Find Us On Social Media :

Awalnya RS Rujukan, Tetiba Rumah Sakit di Singosari Malang Utara Ini Disebut Tak Layak Jadi Rujukan Covid-19, Alasannya Politis?

Rumah Sakit Prima Husada di Singosari, Malang, tidak layak menjadi rujukan Covid-19.

GridHEALTH.id - Awalnya RS Rujukan, Tetiba Rumah Sakit di Singosari Malang Utara Ini Disebut Tak Layak Jadi Rujukan Covid-19, Alasannya Politis?

Bupati dan Komandan Satgas New Normal Life Kabupaten Malang Kompak; Rumah Sakit di Singosari Tak Layak Jadi Rujukan Covid-19.

Baca Juga: Kasus Corona di Indonesia Masih Tinggi, Virus Antraks Sudah Menginfeksi 23 Orang di Gorontalo Sulawesi

Awalnya menjadi rumah sakit rujukan Covid-19 di Malang, tapi karena adanya klaster penularan Covid-19 di Malang Utara, Bupati Malang, Muhammad Sanusi tetap meminta Puskesmas dan fasilitas kesehatan di wilayah Malang Utara tidak merujuk pasien COVID-19 ke Rumah Sakit Prima Husada.

"Kepada Dinas Kesehatan dan Puskesmas agar tidak merujuk pasien ke (Rumah Sakit) Prima Husada," ujar Sanusi, melansir Surya Malang.com (9 Juni 2020).

Baca Juga: Forbes Ungkap Indonesia Posisi 97 dari 100 Negara Aman Corona

Perintah Sanusi tersebut didasari pada dugaan​ rumah sakit yang berlokasi di Singosari itu ditengarai sebagai klaster penularan COVID-19 di Malang Utara.

"Ini dikarenakan salah satunya penyebaran COVID-19​ dari sana (RS Prima Husada)," ujar bupati yang awal karirnya sebagai pengusaha tebu asal Gondanglegi itu, yang juga seorang politisi PDIP.

Baca Juga: Istrinya Hamil Terpapar Covid-19, Anak-anaknya Dirawat, Sang Kepala Keluarga Seorang Dokter Spesialis Meninggal karena Corona

 

Baca Juga: Manfaat L-Carnitine Dalam Tubuh, Kurangi Risiko Jantung Hingga Obati Impoten, Banyak Terdapat Pada Tempe

Sementara itu, Komandan Satgas New Normal Life Kabupaten Malang, Letkol Inf Ferry Muzawwad menilai RS Prima Husada tidak layak dijadikan sebagai rumah sakit rujukan pasien corona karena kapasitas dan tata ruang rumah sakit yang kurang memadai.

"Intinya sekarang kita ketahui Prima Husada ini kecil. Belum layak jadi rumah sakit rujukan, sehingga tempat orang yang reaktif dan perawatan itu berdekatan," ungkap pria yang juga menjabat Dandim 0818 Kabupaten Malang- Kota Batu itu.

Sehingga Ferry merekomendasikan agar pasien Covid-19 tidak dirujuk ke RS Prima Husada.

"Sehingga disitulah yang menyebabkan orang yang terpapar itu lebih banyak," ungkap Ferry.

Baca Juga: Satu Bulan Lockdown Dibuka, Pakistan Catat Rekor Tertinggi Angka Kematian Covid-19

Baca Juga: Cara Mudah Mendeteksi Tanda-tanda Hamil Muda Usia Kehamilan 2 Minggu

Ferry meminta Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk mengevaluasi penentuan rumah sakit rujukan. Termasuk RS Prima Husada.

"Agar dijadikan masukan kepada provinsi​ agar prima husada ini tidak dijadikan sebagai rumah sakit rujukan. Jadi dikembalikan lagi statusnya RS Prima Husada jadi rumah sakit biasa," kata Ferry.

Mengenai hal itu, Rumah Sakit Prima Husada memberikan penjelasan.

"Kami menyampaikan apa dulu yang disebut klaster itu, apa benar yang disampaikan seperti itu?" ucap Dirut RS Prima Husada, Ahmad Rousdy Noor mempertanyakan ketika dikonfirmasi.

