GridHEALTH.id - Meskipun di tengah pandemi Covid-19, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperingati para jajarannya agar tidak mengesampingkan masalah stunting dan gizi buruk di Indonesia, pada akhir Mei lalu.
Presiden Jokowi pun meminta penanganan penyakit selain Covid-19 juga terus diperhatikan terutama yang masuk dalam proyek strategis nasional.
Baca Juga: Angka Stunting Di Indonesia Masih Jauh Dari Harapan, Jokowi Beri Peringatan
"Misalnya di bidang kesehatan, kita memiliki agenda besar yaitu menurunkan stunting, pemberantasan TBC, malaria, demam berdarah, HIV/AIDS, dan juga berkaitan dengan gerakan hidup sehat. Yang ini harus terus kita kerjakan," kata Jokowi dalam rapat terbatas mengenai evaluasi proyek strategis nasional melalui video conference, Jumat (29/5/2020).
Sebagai salah satu upaya yang dilakukan dalam mencegah stunting dan gizi buruk di tengah pandemi Covid-19, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menerbitkan Protokol Pelayanan Gizi Pada Masa Pandemi Covid-19.
Baca Juga: UNICEF: Anak Indonesia Kekurangan Gizi Meningkat Akibat Pandemi Covid-19
Protokol itu dibagi menjadi 4 kategori, di antaranya untuk ibu hamil, ibu menyusui, balita, dan remaja putri.
1. Ibu hamil
Untuk ibu hamil, dilakukan pemberian tablet tambah darah (TTD) minimal 90 tablet (program atau mandiri). Ibu hamil ODP, PDP, dan terkonfirmasi Positif pemberian TTD ditunda dan konsultasikan ke dokter.
Baca Juga: Gula Perusak Kecukupan Gizi Anak Indonesia, Jangan Salah Pilih Susu di Masa Pandemi Covid-19
“Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil, artinya jika ibu itu hamil tidak sampai anemia karena minum tablet tambah darah, pada akhirnya didapati anak terlahir sehat, tidak stunting tidak BBLR [berat badan lahir rendah], maka ada program pemberian tambahan darah pada ibu hamil" ujar Dr Rr Dhian Proboyekti Dipo MA, Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, Jumat (3/7/2020).
"Namun, pada masa pandemi ini untuk ibu hamil yang terkonfirmasi positif [Covid-19], maka pemberian tablet tambah darahnya juga diberhentikan, sampai kemudian ibu hamil itu juga sudah tidak menderita atau sudah tidak keluar dari konfirmasi positif Covid-19 itu." tambahnya.
Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan status gizi dan pemberian makanan tambahan ibu hamil kekurangan energi kronis.
2. Ibu menyusui
Para ibu menyusui, disarankan untuk melakukan inisiasi menyusui dini serta memberikan ASI ekslusif.
Sementara ibu menyusui dengan status orang dalam pemantauan (ODP) atau orang tanpa gejala (OTG )dan sedang menjalani isolasi mandisi di rumah, dipersilahkan untuk tetap menyusui, karena dianggap aman.
Baca Juga: Penularan Bukan Dari ASI, Ibu Positif Virus Corona Tetap Bisa Menyusui
“Kemudian ibu menyusui, jika ibu itu ODP atau OTG dan menjalani isolasi mandiri di rumah tetap bisa memberikan ASI-nya di rumah dan dia tetap melaksanakan protokol dalam upaya pencegahan penularan Covid, seperti pakai masker” kata Dr Dhian.
Kemenkes juga meminta para ibu untuk menyusui anaknya sampai dengan 2 tahun, kemudian ibu menyusui juga perlu mengonsumsi vitamin A di masa nifas.
3. Balita
Ada pun pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita tetap berjalan di tengah pandemi Covid-19 ini. Nantinya balita akan mendapatkan pemberian makanan tambahan serta vitamin A. Balita juga diimbau untuk meneruskan ASI sampai 2 tahun dan diiringi dengan MP-ASI.
“Pada pemantauan pertumbuhan pada balita ini kami juga membagi berdasarkan zone, untuk zone kuning orange dan hijau itu kegiatan pemantauan pertumbuhan tetap masih bisa dilaksanakan dengan memperhatikan protokol Kesehatan." ujar Dr Dhian.
Baca Juga: Imbas Covid-19, Ribuan Anak Idap Sindrom Langka hingga Organ Vital Alami Peradangan
"Jadi mulai h-1 sudah menyiapkan undangan dan membagi sasaran menjadi beberapa kelompok, karena tidak mungkin berkerumun."kata Dr Dhian.
"Ketika di hari H, dilakukan kegiatan posyandu dengan tetap memperhatikan kegiatan protokol Kesehatan, seperti kader menggunakan masker, kader menggunakan sarung tangan, ibu dan balita di atas 2 tahun menggunakan masker, datang cuci tangan, membawa sarung timbang sendiri untuk kemudian ditimbang dan seterusnya." tambahnya.
Baca Juga: Bukan Menu Utama bagi Anak, Susu Kental Manis Bisa Jadi Penyebab Stunting Anak Indonesia
Selanjutnya, para ibu dengan balita juga bisa mendapatkan konseling atau edukasi gizi terkait pemberian makan bayi dan anak yang dilanjutkan dengan tatalaksana gizi buruk.
"Kemudian jika hasilnya terjadi permasalahan Kesehatan, maka dilakukan konseling gizi. Tapi juga tidak Panjang konselingnya karena tidak boleh bertemu lama, sehingga dilakukan janji temu, kemudian permasalahannya apa akan dikoreksi." papar dia.
4. Remaja putri
Sama halnya seperti ibu hamil, remaja putri juga akan mendapatkan tablet tambah darah dan kemudian melakukan pemeriksaan status gizi.
Lebih lanjut, dalam diskusi online dengan tema Strategi 2020 Melawan Stunting dan Gizi Buruk, Jumat (3/7/2020) yang diadakan Aliansi Jurnalis Televisi ranting Bogor itu Dr. Dhian mengatakan, bahwa pihaknya telah menyusun protokol itu untuk empat kategori ke dalam beberapa media, seperti buku dan daring. Pedoman pelayanan gizi itu juga dapat diakses di sini.(*)
#berantasstunting #hadapicorona