Find Us On Social Media :

2 Diagnosa Dokter Tidak Ada Kecurigaan Infeksi Corona, Berujung Meninggal Dinyatakan Covid-19

(Ilustrasi) Orang meninggal dunia

GridHEALTH.id - Wabah virus corona (Covid-19) menginfeksi banyak orang tanpa memandang bulu, baik anak-anak, remaja, dewasa, maupun manula pun bisa terinfeksi.

Di Indonesia, baru-baru ini dikabarkan seorang remaja berusia 16 tahun meninggal dunia akibat terinfeksi virus corona (Covid-19).

Baca Juga: Tak Tahu Diri, Sudah Tahu Positif Covid-19 Tetap Shalat Tarawih Berjamaah di Masjid, Menolak Dirawat di RS

Awalnya, remaja bernama Fabyan Devara ini tidak dinyatakan positif Covid-19 begitu saja, melainkan sempat menunjukkan berbagai hal aneh.

Pada akhir Maret lalu, Fabyan mengeluhkan tangan kebas atau mati rasa sehingga kesulitan menulis dan makan.

Kemudian, memasuki bulan April, kebiasaan tidur Fabyan menjadi aneh, dia bisa tidur selama 20 hingga 23 jam sehari.

Baca Juga: 500 TKA China Masuk Indonesia Saat Pandemi, Perdana Menteri Rusia Terinfeksi Covid-19, Perpanjang Larangan WNA Masuk ke Negaranya

Melihat kebiasaan aneh yang ditunjukkan Fabyan, orang tua remaja tersebut akhirnya membawa Fabyan ke RS Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, Fabyan diagonsa mengalami gangguan saraf, di mana terdapat gangguan di otak bagian kiri.

Mengetahui hal tersebut, Fabyan bolak-balik rumah sakit tersebut untuk melakukan CT Scan.

Pada 13 April 2020, usai Fabyan merayakan ulang tahunnya ke 16 tahun, dia mengalami muntah-muntah.

Baca Juga: Covid-19 Bikin Stres, Pria Ini Sampai Nekat 'Lempar' Istrinya Dari Lantai 7 Apartemen

Khawatir mengalami keracunan, orang tua Fabyan dengan segera melarikan Fabyan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) di daerah Pondok Labu, Jakarta Selatan. Untuk perawatan lebih lanjut, Fabyan dirujuk ke RS Pusat Otak Nasional (PON), Jakarta Timur.

Setelah dilakukannya pemeriksaan, dokter mendiagnosis Fabyan terkena stroke, padahal hasil CT Scan menunjukkan tidak ada masalah pada otaknya. 

Selama 5 hari dirawat, kondisi Fabyan tak kunjung membaik. Kali ini, dia mengeluh batuk, demam, dan kejang-kejang pun muncul.

Baca Juga: 1 Orang Terinfeksi Covid-19 Negara Mengeluarkan Biaya 231 Juta Lebih, Swasta 500 Juta Rupiah

Hasil tes thorax menunjukkan Fabyan terindikasi terpapar virus corona (Covid-19). Dia pun dirawat di ruang isolasi.

Pada hari ke-4 isolasi, Fabyan dinyatakan meninggal dunia pukul 04.40 WIB di RS PON, tepat hari pertama puasa Ramadan, Jumat (24/4/20).

Baca Juga: Lainnya WFH, 14 Anggota DPRD Ini Tetap Kunjungan Kerja ke Sumatera Selatan, Dalihnya Penanganan Covid-19

Meski hasil tes swab belum keluar. Dokter meyakini kematian Fabyan akibat Covid-19, karena kerusakan organ yang terjadi sangat cepat dalam waktu singkat.

Berdasarkan informasi yang beredar, kisah ini merupakan kisah seorang putra dari Jurnalis, Farma Dinata.

Baca Juga: Kabur Saat Dirawat, Pasien Positif Covid-19 di NTB Ini Bantah Anjuran Medis Dengan Hadis Palsu

Farma membagikan kisah ini melalui akun media sosial pribadinya yang kemudian menjadi viral di Twitter setelah dibagikan ulang oleh akun @FloNadayang, pada Selasa (28/4/20) lalu.

Berikut kisah yang dibagikan oleh Farma Dinata, selengkapnya.

Fabyan sakit apa?

Putra kami Fabyan Devara insyaAllah remaja yang sehat, enerjik, santun, cerdas, rutin tahajud, duha dan sholat berjamaah di masjid sebelum masjid-masjid ditutup akibat pandemi.

Kami sekeluarga sempat menikmati masa-masa isolasi mandiri, saya WFH, fabyan dan adiknya keyzar devario belajar di rumah. Kami bertiga bergilir menjadi imam untuk sholat berjamaah sekeluarga.

Baca Juga: 2 Kali Lolos dari Maut Pandemi Virus Dunia, Flu Spanyol dan Covid-19, Berikut Kisah Wanita Super Ini

Sampai suatu hari di pekan terakhir bulan maret lalu, si ganteng mengeluh tangan kanannya kesemutan lalu kebas. Semakin hari dia mengeluh tangan kanannya mati rasa, hingga kesulitan menulis dan makan.

Untuk mengerjakan tugas2 sekolah, Byan kadang minta bantuan adik atau mamahnya untuk menuliskan. Untuk makan, kami sering pergoki dia menggunakan bantuan tangan kiri.

Baca Juga: Wali Kota Tanjung Pinang Meninggal Karena Covid-19, Istri dan Masyarakat Ikut Menyaksikan Proses Pemakaman

Sepekan setelahnya, dia mulai memperlihatkan kebiasaan aneh, tidur sepanjang hari. Bangun cuma untuk sholat lantas tidur lagi. Makan, mandi trus tidur. Dalam sehari semalam dia bisa tidur 20 sampai 23 jam!

