Respons Tak Biasa Risma Saat Surabaya Disebut Sebagai Zona Hitam dan Wuhannya Indonesia

Walikota Surabaya, Tri Rismaharini menangis saat terima bantuan penanganan Covid-19 dari BIN.

Walikota Surabaya, Tri Rismaharini menangis saat terima bantuan penanganan Covid-19 dari BIN.

GridHEALTH.id - Dari sekian banyak banyak kota di Indonesia, Surabaya menjadi kota yang paling terdampak virus corona (Covid-19).

Hal itu terbukti dari dinobatkannya Surabaya menjadi kota dengan kasus Covid-19 terbanyak di tanah air.

Bahkan dalam peta penyebarannya, Surabaya termasuk ke dalam zona hitam.

Melihat kondisi ini, juga tak sedikit yang memprediksi bahwa Surabaya akan menjadi kota "Wuhan-nya" Indonesia.

Sadar sedang menjadi sorotan, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pun akhirnya buka suara.

Namun alih-alih dikenal sebagai sosok yang berapi-api, kali ini Risma justru merespons berbagai tudingan miring terkait penanganan Covid-19 di Surabaya tersebut dengan tidak biasa.

Baca Juga: Beraktivitas di Tengah Pandemi Berisiko Tertular Corona, Ini Peringkatnya dari Membuka Surat hingga Pergi ke Bar

Baca Juga: Dibanderol Rp 22 Juta, Masker Milik Istri KSAD Jenderal Andika Perkasa Curi Perhatian, Bisakan Tangkal Virus Corona?

Menanggapi hal itu, Risma mengaku tidak terlalu mempedulikannya.

"Terserah mau dibilang apa, mau dibilang Wuhan, mau dibilang apa lah. Saya gak ngurus itu," kata Risma dalam acara Rosi Kompas TV, Kamis (2/7/2020).

Risma mengakui, Wuhan sebelum terkena penyakit juga bagus.

"Artinya saya tidak mengurusi Surabaya sebagai Wuhan atau sebagai zona hitam, pekat atau gelap atau gak kelihatan yang saya urusi pasien dan warga saya," katanya.

Baca Juga: Ini Dia Perbedaan Kalung dari Kementan dan Shut Out dari Jepang

Menurut Risma, lebih penting dari urusan itu adalah keselamatan warganya.

"Bagi saya keselamatan warga saya itu nomor satu. Jangankan risikonya kena saya itu saya terima. Bagi saya warga saya dan pasien lah yang saya tangani.

Mau dikatakan Surabaya seperti apa, monggo. Saya juga gak pernah nyebut Surabaya seperti apa. Yang paling penting saya tangani pasien dan warga saya. Supaya tidak ada yang jadi korban.

Iya kalau saya terlambat, kalau kemudian ada yang meninggal, dia menjadi anak yatim. Kan berat saya Saya mending konsentrasi di sini. Kan jadi energi kami habis untuk melakukan itu. Padahal pasien-pasien ini butuh pertolongan," tegasnya.

Baca Juga: Setelah Uji Klinis Aman, Vaksin Virus Corona Mulai Disuntikkan ke Tentara

Saat disinggung terkait hasil penelitian FKM unair yang menjadi rujukan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa bahwa tingkat kepatuhan warga Surabaya Raya pada protokol pencegahan Covid-19 rendah, Risma langsung menampiknya.

"Mohon maaf mbak, coba dicek lagi, penelitian itu untuk mana? Bukan untuk Surabaya.

Itu sudah dibantah oleh Persakmi bahwa itu bukan untuk Surabaya Raya," kata Risma.

Risma kembali mempertanyakan penelitian yang dipakai rujukan Gubernur Jatim saat melaporkan ke Presiden Jokowi ketika kunjungan kerja di Surabaya beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Penyebaran Virus Corona Sudah Sampai Bali, Seorang Dirut Rumah Sakit Meregang Nyawa

"Sebetulnya penelitian itu, dimana dan kapan dan untuk di mana. Saya kira kita tidak perlu ngomong itu. Menurut saya itu pelanggaran besar. Kita tidak bisa asal mengambil saja," katanya.

Namun saat ditanya apakah warga Surabaya termasuk bandel? Risma dengan tegas meminta melihatnya sendiri.

"Warga surabaya bandel? saya tidak perlu sampaikan itu. Silakan dilihat sendiri. Saya tidak bela ini warga saya, dicek di Surabaya kondisinya seperti apa. Silakan dikomentari. Supaya tidak fitnah," tukasnya.

Baca Juga: Beda Pendapat dengan WHO, 239 Ilmuwan Yakin Virus Corona Menyebar di Udara

Sementara itu, menilik data terbaru yang dirilis melalui laman infocovid19.jatimprov.go.id pada Senin (6/7/2020), Surabaya memang masih menjadi episentrum Covid-19 di Jawa Timur.

Surabaya masih menjadi wilayah dengan penambahan kasus positif Covid-19 tertinggi di Jatim dengan tambahan 136 kasus baru per Minggu (5/7/2020).

Dari tambahan kasus baru tersebut, kini total pasien terkonfirmasi COVID-19 di Surabaya mencapai 6465 kasus.

Baca Juga: Mencla-Mencle, Kepala Balitbangtan Ralat Kalung Antivirus Corona Hanyalah Aromaterapi Biasa: 'Ini Aksesoris Kesehatan'

Adapun rinciannya yaitu 3025 pasien dalam masa perawatan, 2930 pasien sembuh, dan 510 pasien meninggal dunia.

Jumlah ODP dan PDP di Surabaya juga masih tinggi, yakni 4482 orang berstatus ODP dan 5301 orang berstatus PDP.(*)

Baca Juga: Gegara Pakai Kalung Antivirus Corona Luna Maya Merasa Bodoh, Deddy Corbuzier; 'You are so Stupid'

 #berantasstunting #hadapicorona