Find Us On Social Media :

Kasus Corona Pabrik Sampoerna Picu Perang Panas Khofifah dan Risma

Khofifah Vs Risma.

GridHEALTH.id - Beberapa waktu lalu sempat diberitakan pegawai pabrik rokok Sampoerna di Jawa Timur terinfeksi virus corona (Covid-19) dan telah meninggal dunia.

Akibatnya ratusan karyawan lain yang bekerja di pabrik Sampoerna harus menjalani serangkaian tes virus corona.

Baca Juga: Rokok Produk Sampoerna Tercemar Covid-19, Sudah Dikarantina 5 Hari Sebelum Dipasarkan, Tapi Ini Kata Profesor

Melansir Kompas.com, berdasarkan hasil tes swab gelombang pertama, dari 46 orang yang dites swab, 34 orang di antaranya dinyatakan positif Covid-19.

Sementara pada gelombang kedua, dari 54 orang yang dilakukan tes swab polymerase chain reaction (PCR), hasilnya 29 orang terkonfirmasi positif Covid-19. 

Jadi dari kedua gelombang tes tersebut, total ada 63 pegawai Sampoerna positif Covid-19.

Para pegawai pabrik Sampoerna diduga terpapar dari dua orang karyawan yang dinyatakan meninggal dunia akibat Covid-19. 

Mereka sebelumnya berstatus PDP, namun mereka tetap bekerja pada saat harus menjalani isolasi. 

Baca Juga: WHO Perluas Definisi Kematian, Meski Berstatus Suspek Tetap Dianggap Korban Covid-19, Jumlah yang Tewas di Indonesia Bisa Berubah

Melihat peristiwa itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyayangkan respon Pemkot Surabaya yang dinilai lelet dan lamban dalam menangani kasus tersebut.

Baca Juga: Wali Kota Risma Sediakan Bilik Sterilisasi Buatan Kampus di Surabaya, Benarkah Dapat Hilangkan Virus Corona dalam Tubuh?

Khofifah menerangkan, tepat saat dua pegawai pabrik Sampoerna meninggal dunia, pihak pabrik telah melaporkan kasus itu kepada Dinas Kesehatan Surabaya pada 14 April 2020. 

"Mungkin tidak detil informasinya. Jika laporannya detil mungkin akan melalukan respons cepat," kata Khofifah di Gedung Negara Grahadi Surabaya, seperti dilansir dari Tribunnews, Jumat (1/5/2020) malam.

Baca Juga: Setelah Dinyatakan ODP Sepulang dari Rumah Sakit, Pria Asal Blitar Nekat Membakar Dirinya Sendiri

Menurut Khofifah, respon cepat dalam kondisi seperti ini sangat dibutuhkan, sebab akan membantu mencegah laju infeksi virus corona (Covid-19) yang semakin meluas.

Seperti diketahui, Surabaya menjadi wilayah penyumbang infeksi virus corona yang besar di Jawa Timur.

Berdasarkan data yang tercatat dalam laman Jatim Tanggap Covid, pada 3 Mei 2020, pukul 17:15 ada sebanyak 1114 total kasus Covid-19 di Jawa Timur, dari jumlah itu 554 kasus di antaranya merupakan penduduk di Kota Surabaya.

Baca Juga: Biasa Mengusir, Akhirnya Ningsih Tinampi Didatangi Ikatan Dokter Indonesia dan Lintas Dinas se-Jawa Timur

Lebih lanjut, Mengenai pernyataan Gubernur terhadap wilayah pemerintahaan Risma ditampik tegas oleh staf-staf di pemerinthannya.

Pemerintah Surabaya yg di komandoi Risma, melalui Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, M Fikser, membantah Khofifah.

Fikser mengatakan, pemkot Surabaya tak pernah main-main dalam menangani pandemi Covid-19, termasuk kasus di pabrik Sampoerna.

Baca Juga: Takut Terinfeksi Corona, Mahasiswi yang Kuliah di China Ini Berhasil Pulang Sendiri ke Jember

Bahkan, saat menerima laporan adanya dua karyawan meninggal, Pemkot Surabaya mengaku yang mendorong perusahaan Sampoerna untuk segera melakukan rapid test secara masif.

"Pemerintah kota tidak pernah terlambat, Ibu Gubenur (Jawa Timur) tidak benar. Awal mulanya pada tanggal 2 April yang bersangkutan itu sakit dan berobat ke klinik perusahaan," kata Fikser, dikutip dari Tribunnews, Sabtu (2/5/20).

Baca Juga: Sempat Dinyatakan Sembuh dari Covid-19, Pemudik dari Jakarta Ini Meninggal Dunia 12 Jam Kemudian

"Begitu kami ketahui, tanggal 16 April Dinkes memanggil perusahaan Sampoerna. Jadi, bukan perusahan yang melapor, tapi kami yang memanggil. Kami yang menemukan. Monggo (silahkan) bisa tanya ke Sampoerna," tambah dia.

Baca Juga: Pasien Positif Corona Nekat Mudik Naik Pesawat, 68 Penumpang Lain Terancam Infeksi Covid-19, Harus diisolasi

Senada dengan Fikser, Koordinator Bidang Pencegahan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, Febria Rachmanita, juga tak setuju dengan pernyataan Gubernur Jawa Timur.

Febria, menjelaskan saat mengetahui dua pegawai pabrik meninggal dunia, pihaknya langsung meminta 506 pegawai lain isolasi mandiri, juga dilakukan tracing.

"Saat itu, puskesmas melakukan tracing dan ditemukan terdapat data kontak erat dengan karyawan," kata Febria.

Baca Juga: Diramal Jadi Episentrum Corona Setelah Jakarta, Kota Ini Terpantau Alami Penurunan Kasus Positif Covid-19

"Kami begitu tahu satu orang sakit langsung kami cari siapa orang dalam pemantauan (ODP) mana dan pasien dalam pengawasan (PDP) nya," lanjutnya.

Dengan demikian, Febria menuturkan bahwa anggapan Khofifah tersebut tidaklah sesuai dengan kondisi sebenarnya.

Baca Juga: Update Covid-19; 14 Provinsi di Indonesia Tidak Melaporkan Kasus Baru Covid-19

"Jadi, tidak benar kalau kami terlambat dalam penanganan Covid-19. Kami pun mencarikan tempat tidur mereka yang positif dan sudah dapat seratus untuk karyawan Sampoerna. Dan memantau sekitar 200 orang keluarga karyawan," ujarnya.(*)

 #berantasstunting #hadapicorona