Beberapa warganet bahkan secara tersirat menuntut penghapusan sistem kerajaan: "Jujur, saya ingin memiliki presiden."
Namun seorang pakar Thailand, yang ingin tetap anonim karena alasan keamanan, menyebut warga Thailand yang berusia di atas 30 tahun masih memegang teguh sistem monarki meskipun mereka diam-diam tidak menyetujui tindakan raja yang sekarang.
Tapi Marshall tidak percaya, ketidaksenangan yang tumbuh terhadap raja akan mengarah pada langkah konkret melawan monarki. Sebab raja didukung penuh militer.
Masih menurut Marshall, Vajiralongkorn telah berhasil mendorong kerajaan ke arah monarki absolut sejak menjabat. Walau secara resmi negara itu masih monarki konstitusional.
Untuk tujuan ini, raja telah membawa unit elit prajurit dan polisi di bawah kendalinya langsung.
Ia mengambil kendali langsung aset keluarga kerajaan, yang sebelumnya dikelola oleh Crown Property Bureau (CPB).
Menurut perkiraan, aset tersebut berjumlah $ 30 hingga $ 60 miliar (lebih dari Rp 453 triliun).
"Sudah jelas bahwa raja tidak mendapat dukungan dari sebagian besar warga Thailand, tetapi akan sangat sulit untuk menantang kekuasaannya karena kontrolnya atas militer. Pemberontakan melawan monarki akan menyebabkan pertumpahan darah massal di jalan-jalan Bangkok," kata Marshall.
Baca Juga: Jadwal Kontrol dan Perawatan Pasien Jantung di Masa Pandemi Covid-19