Baca Juga: Buntut dan Bukti Baru Kerusuhan di RS Mekarsari Bekasi, Tenaga Medis yang Kepukul Warga Ikhlas, Akar Masalahnya Informasi Tak Sampai

Baca Juga: Studi di Belanda: Anak-anak Bukan Penyebar Virus Corona yang Utama

Lalu Rousdy menceritakan awal mula rumah sakit yang ia pimpin menjadi RS rujukan COVID-19.

RS Prima Husada mulai ditunjuk sebagai RS rujukan bagi pasien covid-19 sejak 22 Maret 2020.

”Pertimbangannya memang harus ada rumah sakit yang mau jadi rujukan (bagi pasien covid-19). Jika tidak ada jadi pusing bagaimana caranya menangai pandemi ini," jelas Rousdy.

Rousdy berpendapat analisa penentuan diagnosa pasien COVID-19 tidak semudah membalik telapak tangan. Karena membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Baca Juga: Waspadai Kencing Berbusa, Bisa Jadi Gejala Awal Gagal Ginjal

Baca Juga: BUMN Susun Pemetaan Covid-19, Indonesia Berada di New Normal dan Death Zone, Apa Maksudnya?

"Tetapi untuk diagnosa covid-19 pasien konfirmasi positif bukan sesuatu yang mudah dan butuh waktu, gak bisa dengan waktu 1 detik, 1 menit menyatakan ini adalah pasien corona," beber Rousdy.

Meskipun rumah sakit Prima Husada distop menjadi rumah sakit rujukan Covid-19, juga disebut sebagai klaster baru Covid-19, orang nomor satu di rumah sakit swasta yang berlokasi di Singosari itu menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang mengkritisi kinerja rumah sakit yang ia kelola.

Baca Juga: Ahli Epidemiologi: Indonesia Tengah Memasuki Puncak Pandemi Virus Corona

Baca Juga: Jubir Sebut 80% Pasien Covid-19 OTG, WHO: Kasus OTG Covid-19 Tergolong 'Sangat Langka'

"Kami berterimakasih atas semua pendapat yang dilontarkan kepada pelayanan rumah sakit ini," kata pria bergelar MMRS ini.

Pada situasi pandemi ini, Rousdy meminta seluruh pihak termasuk media untuk bersinergi dalam upaya pencegahan penularan virus corona.

"Butuh kerjasama lintas sektoral guna menangani COVID-19," sarannya diplomatis.

Untuk diketahui, penentuan sebuah rumah sakit menjadi sebuah rumah skait rujukan Covi-19 tidak main-maian.

Pemerintah memili syarat dan kriteria khusus untu itu.

"Pada tanggal 10 Maret 2020, pemerintah kembali menetapkan 132 rumah sakit rujukan melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 169 Tahun 2020 tentang Penetapan RS Rujukan Penanggulangan Penyakit Infeksi Emerging Tertentu," demikian dilansir Kompas.com dari keterangan resmi Kemenkes, Rabu (11/3/2020).

Baca Juga: Dokter Reisa Broto Asmoro Ditunjuk sebagai Tim Komunikasi Covid-19, Warganet Pertanyakan Keberadaan Dokter Terawan: 'Pak Menkes ke Mana Ya?'

Sebelumnya, pemerintah telah menetapkan 100 rumah sakit rujukan untuk menangani Covid-19.

Pemilihan ke-100 RS ini, melansir Kompas.com (18 Mei 2020), didasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 414 Tahun 2007 tentang Penetapan RS Rujukan Penanggulangan Flu Burung.

"Saat ini pemerintah terus berupaya meningkatkan kesiapsiagaan dan sumber daya untuk dapat mengendalikan Covid-19 ini, dengan segala harapan bahwa Covid-19 ini dapat kita kendalikan dan kita hentikan penyebarannya," demikian bunyi keterangan itu.(*)

Baca Juga: IDI Klarifikasi Pernyataan Kontroversi Direktur RSUD Kota Mataram Soal Virus Corona Hanya Virus Biasa

#brantasstuntig

#HadapiCorona