Find Us On Social Media :

Diklaim Sembuhkan Pasien Covid-19, Tapi Obat Dexamethasone Tidak Membunuh Virus, Ini Pernyataan Dekan Fakultas Kedokteran UNS

Obat Dexamethasone ternyata tidak membunuh virus atau bakteri.

GridHEALTH.id - Diklaim Sembuhkan Pasien Covid-19, Tapi Obat Dexamethasone Tidak Membunuh Virus, Ini Pernyataan Dekan Fakultas Kedokteran UNS 

Beberapa waktu terakhir obat dexamethasone menjadi perbincangan hangat dan disebut sebagai obat dewa lantaran diklaim mampu menyembuhkan pasien Covid-19.

Hal itu terungkap setelah 5000 pasien positif virus corona yang diuji peneliti dari Universitas Oxford sembuh usai diberikan obat dexamethasone.

Obat tersebut sukses mengurangi risiko kematian pada pasien Covid-19 dengan kondisi parah.

Baca Juga: Inilah Orang yang Akan Mendapatkan 10 Vaksin Virus Corona Perdana yang Sudah Disiapkan WHO

Dikutip dari drugs.com, dexamethasone merupakan obat yang masuk ke dalam golongan kortikosteroid. Obat dexamethasone digunakan untuk mengobati berbagai kondisi peradangan seperti gangguan alergi dan kondisi kulit.

Selain itu, dexamethasone juga digunakan untuk mengobati kolitis ulserativa, radang sendi, lupus, psoriasis, dan gangguan pernapasan.

Meski dikatakan mampu menyembuhkan dan mengobati pasien Covid-19, tapi tahukah ternyata obat dexamethasone ini tidak bisa membunuh virus.

Hal itu disampaikan langsung oleh Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, dr Reviono SpP saat memberikan keterangan pers, Jumat (19/6/2020).

Baca Juga: Jangan Keliru, Dexamethasone Bukan Penangkal Corona Tetapi Mengobati Pasien Covid-19 dengan Kondisi Kritis

Baca Juga: Bukan Pakai Kacamata Hiam, Begini Cara Lihat Gerhana Matahari Cincin Tanpa Khawatir Alami Kebutaan

Menurutnya dexamethasone merupakan obat anti peradangan atau inflamasi, bukan antivirus.

"Jadi obat jenis ini hanya mengatasi radangnya saja, tidak mengatasi bakteri atau virus penyebabnya," ungkap Revi saat dihubungi Tribunnews, Jumat (19/6/2020).

Menurut Revi, dexamethasone bukan seperti hydroxychloroquine (hidroksi klorokuin) atau klorokuin yang berfungsi untuk melawan virus.

"Dexamethasone bukan antivirus, beda dengan hidroksi klorokuin," ungkapnya.

Revi mengungkapkan, virus corona mengakibatkan inflamasi atau peradangan yang luas di tubuh.

Baca Juga: Bayiku Meninggal Dunia Oleh Gabungan Infeksi Corona dan Kawasaki, Menjadi Warning Bagi Banyak Orangt Tua

Baca Juga: Bukan Pakai Kacamata Hiam, Begini Cara Lihat Gerhana Matahari Cincin Tanpa Khawatir Alami Kebutaan

"Sehingga dexamethasone membantu mengatasi inflamasi pada tubuh, sama sekali bukan menghilangkan virus," ungkapnya.

Maka dari itu, pasien Covid-19 disebut Revi pasti akan mendapatkan obat antivirus.

Revi menyebut, dexamethasone biasa digunakan untuk mengatasi peradangan.

"Peradangan itu bisa karena alergi bisa karena infeksi, bisa karena penyakit auto imun dan yang lain," ujarnya.

Kemampuan menyembuhkan banyak penyakit membuat julukan 'obat dewa' melekat pada dexamethasone.

"Jadi ini kaya obat dewa, karena anti inflamasi itu bisa terjadi di banyak kasus," ungkap Revi.

Baca Juga: Cluster Baru DKI Jakarta; 79 Pedagang di 12 Pasar Terinfeksi Virus Corona

Baca Juga: Klaster Baru Covid-19 dari Pernikahan, Kedua Orangtua dan Adik Pengantin Sakit Keras hingga Meninggal Dunia

Revi mengungkapkan dexamethasone sering digunakan untuk menangani penyakit pneumonia.

"Kami biasa pakai obat steroid pada penyakit infeksi seperti pneumonia," ujar Revi.

Bahkan, Revi pernah melakukan penelitian kemampuan dexamethasone dalam kasus pneumonia yang disebabkan oleh bakteri.

"Saya pernah melakukan penelitian yang menunjukkan dexametasone efektif untuk pneumonia bakteri, nah saat ini, pneumonianya dikarenakan virus," ungkap Revi.

Baca Juga: Warga di Ambon Tolak Rapid Test; Kampung Ini Bukan Kampung Virus

Sementara itu, Revi mengungkapkan dexamethasone merupakan obat keras.

"Tapi di Indonesia masih dijual bebas, belum ada pembatasan," ungkap Revi.

Revi mengungkapkan semestinya dexamethasone tidak dijual secara bebas.

"Ini harus menggunakan resep, di pasaran mestinya nggak boleh," kata Revi.

Sebab, menurut Revi, efek jangka panjang dexamethasone perlu diwaspadai.

"Efek samping steroid pada umumnya dapat menyebabkan diabetes, dapat menyebabkan tulang keropos, dapat menekan imunitas, kekebalan bisa turun, cutting syndrome, tapi itu jangka panjang," ungkapnya.

Baca Juga: Klaster Baru Covid-19 dari Pernikahan, Kedua Orangtua dan Adik Pengantin Sakit Keras hingga Meninggal Dunia

Baca Juga: Update Covid-19; Ternyata Virus Corona Berasal dari Italia, Bukan dari China Seperti Banyak Diberitakan

Revi mengungkapkan tidak mudah mendidik masyarakat untuk tidak memakai obat jenis ini dalam jangka panjang.

"Menurut saya tidak bisa, karena jika seseorang sudah merasa cocok dengan obat itu, maka orang akan beli lagi obat itu, karena efeknya terasa," ungkap Revi.

Menurutnya, dexamethasone bisa menghilangkan radang dan berbagai keluhan secara cepat.

"Kalau orang radang bisa ilang, sesak nafas langsung lega, kaya asma minum itu kan langsung lega," ujarnya.

Baca Juga: Jawaban Mengejutkan Prof. Wiku, Ketua Tim Pakar Penanganan Covid-19 Indonesia, Prihal Kapan Pandemi Berakhir

Lebih lanjut Revi menekankan, masyarakat tidak perlu memborong bahkan mengonsumsi dexamethasone tanpa arahan dokter.

"Masyarakat bukan pada tempatnya apabila membeli dexamethasone," ujarnya.

"Yang bisa menentukan penggunaan dexamethasone adalah dokter," imbuh Revi.(*)

Baca Juga: Selama Ini Dirahasiakan, 230 Ribu Data Pasien Covid-19 di Indonesia Bocor hingga Dijual Seharga Rp 4,2 Juta

 #berantasstunting

#hadapicorona