Find Us On Social Media :

Amerika Kelimpungan, Lebih 50 Ribu Orang Meninggal Akibat Covid-19

Lebih dari 50 ribu orang meninggal, tapi AS sangkal alami pandemi terburuk

GridHEALTH.id - Menurut data yang dihimpun dari John Hopkins University, lebih dari 50 ribu orang tewas di Amerika Serikat akibat Covid-19. Pandemi yang terjadi di AS disebut sebagai yang terburuk di dunia.

Lebih dari 3.000 kematian dilaporkan dalam 24 jam terakhir. Adapun terdapat lebih dari 870.000 kasus positif COVID-19 di AS.

Meskipun kelimpungan menghadapi membludaknya pasien dan jumlah korban tewas yang harus dikubur, namun pemerintah AS masih dengan angkuh mengatakan, tingkat kematian di negara mereka lebih rendah dibandingkan sebagian besar negara Eropa, jika diukur dari jumlah kasus saat ini.

Pemerintah yang dipimpin Presiden Donald Trump dan otoritas kesehatan sama-sama menyangkal mengalami pandemi terburuk.

Sejauh ini AS mencatatkan jumlah kematian dan kasus positif terbanyak di dunia. Namun jumlah penduduk AS mencapai 330 juta orang, lebih tinggi ketimbang negara Eropa yang paling terdampak virus Corona baru seperti Spanyol dan Italia.

Data tentang kematian itu muncul saat sebagian wilayah AS telah mencabut aturan karantina wilayah.

Baca Juga: Indonesia Hindari Lockdown, Apakah Herd Immunity Akan Jadi Skenario?

Baca Juga: Korban Virus Corona Melonjak Tajam, Menkes Ekuador Undur Diri

Beberapa salon, tempat permainan bowling dan jenis usaha lainnya kembali beroperasi pada Jumat (24/04) kemarin di Georgia, Alaska, dan Oklahoma.

Deborah Brix, pakar gugus tugas COVID-19 pemerintah AS, mengklaim negaranya memiliki tingkat kematian terendah di dunia.

Brix mendasarkan pernyataannya pada angka kematian per kapita yang lebih rendah daripada Spanyol, Italia, Prancis, Belgia, dan Inggris.

Tetapi analis sekaligus Kepala Badan Statistik Inggris Robert Cuffe mengatakan, laporan Brix, 'suram dan tak memberi gambaran utuh' tentang kondisi pandemi di AS, termasuk korbannya.

AS berada di puncak tabel data kematian akibat COVID-19. Namun itu bukan gambaran utuh tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Salah satu alasannya berkaitan dengan populasi. Banyak negara di Eropa melaporkan lebih banyak kematian per satu orang dalam populasi ketimbang AS.

Sementara AS, mengikuti jejak China dalam menutup-nutupi bahaya Covid-19 dan dampaknya.

Baca Juga: Divonis Kurang Subur, Tetap Perlu Kontrasepsi, Ini Alasannya

Baca Juga: Studi : Susu, Yoghurt dan Keju Dapat Mencegah Risiko Munculnya Stroke

Ditambah dengan pernyataan pemimpinnya, Preside Donald Trump, yang sering blunder dan kelihatan menyepelekan pandemi Covid-19 ini di negaranya.

Terakhir, ia meminta otoritas kesehatan AS untuk menyuntik disinfektan pada pasien yang terinfeksi virus corona. (*)

#hadapicorona #berantasstunting