Find Us On Social Media :

Masker Senyum Indonesia Jadi Perbincangan di Luar Negeri, Efektifkah Mencegah Penularan Virus Corona?

Masker senyum Indonesia jadi perbincangan di luar negeri

GridHEALTH.id -  Siapa yang tak tahu dengan masker senyum asal Indonesia yang kerap kali dijajakan di pinggir jalan?

Siapa sangka, masker senyum yang terbilang nyeleneh ini ruapanya menarik perhatian banyak pihak.

Baca Juga: Jadi Benda Wajib Cegah Corona, Seberapa Efektif Penggunaan Masker?

Bahkan belakangan ini, masker senyum asal Indonesia tengah diperbincangan di media asing.

Bagaimana tidak, mulai dari masyarakat awam hingga pejabat sekelas Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pun beberapa kali terlihat tengah menggunakan masker yang cukup nyentrik ini.

Baca Juga: Ikan Kaya Gizi dan baik Untuk Otak, Tapi Ikan Seperti Ini Dilarang Dikonsumsi Ibu Hamil dan Anak-anak

Terlepas dari itu, benarkah masker senyum asal Indonesia ini efektif mencegah penularan virus corona?

Desain masker wajah tersenyum, atau bibir merah besar juga semakin populer dan dianggap menunjukkan fesyen sekaligus humor di tengah pandemi Covid-19.

"Ketika orang melihat kita, mereka sepertinya bertanya-tanya mengapa kita tersenyum dan tertawa," kata pengguna masker nyeleneh Heni Kusmijati seperti dilaporkan Reuters.

Masker yang terbuat dari bahan scuba yang cukup elstis ini pun dibanderol dengan harga yang masih terjangkau di kantong rakyat Indonesia.

Baca Juga: Kemenkes Anjurkan Pakai Telemedicine, Akuratkah Screening Kesehatan Tanpa Bertatap Muka?

Namun tahukah, meski desainnya terbilang unik dan harganya murah, sebagian ahli berpendapat bahwa masker senyum tersebut tidak bisa mencegah penyebaran virus corona.

Melansir Kompas.com, Dr.Eng. Muhamad Nasir, Peneliti Loka Penelitian Teknologi Bersih (LPTB ) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyampaikan masker kain dengan bahan yang lentur seperti scuba, pada saat dipakai akan terjadi streching atau perenggangan bahan sehingga kerapatan dan pori kain membesar serta membuka yang mengakibatkan permeabilitas udara menjadi tinggi.

Akibatnya, peluang partikulat virus untuk menembus masker pun disebutnya semakin besar.

“Jika pori kain makin besar maka peluang virus masuk akan besar,” ungkapnya.

Meski demikian Nasir menyampaikan, bahwa masker kain meskipun ia tak memiliki kerapatan layaknya masker N95 ataupun masker bedah tetapi secara umum masker kain tetap memiliki kemampuan penyaringan yakni sekitar 50-80%.

Baca Juga: Hanya Ada 22 Kasus Positif Covid-19, Bupati Trenggalek Beberkan Kunci Pemangkasan Penularan Virus Corona

Namun yang perlu diperhatikan adalah terkait dengan pemilihan bahan yang digunakan.

Lebih lanjut dia menyampaikan masyarakat dapat memilih masker kain dengan memilih kain yang rapat dan kaku sehingga tidak mudah terjadi streching kain maupun perubahan pori ketika masker dipakai.

Dia juga mencontohkan, untuk melihat kerapatan bahan yang akan dijadikan masker kain, juga dapat dilakukan dengan mengarahkan kain saat direnggangkan ke arah cahaya lampu.

“Kita bisa mengamati perubahan ukuran pori kain sebelum dan setelah peregangan,” jelasnya.

Baca Juga: Jokowi; Kecewa Itu Wajar; Desakan Mundur Menkes Terawan Makin Kencang

Sementara itu, pada dasarnya pengujian kinerja utama pada masker dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu uji filtrasi bakteri (bactrial filtration efficiency), uji filtrasi partikulate (particulate filtration efficiency), dan uji permeabilitas udara dan pressure differential (breathability dari masker). (*)

Baca Juga: 3 Obat Anti Virus yang Beritanya Manjur Untuk Covid-19 Diuji RSUP M Djamil Padang, Efek Sampingnya Berbahaya

#hadapicorona