Find Us On Social Media :

BCL Bantu Melawan Virus Covid-19, Dia Adalah Senyawa Aktif yang Membuat Virus tidak Menempel di Paru-paru

Prof. Nidam

GridHEALTH.id - Dalam Hadapi Corona kita tidak boleh menjadi penonton.

Ingin sukses dan menang perang dengan corona, harus action cepat.

Salah action cepat yang sekarang dibutuhkan adalah meningkatkan imunits tubuh.

Untuk menjaga system imunitas tubuh, Prof. Chaerul Anwar Nidom, Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin Professor Nidom Foundation merekomendasikan 5 senyawa yang disebut super antioksidan.

Kelima senyawa aktif tersebut adalah jintan hitam (nigella sativa), daun jambu biji (psidiumguajava), pegagan (centellaasiatica), temulawak (curcuma xanthorriza), dan beras merah (oryza sativa).

Baca Juga: Puasa Ramadan, Kesempatan Bersihkan Saluran Pencernaan Dari Virus dan Bakteri

Lima senyawa tersebut telah terbukti dapat meningkatkan sistem imunitas tubuh.

Selain itu, PT. PUF Sains Lab,Nucleus Farma, danProfesor Nidom Foundation telah bekerja sama dalam pengembangan formula BCL dan penggunaan formula BCL melalui teknologi PUFF untuk mengatasi COVID-19.

Dalam kondisi pandemi COVID-19 penting sekali untuk menjaga system imunitas atau dayatahan tubuh.

Formula BCL berfungsi sebagai receptor blocker untuk menghalau COVID-19, agar tidak menempel di paru-paru.

Formula ini terdiri dari beberapa kandungan, yaitu BCL (Bromhexine Hydrochloride), Guaiphenisin, dan beberapa zat lainnya.

Baca Juga: Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta; Hingga Hari Ini Jam 8.30 Memakamkan 621 Jenazah, Jam 12.30 Total ada 639

Keunggulan PUFF adalah mengadopsi teknologi PHP (Perforated Heating Plate) yang sudah dipatenkan.

Pada teknologi ini ada lubang-lubang di plat coil, sehingga akan menghasilkan panas yang lebih merata.

Dengan demikian, aerosol uap yang dihasilkan dari alat PUFF lebih baik.

Prof. Chaerul Anwar Nidom, Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin Professor Nidom Foundation mengatakan,  “Jika paru-paru sudah terinfeksi, akan sulit sekali untuk direhabilitasi,  apalagi saati ni belum ada obatnya, perawatan yang diandalkan sekarang adalah infuse vitamin, dan beberapa rumah sakit menggunakan chloroquine dan tambahan oksigen untuk respirasi.

Olehkarena itu, terkait formula BCL, kami mendapat respon positif dari rekan-rekan dokter serta akademisi,” papar Nidom dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat, 3 April 2020.

Baca Juga: Di Thailand, Bayi Baru Lahir Dipasangi Pelindung Wajah untuk Cegah Covid-19

Guru Besar Biologi Molekuler UNAIR itu menjelaskan, formula BCL bias diterima secara logika karena mengikat receptor virus corona di paru-paru, bukan mengganggu atau membunuh virusnya.

Jika virus tidak menempel di receptor ACE2 paru-paru, maka virus tidak dapat berkembang biak dan akan mati dengan sendirinya.

“Kita tidak boleh hanya menggunakan konsep yang monoton dalam menghadapi COVID-19. Salah satu cara menangani virus ini yang diusulkan olehteman-teman fakultas kedokteran adalah dengan mengendalikan receptor blocker,” tuturnya.

Lebih jauh Prof.Nidom menuturkan, formula BCL yang diaplikasikan melalui penguapan atau aerosol dapat digunakan oleh mereka yang berisiko tinggi terpapar COVID-19.

Baca Juga: Sesak Napas Salah Satu Gejala Covid-19 Serius, Bisa Juga Pertanda Penyakit lain, Lakukan hal Ini Segera untuk Meringankannya

Mereka adalah para dokter dan tenaga medis yang bertugas di garis depan, pasien atau penderita COVID-19, dan ODP (Orang DalamPengawasan).

“Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang mengisolasi diri di rumah juga bias menggunakan formula BCL ini,” tutur Virologist senior yang sudah meneliti virus selama35 tahun, termasuk penelitian virus Ebola, virus SARS dan MERS.

Dibutuhkan tools khusus seperti device yang membantu proses penguapan formula BCL ke paru-paru.

Terkait ini, PT PUF Sains Lab sudah menghadirkan perangkat PUFF.

Edward Basilianus SE MM, CEO Nucleus Farma mengatakan, “Perangkat PUFF dapat difungsikan sebagai drug delivery system(DDS) untuk menghantarkan formula obat melalui metode aerosol atau penguapan. Mekanisme ini juga dapat digunakan sebagai obat anti influenza atau batuk yang berhubungan dengan respiratory dan pulmonary, seperti sesak nafas dan obat mukolitik.”

