Produk tersebut dibuat dengan teknologi nano yang telah diluncurkan pada Mei 2020 lalu. Sementara, proses izin untuk produk eucalytus dalam bentuk kalung ini masih diproses.
Menanggapi kalung-kalung itu, Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengaku tak melihat relevansi antara kalung antivirus dengan paparan virus corona.
"Saya tidak melihat relevansi yang kuat antara kalung di leher dengan paparan virus ke mata, mulut, dan hidung," kata Dicky.
Menurutnya, penularan Covid-19 terjadi melalui beberapa mekanisme, seperti droplet aerosol yang terhirup hidung atau melalui sentuhan ke mata dan mulut.
Meski eucalyptus diketahui memiliki potensi antiviral, tapi Dicky menyebut riset tersebut dalam bentuk spray dan filter. Itu pun baru pada jenis virus terbatas yang sudah umum, bukan Covid-19.
Baca Juga: Vaksin Virus Corona Produksi Indonesia, Harga Dibawah 100 Ribu Rupiah
Baca Juga: Daun Sirih Tak Sekadar Untuk Gigi, Nyatanya Miliki Sifat Anti Kanker
Karenanya, dia menganggap produksi eucalyptus yang ditujukan untuk mencegah virus corona terlalu dipaksakan dan berpotensi menimbulkan salah persepsi. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Melihat Perbedaan Kalung Antivirus Kementan dan "Shut Out" dari Jepang", https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/06/142500565/melihat-perbedaan-kalung-antivirus-kementan-dan-shut-out-dari-jepang?page=all#page2.