Kami sempat kesulitan mencari RS yg ada praktek dokter saraf karena saat itu pas dengan kebijakan PSBB sehingga banyak poli tutup.

Baca Juga: Terdepan Menentang LockDown Karena Pandemi Covid-19, Audrey S Whitlock sang Pimpinan Gerakan Kini Terkapar Karena Infeksi Corona

Kami akhirnya menemukan dokter saraf yg aktif di salah satu RS di Pasar Rebo, jaktim. Diagnosa dokter saat itu ada masalah di otak kiri anak kami.

Saya sempat bertanya, apa penyebabnya, apakah luka, infeksi atau tumor otak? Bukan, kata dokter, kalau itu biasanya penderita akan mengalami sakit kepala, sementara Byan mengaku tidak.

Apakah akibat mengkonsumsi narkoba dok? Bukan juga katanya, karena efek narkoba biasanya hilang dalam 1-2 hari, sementara Byan sudah tidur terus hampir sepekan ketika itu.

Baca Juga: China Berang India Batal Beli Alat Tes Covid-19 Akibat Tak Akurat

Apakah kemungkinan virus? Bukan juga kata dokter saat itu, karena kalau virus atau bakteri di otak akan menyebabkan kelumpuhan kedua sisi tubuh, sementara Byan hanya sebelah kanan.

kami sempat bolak balik RS itu untuk cek darah dan ct scan dengan kondisi Byan harus menggunakan kursi roda, karena sama sekali sudah tidak bisa mengontrol rasa kantuknya.

Baca Juga: Tetap Kerja Setelah Positif Covid-19, Pegawai Minimarket di Bandung Kena Batunya

Kami sempat merayakan milad ke-16 fabyan pada 13 April. Saat itu dia tampak bahagia, dikunjungi beberapa teman dan keluarga kami di rumah. Namun kondisinya sudah tak sanggup berdiri. Masya Allah, dalam keadaan sakit Fabyan sebelumnya masih menjadi imam sholat berjamaah kami sampai kakinya tak kuasa lagi berdiri.

Setelah ultah, fabyan muntah-muntah. Kami khawatir, karena setiap makanan yg disuapi selalu dimuntahkan kembali. Akhirnya kami larikan ke IGD RS terdekat di pondok labu jaksel. Dokter tak mau merawat inap, meminta kami kembali lagi besoknya untuk periksa ke poli saraf.

Hasil tes darah normal, ct scan pun tidak terlihat ada masalah di otaknya. Akhirnya dokter saraf RS itu merujuk fabyan ke RS Pusat Otak Nasional di cawang jakarta timur.

Baca Juga: China Berang India Batal Beli Alat Tes Covid-19 Akibat Tak Akurat

Dokter RS PON mendiagnosa fabyan mengalami stroke. Kasus langka, tp katanya memang pernah ada kejadian pada remaja. 

Namun dokter jg belum menemukan penyebabnya, karena hasil cek lab ulang terlihat normal, begitupun ct scan.

Baca Juga: Prediksi Covid-19 Berakhir di Musim Panas, Tapi Virus Corona Tidak Hilang, Ditakutkan Menjadi Wabah Musiman

Hingga 5 hari dirawat di RS PON kondisi fabyan memburuk, dia sama sekali sudah tidak bangun dari tidurnya. Bahkan sudah tidak bisa merespon apalagi komunikasi. Dan yang mengerikan, fabyan mulai batuk, suhu tubuhnya sempat beberapa kali tinggi, kejang kejang.

Hasil tes thorax, fabyan terindikasi terpapar. Dia harus pindah ke ruang isolasi di lantai khusus pasien covid dan diambil sample tes swab keesokan paginya.

Dengan berat hati, saya harus menandatangani protokol covid, diantaranya: biaya perawatan diambil alih pemerintah dan jika dia meninggal dunia harus menjalani proses pemulasaran jenasah hingga pemakaman sesuai protokol covid. Saya tidak punya pilihan lain.

Baca Juga: Keunggulan PCR Buatan Dalam Negeri untuk Deteksi Covid-19, Menggunakan Sampel Pasien Orang Indonesia

Hari ke-4 di ruang isolasi, fabyan meninggal dunia. Tepat di hari pertama Ramadhan, jumat 24 april 2020. Secara medis fabyan dinyatakan meninggal pukul 4.40 wib, saat azan subuh berkumandang.

Hasil test swab belum keluar, namun dokter meyakini kematian akibat covid karena kerusakan organ terjadi sangat masif dalam waktu singkat.

Baca Juga: Mengerikan! Brigjen Pol Krishna Murti Unggah Penampakan Lendir Corona Pasien Covid-19

Alhamdulillah, meski harus menjalani protokol covid, saya masih bisa mengumandangkan azan di telinga kanan anak sholeh itu sebelum dibawa ke kamar jenazah.

Keluarga kami juga masih diberi kemudahan oleh Allah untuk mensholatkan Fabyan sebelum dibawa ambulans ke pemakaman. Tidak sedikit Keluarga dekat masih berkesempatan mengantar fabyan hingga pemakamannya di TPU Pondok Rangon.

Walau pedih hati tak terkira, Insya Allah kami ikhlas.

Baca Juga: WHO Ingatkan Covid-19 Belum Capai Puncak Pandemi, Kebijakan Buka Lockdown Bisa Berbahaya

Ya Rab, kuatkan hati dan iman kami keluarga yg ditinggalkan. Semoga fabyan memilih dan memberi syafaat pada kami untuk menemani kehidupan kekalnya di surga-Mu ya Allah.(*)

 #berantasstunting