"Sementara yang dengan perlakuan eucalyptus (dengan konsentrasi) 0,1 sampai 1 %, ternyata si ayamnya bisa tumbuh dengan normal. Berarti si eucalyptus mampu menetralisir virus yang sudah diinfeksikan ke embrio ayam."
Evi mengatakan, penelitian yang dilakukan ini merupakan studi awal, sehingga diperlukan uji klinis lanjutan.
Menurut Mayo Clinic, untuk menilai efektivitas dan keamanan suatu produk seperti antivirus, perlu dilakukannya uji klinis, disamping pengujian pada hewan atau uji pra-klinis.
Diketahui uji klinis merupakan tahap akhir dari penelitian yang dilakukan kepada manusia.
Baca Juga: WHO: Cuma Jakarta yang Penuhi Standar Minimum Tes Corona di Jawa
Dimana orang yang menjadi sampel bisa sampai ribuan atau puluhan ribu, serta waktu yang dibutuhkan pun tidak sebentar.
Terkait itu Evi pun mengetahui bahwa muncul banyak pertanyaan kenapa riset ini tidak dilakukan uji klinis atau diujikan ke manusia.
Evi menerangkan, dalam hal ini pihaknya tidak dapat melakukan uji klinis karena Kementan tidak memiliki mandat untuk melakukan uji ke manusia.
"Karena untuk melakukan uji klinis, kita sudah komunikasi juga dengan Badan POM, itu ketua pengujinya harus dokter paru. Kami kementerian pertanian enggak punya (dokter), jadi hasil ini yang kita publish ke masyarakat," terangnya.
Baca Juga: Takut Menulari Warga, Pak RT Gembok Rumah yang Dihuni Pasangan Penderita Covid-19