak Diurus hingga Dikucilkan Warga, Padahal Gara-Gara Gagal Jantung

Cuitan seorang pengguna twitter yang emosi lantaran dokter salah mendiagnosa ayahnya PDP Covid-19.

GridHealth.id - Wabah virus corona (Covid-19) sampai saat ini masih terus menghantui seluruh masyarakat dunia, tak terkecuali di Indonesia.

Per 4 April 2020, terdapat 2.092 kasus Covid-19, di antaranya 150 pasien pulih, dan 191 dinyakan meninggal dunia.

Baca Juga: Berkah Covid-19, Harta Kekayaan Pengusaha Muda Ini Justru Melonjak Semenjak Wabah Corona

Merebaknya kasus Covid-19 tak dipungkiri membuat sejumlah tenaga medis jadi kewalahan. Bahkan, berdasarkan cerita salah pengguna akun Twitter menyatakan bahwa ada dokter yang salah mendiagnosis pasien yang mana merupakan ayah dari pengguna akun Twitter tersebut (@me666aw).

Berdasarkan penjelasan yang tertulis dalam utas panjang yang dibagikan pada Jumat (3/4/20) lalu, ia mengatakan bahwa ayahnya baru saja meninggal jam 3 dini hari akibat gagal jantung.

Baca Juga: Masker Tisu untuk Tangkal Covid-19 ala Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah

Awalnya, saat menjelang malam, tubuh ayahnya dalam keadaan dingin. Setelah beranjak ke kamar mandi untuk buang air, ia mendapati ayahnya dalam keadaan hanya bisa berdiri dan sekujur tubuh kaku.

Dengan langsung ia meminta pertolongan warga sekitar untuk dibawa ke rumah sakit (RS).

Berdasarkan informasi yang tertulis, ayah atau pria tersebut dilarikan ke RS terdekat, yakni RS Muhamadiyah.

Sesampainya di RS, Satpam di IGD dengan tanggap mengukur suhu tubuh orang yang datang ke RS tersebut menggunakan termometer tembak. Setelah di cek, suhu pria yang dilarikan itu memiliki suhu 36 derajat.

Baca Juga: Kronologi Ibu Hamil PDP Covid-19 yang Meninggal Sempat Keluhkan Pelayanan RS di Facebook

Seusai masuk ke IGD, pria itu dilakukan pemeriksaan tekanan darah, diikuti dengan pemeriksaan lainnya.

Menurut penjelasan akun Twitter tersebut, pria itu memiliki napas yang pendek dan hanya diberi oksigen tabung. 

"Masuk igd, ayah saya masih hrs cek tekanan darah dll. Padahal posisi ayah saya nafas sudah pendek dan hanya diberi oksigen tabung. Lalu dgn kondisi ayah saya yg sudah sesak dan nafas pendek dia masih dipakaikan masker. Katanya untuk antisipasi."  tulisnya.

Baca Juga: Studi; Pasien Covid-19 Bisa Pulih dengan Plasma Darah Pasien yang Telah Sembuh

Setelah beberapa saat, keluarga pasien dikabarkan bahwa pria tersebut menunjukkan tanda-tanda gejala Covid-19, setelah suhu tubuhnya naik menjadi 39,5 derajat.

"Ibu saya yg panik, dan tidak tahu apa2 cuma bisa pasrah. Sekitar jam 11 atau jam 12 malam ayah saya kembali di cek suhu tubuh, suhu tubuhnya naik menjadi 39.5 derajat. Dan you know dokter jaga disana bilang apa? "Bu, suami ibu terindikasi covid-19" tulis wanita itu.

Melihat gejala Covid-19, dokter yang menangani pasien pria itu mengatakan bahwa pria beserta keluarga harus lakukan isolasi diri. Bahkan, tak tanggung-tanggung warga yang memberi bantuan juga diwajibkan lakukan isolasi diri.

"Ibu saya yg panik, tidak bisa berpikir apa2 cuma bisa pasrah dan mengiyakan. Satu rumah sakit panik, "bu suami ibu harus isolasi. Ibu dan keluarga hrs isolasi." Ibu saya jawab, "ini yg nolongin suami saya ke rs 1 gang loh!" dijawab "wah 1 gang ibu harus isolasi"

Baca Juga: Semua Jenis Bilik Disinfektan Tak Terbukti Bunuh COVID-19, Kemenkes Sudah Edarkan Larangan

Selanjutnya, pasien pria itu melakukan rontgen. Hasil rontgen menyatakan bahwa ada titik putih di paru-paru sehingga pasien tersebut harus dirujuk ke Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin (RSHS).

Tak lama, pihak RS menyatakan bahwa pasien tersebut telah meninggal dunia. Pada surat kematian dan surat diagnosis pasien tersebut dinyatakan meninggal akibat gagal jantung juga PDP Covid-19.

