Find Us On Social Media :

Malangnya Nasib Korban Covid-19, Semasa Hidup Sakit dan Diisolasi, Jenazahnya Ditolak Keluarga di Kota dan di Kampung

Kuburan masal jenzah covid-19

GridHEALTH.id - Malang sekali nasib korban Covid-19 yang satu ini.

Saat sehat dibutuhkan keluarga. Saat positif Covid-19 sakit dan diisolasi, hanya perawat dan dokter yang bisa menemuinya.

Setelah meninggal dirinya ditolak oleh keluarganya yang di Jakarta. Pun di tolak pemakamannya di kampung.

Baca Juga: Pemerintah Beberkan Hampir 150 Ribu Orang di Indonesia Berstatus ODP dan PDP: 'Ini Jadi Perhatian Besar Kita'

Ya, itulah salah satu kondisi akibat wabah Covid-19 di tanah air Indonesia tercinta.

Kasus penolakan jenazah pasien positif covid-19 di Indonesia sudah terjadi berulang kali.

Paling heboh adalah jenazah perawat yang meninggal karena terinfeksi Covid-19 saat bertugas.

Sudah sampai pemakaman jenazahnya diangkut lagi ke dalam ambulance karena ditolak warga.

Baca Juga: Puasa Ramadan Turunkan Kolesterol Secara Alami, Tak ada Korelasi Antara Lemak Makanan dan Kolesterol

Sampai-sampai sang suami yang menguburkan jenzah istrinya di malam hari di tempat pemakaman yang ketiga. 

Padahal semua jenzah Covid-19 sudah diurus oleh ahlinya di rumah sakit sesuai protokol untuk menghindari terjadinya penyebaran virus corona.

Begitu juga halnya dengan jenazah Covid-19 satu ini, seorang pria.

Malah bisa dibilang ini lebih miris, karena keluarganya di Jakarta menolaknya.

Baca Juga: 9 Jenis Makanan Ini Jadi Sumber Imunitas Alami Hadapi Virus Corona

Baca Juga: Catat! Ini 5 Tips Jalani Puasa Ramadan Bagi Penderita Autoimun

Cerita kasus penolakan jenazah Covid-19 satu ini berawal dari kejadian penolakan di kota Pasuruan, Jawa Timur.

Diketahui kejadian penolakan tersebut dikarenakan kurangnya edukasi terkait covid-19 ini.

Hal itu diutarakan Pelaksana Tugas Wali Kota Pasuruan Raharto Teno Prasetyo.

Selain kurangnya edukasi, penolakan tersebut juga ditunggangi oknum yang niat memprovokasi.

"Warga yang takut dan tidak paham kemudian diprovokasi oleh provokator. Oknum yang hanya ingin mencari panggung," ujar Teno yang dikutip dari Kompas.id.

Baca Juga: Usai Viral Video Ancaman dari Pengemudi Ojol, Pertamina Berikan Potongan Harga 50 Persen, Ini Syaratnya

Awalnya penolakan tersebut tidaklah berlangsung demikian, melainkan penolakan dari pihak kabupaten karena bukan warga Pasuruan.

Hanya saja ia meninggal usai dirawat intensif akibat covid-19 pada rumah sakit rujukan yaitu Rumah Sakit Bangil, Kabupaten Pasuruan.

Na'asnya pihak keluarga yang di Jakarta tak ingin menerima jasadnya. 

Baca Juga: Lamborghini hingga Ford Produksi Peralatan Medis Selama Pandemi Covid-19

Baca Juga: Mengenali Ciri-ciri Stunting Perlu Dilakukan Lewat Pengukuran yang Teliti, Begini Caranya

"Kami putuskan dengan segala rasa kemanusiaan, kami menerimanya. Kami tracing, ternyata dia punya istri siri di Kota Pasuruan,” kata Teno.

Usai dipertimbangkan, Pemkot Pasuruan putuskan untuk memakamkannya di TPU Gadingrejo sebagai TPU terbesar di Kota Pasuruan.

Namun, rencana itu tak berjalan mulus karena terjadi kericuhan.

Bahkan ada warga yang sampai membawa parang demi menolak adanya pemakaman jasad pasien positif covid-19.

Baca Juga: Banyak Cara Tingkatkan Imunitas Tubuh disaat Wabah Corona Melanda, Tidak Semuanya Rasional dan Cocok untuk Kita

"Warga yang terprovokasi datang beramai-ramai. Bahkan, ada yang membawa parang," ujar Teno.

Teno lakukan tindakan tak biasa untuk yakinkan warga yang berujung pengertian warga sekitar.

"Setelah kami ajak dialog, saya sentuh nuraninya, bahkan saya mencium kening para penggali makam untuk meyakinkan warga, mereka akhirnya mengerti dan bubar,” kata Teno.(*)

Baca Juga: Hindari Makanan Pemicu Migrain Saat Sahur dan Buka Agar Puasa Lancar

#berantasstunting

#HadapiCorona