GridHEALTH.id - Beberapa bulan lalu saat awal-awal pandemi virus corona, ada kalung " Virus Shut Out" yang diklaim dapat melindungi tubuh dari paparan virus corona.
Sama-sama diklaim sebagai antivirus corona, apa perbedaan kedua produk itu? Kalung "Shut Out" Dikutip dari pemberitaan Kompas.com, 31 Maret 2020, dokter spesialis peremajaan kulit dr Haekal Anshari menegaskan, tak ada manfaat yang didapatkan dari kalung "Shut Out" itu.
Alih-alih mendapat manfaat, Haekal mengatakan bahwa kalung itu justru berisiko pada kesehatan manusia, jika benar-benar mengandung klorin (chlorine).
"Klorin adalah senyawa yang digunakan untuk sterilisasi mulai dari sterilisasi air hingga kolam renang, klorin bisa menjadikan rabun pada manusia dan tergantung dari kadar tersebut," kata Haekal.
Menurut Haekal, sesuatu yang tergolong disinfektan tidak untuk digunakan pada permukaan makhluk hidup.
Dengan kadar rendah, klorin dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan, menimbulkan batuk, nyeri tenggorokan, iritasi kulit dan mata, serta gatal-gatal.
Baca Juga: Beda Pendapat dengan WHO, 239 Ilmuwan Yakin Virus Corona Menyebar di Udara
Bahkan klorin bisa berakibat pada gangguan pasokan oksigen ke paru-paru dan penyempitan bronkus jika memiliki kadar tinggi.
Risiko-risiko itu membuat produk "Shut Out" ini dilarang di seluruh Asia, seperti dikutip dari Hong Kong Free Press.
Selain itu, produk tersebut juga telah dilarang oleh eBay dan oleh beberapa pemerintah berwenang di wilayah AS, sementara pihak berwenang Vietnam dan Thailand disebutkan telah menyita produk tersebut.
Meskipun demikian, kalung yang disebut-sebut dari Jepang ini masih dapat dijumpai di sejumlah e-commerce di Indonesia. Produk ini dijual bervariasi antara Rp 50.000 hingga Rp 180.000.
Berbeda dari kalung "Shut Out", Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementan Fadjry Djufry mengatakan, kalung antivirus corona merupakan produk eucalyptus.
Kalung antivirus corona buatan Kementan ini diklaim mampu membunuh virus yang telah menjangkit sekitar 10,9 juta orang per hari ini di seluruh dunia.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyampaikan, pihaknya telah meracik ramuan antivirus dengan menggunakan bahan baku dalam negeri, salah satunya pohon eucalyptus atau pohon yang biasa dijadikian minyak kayu putih.
Baca Juga: WHO: Cuma Jakarta yang Penuhi Standar Minimum Tes Corona di Jawa
Baca Juga: Masih Tanda Tanya Bagaimana Orang Tanpa Gejala Bisa Menyebarkan Virus, Ini Penjelasan Ahli
"Ini antivirus hasil Balitbangtan (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian), eucalyptus, pohon kayu putih.
Dari 700 jenis, satu yang bisa mematikan corona hasil lab kita. Dan hasil lab ini untuk antivirus. Dan kita yakin. Bulan depan ini sudah dicetak, diperbanyak,” ujarnya di kantor Kementerian PUPR, Jakarta, Jumat (03/07/20).
Produk tersebut dibuat dengan teknologi nano yang telah diluncurkan pada Mei 2020 lalu. Sementara, proses izin untuk produk eucalytus dalam bentuk kalung ini masih diproses.
Menanggapi kalung-kalung itu, Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengaku tak melihat relevansi antara kalung antivirus dengan paparan virus corona.
"Saya tidak melihat relevansi yang kuat antara kalung di leher dengan paparan virus ke mata, mulut, dan hidung," kata Dicky.
Menurutnya, penularan Covid-19 terjadi melalui beberapa mekanisme, seperti droplet aerosol yang terhirup hidung atau melalui sentuhan ke mata dan mulut.
Meski eucalyptus diketahui memiliki potensi antiviral, tapi Dicky menyebut riset tersebut dalam bentuk spray dan filter. Itu pun baru pada jenis virus terbatas yang sudah umum, bukan Covid-19.
Baca Juga: Vaksin Virus Corona Produksi Indonesia, Harga Dibawah 100 Ribu Rupiah
Baca Juga: Daun Sirih Tak Sekadar Untuk Gigi, Nyatanya Miliki Sifat Anti Kanker
Karenanya, dia menganggap produksi eucalyptus yang ditujukan untuk mencegah virus corona terlalu dipaksakan dan berpotensi menimbulkan salah persepsi. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Melihat Perbedaan Kalung Antivirus Kementan dan "Shut Out" dari Jepang", https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/06/142500565/melihat-perbedaan-kalung-antivirus-kementan-dan-shut-out-dari-jepang?page=all#page2.