Baca Juga: Parah, Kepala Kampung di Sumbar Justru Dianiaya Warga Saat sosialisasi Bahaya Covid-19

"Skrg ayah saya di cap pdp covid-19 tanpa rapid test, tanpa swab test, hanya karena demam tinggi menjelang sakaratul maut ayah saya, yg di cek oleh dokter jaga" tulisnya

Padahal, wanita yang menulis cuitan tersebut meyakini bahwa pria atau ayahnya terinfeksi virus corona (Covid-19), karena ayahnya selalu berada di rumah. Bahkan, sebelumnya ayahnya juga tidak menunjukkan gejala Covid-19, seperti batuk, menggigil, demam tinggi, maupun diare.

Meski begitu, ia membenarkan jika ayahnya memang meninggal akibat gagal jantung, sebab memiliki riwayat sakit jantung selama 3 tahun belakangan, dan 1 tahun terakhir sudah rawat jalan dirumah.

Ia juga menambahkan bahwa ayahnya sudah tidak mampu melakukan aktivitas seperti orang pada umumnya, akibat penyakitnya.

Baca Juga: Usai Tularkan Virus Corona Pada Ratusan Jemaat di Bandung, Pendeta Ini Meninggal Dunia"Untuk pergi solat jumat ke masjid pun ayah saya sudah ga mampu. Nafas menggunakan tabung oksigen. Posisinya ayah saya kakinya bengkak akibat penumpukan cairan tubuh karena kerja pompa jantung yg normalnya 70%, pompa jantung ayah saya hanya 20% yg bekerja." ujarnya.

Berdasarkan informasi selanjutnya, wanita itu menuliskan bahwa jenazah ayahnya dibungkus dengan selimut, dimasukan kantong jenazah, tidak boleh dimandikan, tidak boleh disolatkan, tidak boleh dilihat, dan disimpan di dalam ambulance dari jam 4 subuh sampai jam 8 pagi.

Baca Juga: Kronologi Meninggalnya Bupati Morowali Utara, Ternyata Positif COVID-19

"rs tidak melakukan tindakan apa2 thdp jenazah ayah saya. Hanya ditinggal dari jam 4 subuh sampai jam 8 pagi saya sampai di rs jenazah ayah saya dibiarkan begitu saja." ujarnya.

Setelah keluarga hendak membawa jenazah, justru pihak RS mencegah hal tersebut.

"Dan tahu apa yg terjadi? Jenazah ayah saya tidak boleh dibawa ditahan oleh pihak rs, hrs menunggu test dari dinkes. Harus visum." tulisnya.

Namun, pihak RS masih juga belum melakukan apapun, sampa-sampai, salah seorang keluarga yang merupakan dokter melakukan perbincangan dengan pihak RS dengan melihat riwayat sakit dan rekam medis jenazah selama tiga tahun terakhir.

Baca Juga: Usai Tularkan Virus Corona Pada Ratusan Jemaat di Bandung, Pendeta Ini Meninggal Dunia

Akhirnya, dari hasil perbincangan itu, pihak RS sepakat menyatakan jenazah meninggal karena gagal jantung.

"MEREKA SEPAKAT KEMATIAN AYAH SAYA KRN GAGAL JANTUNG!Dan kalian tahu apa yg dikatakan dr jaga yg ketus itu? "Bu maaf, suami ibu meninggal karena gagal jantung, hasil ronsen di paru2 suami ibu cuma adanya bakteri2 karena pompa jantung yg tidak stabil." ujarnya.

Baca Juga: Gasak Emas 3 Kg, Perampok Ini Berakhir Tragis Setelah Terinfeksi Covid-19

"Skrg terserah ibu jenazah nya mau dimandikan atau dibawa kemana." ibu saya jawab "YA TERUS KENAPA TADI DOKTER BISA MENDIAGNOSIS SPT ITU?" dan semua dokter disana hanya bilang "maaf bu, karena skrg lg wabah semua yg demam diindikasi covid". tambahnya.

Sementara ibunya hendak mengurus pemakaman, naas, warga di lingkungan rumahnya langsung menjauhkan diri dan mengucilkan keluarga itu. Namun pada akhirnya, jenazah dimakamkan di makam keluarga di daerah Cikalong, Jawa Barat.

Baca Juga: Solusi Ridwan Kamil Antisipasi Penolakan Pemakaman Pasien Covid-19

Dalam hal memakamkan jenazah, RS memiliki prosedur bahwa petugas RS wajib menggunakan alat pelindung diri (APD). Melihat hal itu, warga sekitar justru melakukan penolakan. 

Baca Juga: Bukannya Terhindar Covid-19, Gunakan APD dan Disinfektan Justru Salah Jika Sembarangan

"Kami mendapat penolakan dari warga, cuma karena supir ambulance yg memakai baju astronot. PADAHAL ITU PEMAKAMAN PRIBADI LOH!"

Namun, setelah berdebat panjang, akhirnya warga sekitar menerima dengan syarat meminta fotokopi surat kematian jenazah.(*)

 #berantasstunting #hadapicorona