Baca Juga: 5 Gangguan Kesehatan Akibat Ruangan ber AC, Apalagi Saat Pandemi Seperti Sekarang

Edward Basilianus menegaskan, “PUFF aman untuk digunakan karena telah didesain dengan konsep closed-system, sehingga cairan di dalamnya tidak dapat diubah, ditambahkan, dan diisi ulang. Berbeda dengan perangkat open-system, dimana cairan atau likuid bias dimasukkan ke dalam perangkat tanpa memperhatikan takaran yang dianjurkan oleh ahlinya.”

Sementara itu, Iwan Setiawan SE SIP MM, Presiden Direktur PT PUF Sains Labs menuturkan, ”PUFF didirikan di Indonesia oleh timber pengalaman yang terdiri darii nsinyur, ilmuwan, ahli kimia, petinggi di industri FMCG, ritel, elektronik, dan obat – obatan alami. Kami berkomitmen untuk mencapai misi kami, yaitu meningkatkan kualitas hidup orang banyak melalui ilmu dan inovasi yang memanfaatkan bahan alam iterbaik.”

Iwan Setiawan menambahkan, “Seluruh bagian produk PUFF, baik perangkat maupun PUFF pod atau cartridge telah memenuhi standar keselamatan dan kualitas internasional, seperti Restriction of Hazardous Substances (RoHS) dan Electromagnetic Compatibility (EMC), sertatelah menjalani pengujian dan inspeksi ekstensif. Paten PUFF (patent WIPO) sudah didaftarkan di beberapa Negara di benua Amerika, Eropa, Asia, termasuk China dan Indonesia.”

Baca Juga: 5 Manfaat Berenang Untuk Pasien Diabetes, Turunkan Gula Darah Hingga Bikin Langsing

“Material dasar PUFF menggunakan plastic tahan panas dengan standar food-grade, dan mengandung jalur uap berbahan dasar PCTG kualitas tinggi yang tahan panas sesuai dengan standar industri, sehingga tidak akan terasa panas ketika digunakan, serta tidak akan meleleh ketika dilalui uap panas, dan memakai pemanas berteknologi tinggi berbasis bahannichrome yang telah dipatenkan. Disamping itu, shell alumunium PUFF yang membungkus baterai lithium-ion, papan sirkuit, dan sensor tekanan, semuanya terpisah dari jalur uap dan cairan, sehingga memberikan tingkat keamanan yang lebih baik,” ungkap Iwan Setiawan.

Seperti dijelaskan Prof Nidom, teknologi PUFF telah melewati uji praklinis, artinya keunggulan formula ini telah berhasil dites pada hewan yang telah direkomendasikan oleh WHO (World Health Organization).

Penjajakan kerjasama dengan LAFIAL

Dalam kesempatan tersebut, juga dilakukan penjajakan kerjasama dengan Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut (LAFIAL).

Baca Juga: Ingin Sembuh dari Penyakit Autoimun, Ashanty Rela Pembuluh Darah Tangan Kirinya Ditusuk Pisau

Penjajakan kerja sama antara PT. PUF Sains Lab,Nucleus Farma, Profesor Nidom Foundation dengan LAFIAL dimaksudkan agar formula BCL yang nantinya akan dipersiapkan dalam device PUFF dapat bermanfaat dalam bidang medis, terutama untuk menghadapi pandemi COVID-19.

Kami berharap kerjasama dengan LAFIAL dapat terjalin, sehingga menjadi bukti kolaborasi yang baik antara tiga pihak, yakni Akademisi, Dunia Bisnis, dan Pemerintah atau dikenal dengan istilah ABG (Academician, Businesses, Government).

KolonelLaut (K), Agusman,MM.,Apt selaku Kepala LAFIAL menyambut baik rencana kerjasama tersebut.

Agusman berharap, kerjasama ini dapat mengatasi penyebaran COVID-19.

Hal senada disampaikan Letnan Kolonel Yudi, salah satu staf LAFIAL. “Sangat terbuka dan gembira bias berperan dalam kerjasama antara pihak akademisi, bisnis dan pemerintah, terutama dalam rangka membantu masyarakat mengatasi wabah COVID-19. Sebagai lembaga yang bergerak di industry dan penelitian, dalam kerjasama ini diharapkan terjadi transfer ilmu dan teknologi, yang kedepannya member manfaat bagi TNI AL, khusunya LAFIAL.”

Baca Juga: Sukses Obati Warganya yang Terinfeksi Corona, Pemerintah Vietnam Sumbangkan Alat Tes Covid-19 untuk Indonesia

Selain itu, seperti yang sudah dipaparan diawal, Untuk menjaga sistem imunitas tubuh, Prof Nidom merekomendasikan 5 senyawa; jintan hitam (nigella sativa), daun jambu biji (psidiumguajava), pegagan (centellaasiatica), temulawak (curcuma xanthorriza), dan beras merah (oryza sativa).

Kini 5 senywa tersebut sudah ada alam satu produk, yaitu Rafa Khomsah, yang dapat dikonsumsi harian.

Kandungan antioksidan yang  terkandung di dalamnya sudah tidak asing di kalangan Muslim.

Habbatussauda atau yang biasa dikenal dengan nama jintan hitam, sudah ada sejak zaman Nabi digunakan sebagai ramua nobat.(*)

#berantasstunting

#HadapiCorona